30. sebuah pesan

1.3K 51 0
                                    

"sayang bangun subuhan." Zelmira menepuk pelan bahu Azzam, tumben sekali suaminya masih tertidur pulas. Zelmira memeriksa dahi suaminya yang panas.

"Badan kamu panas banget yang, pusing ya?"

Azzam mengerjakap matanya yang masih berat. "Dikit doang, minum obat nanti sembuh kok,"

"Yaudah kamu subuhan di rumah aja, sambil aku ambilin roti terus minum obatnya."

Azzam mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menerobos ke jendela kamar menganggu tidurnya, ia menggeliat dan berbalik badan menemui anaknya yang bermain sendiri menggigiti jari kecilnya dan menendang-nendang riang.

"Hai kesayangan baba" Azzam menciumi gemas, lalu mengendong zafran keluar kamar dan mencari zelmira.

"Ning kemana?" Azzam bertanya pada abdi ndalem yang sedang memotong buah di dapur, ndalem pun sepi tidak ada orang.

"Ning sama nyai ke butik depan, katanya sebentar Gus tapi udah 1 jam belum kembali"

"Biasalah mbak, yaudah kalau mbak mau balik ke pondok silahkan. Itu roti brownies di meja makan bawa sekalian buat mbak sama temen-temen"

"Nggih Gus, matur nuwun" ucapnya seraya meninggalkan ndalem.

"Ba-ba"

"Dalem sayangg?" Azzam gemas sendiri zafran yang berusia 8 bulan nampak tambah gembul meskipun hanya baru bisa berbicara 1 / 2 kata saja.

"Darimana bi?" Kyai Hasan dan kang Danang menghampiri Azzam yang sedang bermain dengan anaknya di ruang tamu agar zafran leluasa merangkak.

"Habis dari kantor polisi sama Danang, udah aman semua kok" Abi mengalihkan fokus pada cucu semata wayangnya yang merangkak dengan telaten.

Menantu dan mertua itu berbincang sepanjang jalan, tak lupa tentengan yang ada di tangan mereka. Sampai mereka memasuki ndalem mendapati Abi, Azzam dan zafran.

"Aduh ganteng-gantengmu sudah pada bangun mir," umi menatap anaknya yang agak pucat.

"Kok pucat zam?"

"Nggih mi, tadi subuh badannya mas panas, katanya juga pusing" zelmira menaruh bawaannya.

"Kamu kerokin aja mir, biasanya Azzam kalau di kerokin langsung sembuh. Sini zafrannya biar umi yang momong" umi memberikan minyak zaitun, Azzam berjalan ke kamar di ikuti zelmira.

"Kerasin dikit, yang" Azzam menyipitkan matanya sendiri menahan sakit.

"Ih nggak estetik banget badan bagus tapi kerokan," zelmira memperhatikan hasil kerokannya.

"Daripada badan bagus di pamerin ke cewek," Azzam berbalik menatap istrinya yang siap mencubitnya, Azzam rebahan di kasur bertelanjang dada.

Zelmira memperhatikan suaminya, wajah tampannya yang terlelap bahunya yang berotot, terakhir ia memandang perut sixpacknya membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Kenapa senyum-senyum? Mikir apa sih?" Azzam bertanya tapi matanya masih tertutup.

Zelmira tertawa kecil lalu menutup pintu kamar, ia berjalan ke umi yang sedang memangku zafran yang berontak.

"Sini nak?" Zelmira mengambil alih zafran yang tampak agak mengantuk dan rewel.

"Siapa mi yang hadirin? Abi jadi nggak enak sendiri" Abi terlihat galau menggenggam undangan di tangannya.

"Ada apa bi?" Zelmira bertanya.

"Ini Abi dapet undangan haul di Mojokerto, sedangkan Abi juga ada acara Bahtsul Masail."

"Biar Mira tanyain mas Azzam, siapa tau bisa hadir bi. Nggak enak juga sama keluarga Mojokerto" zelmira membaca undangan itu.

"Undangan apa yang?" Azzam menghampiri sambil memakai kausnya.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang