(9) Sah

3.5K 109 0
                                    

Gugup. Itu perasaan zelmira sekarang. Tangannya gemetar melirik jam di ponselnya, telinganya mendengar suara langkah menuju kamarnya.

"Mir ayo turun" ajakan temannya itu membuatnya menghembuskan nafas kasar, ia mulai bangkit dan menuruni anak tangga pelan di apit 2 sahabatnya.

"Saya terima nikah dan kawinnya zelmira
el dinara binti Mahfudin Salim dengan mas kawin 30gram emas dan seperangkat alat sholat di bayar tunai." Ucap Azzam lantang.

"Sah?"
SAH!
Alhamdulillah.

Zelmira pun duduk di sebelah azzam dan langsung mencium tangannya lama, lalu di lanjutkan Azzam mencium keningnya. Momen itu di abadikan oleh fotografer, dan di lanjut foto bersama dan jamuan para tamu-tamu dekat yang di undang.

"Selamat bro! Bahagia selalu ya sama zelmira jagain dia" rehan berkata sambil menepuk bahu Azzam pelan, oh ternyata sangat perih melepaskan orang yang di cintai untuk sahabat sendiri.

"Tanpa lu suruh, gue akan jagain zelmira semampu gue Han," penegasan dari Azzam itu terdengar tegas dan menyimpan emosi di dalamnya.

"Ok gan, gue abisin prasmanan dulu" rehan berlalu santai, dan benar saja dia sampai mengambil porsi bakso 3 kali dan entah berapa cup es krim yang ia makan.

"Lu doyan banget ya han, belum makan berapa hari lu?" Akmal menyenggol lengannya kasar.

"Gak usah bacot, gue lihat tadi lu bungkusin makanan prasmanan ke tas lu" sahut rehan masa bodoh.

"Yeh kampret lu Han."

Helaan nafas panjang terdengar dari Azzam yang sedang berjalan menuju kamar zelmira, jantungnya berdegup kencang ketika memutar knop pintu berwarna putih itu.

"Ya allah perasaan make up soft, kenapa susah banget ngehapusnya" gumam zelmira sambil memegang kapas dan cairan penghapus makeup, mendengar knop pintu terbuka zelmira tergesa memakai jilbab instannya.

"Eh kenapa? Aku ngagetin ya? Maaf ya tadi gak permisi dulu" Azzam mendekat ke samping zelmira dan membungkuk mengambil kapas yang tak sengaja zelmira jatuhkan.

"Kamu nggak mandi dulu Gus?" Zelmira mengalihkan pembicaraan.

"Iya ini saya mau mandi, siap-siap solat duhur. Kita jamaah ya?" Zelmira mengangguk patuh.

Setelah bersih-bersih dan sholat mereka ngobrol ringan sebentar, dan zelmira tak dapat menahan kantuknya pun tertidur pulas, sedangkan Azzam tampak tersenyum tipis memandangnya.

"Ra, masih siang ra tahan dulu ngapa, di panggil umi nih!" ucap Al yang sedang berada depan pintu kamar zelmira sambil terkikik.

"Iya kak ada apa? Zelmira tadi ketiduran habis sholat duhur" Azzam muncul di balik pintu dengan rambut agak berantakan.

"Ohh iya zam, nanti kan abis solat ashar mira balik sama kamu ke pondokmu, jadi umi suruh Mira ke bawah bentar, yasudah saya balik dulu ke kamar" Al berlalu ke kamarnya yang tak jauh.

Merasa ada pergerakan di sampingnya, zelmira menoleh dan mendapati Azzam yang tersenyum manis padanya.

"Di panggil umi di bawa.." belum sempat Azzam menyelesaikan perkataannya, zelmira melotot kaget dan segera merapikan jilbab instannya dan berlari kecil ke kamar uminya.

Azzam menarik 2 koper besar itu menuju bagasi mobil, tampak zelmira yang berpelukan dengan uminya, lalu tampak kakaknya yang menggodanya bahwa dia tidak boleh menemuinya lagi, tapi mata Azka tak bisa bohong di sana terdapat kesedihan di dalamnya untuk melepaskan adiknya.

"Jangan nangis aja disana, besok kan kita kesana juga di resepsi mir" Azka menenangkan zelmira yang memeluknya.

"Sudah mir, suamimu sudah nungguin dari 15 menit yang lalu sejak ia berpamitan" perkataan abinya itu membuat Mira melepaskan pelukannya dan segera masuk ke dalam mobil.

Saat perjalanan ke rumah mertuanya, zelmira tak dapat menahan kantuknya, ia mencoba mencari posisi nyaman di dekat cendela.

"Kalau kamu mau tidur, tidur saja di pundak saya. Kalau di dekat cendela nanti terbentur" ucap Azzam.

Zelmira mengangguk lalu tidur memeluk erat tangan Azzam di mobil.

'Gini amat jadi supirnya pengantin baru' batin kang Danang, sambil sesekali mencuri pandang di kaca mobil.

Azzam menatap zelmira yang tertidur nyenyak di bahunya, beberapa kali Azzam memegang kepala istrinya agar tidak terjatuh, padahal pundaknya sudah terasa mati rasa menopang, tapi Azzam mencoba tenang dan menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Udah sampai?" Zelmira dengan suara seraknya bertanya.

"Belom," jawab Azzam, lalu zelmira berpindah posisi tiduran di paha Azzam, jujur saja badannya capek semua karena acara tadi.

Azzam meneguk ludah ketika tindakan brutal istrinya yang tertidur di pahanya, baru pertama kali Azzam merasakan desir aneh di tubuhnya ketika jarak mereka jadi dekat.

Ia menahan diri menatap tumbuhan hijau di balik jendela, sebentar lagi sampai, ia bisa menahan ini!

"Ra, sudah Sampai mamu nggak mau turun?" Azzam menepuk pipi istrinya yang asik tidur, untung saja jas setelah akad tadi ia pasangkan sebagai selimut, tak enak ada kang Danang yang melihat mereka.

"Bentaran gus, masih ngantuk"

"Yasudah kalau gitu saya tinggal kalau kamu mau tidur di mobil" ucap Azzam memperingati,  lalu beranjak keluar ketika zelmira sudah terduduk mengumpulkan nyawanya.

'Ish nyebelin banget'

Suaminya yang tanpa basa basi itu sudah turun dari mobil terlebih dahulu, zelmira memperhatikan suasana sekitar yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti.

Semoga ia betah disini, selamanya. Semoga tidak ada perpisahan yang harus meninggalkan rumah ini.

Rumah yang nyaman dengan pohon-pohon menambah suasana adem, bunga-bunga yang mekar menyambutnya masuk ke dalam.

Tak sabar jika menghabiskan masa-masa muda hingga menuanya disini bersama suaminya dan tentunya anak mereka nanti.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang