Bab 15: Stray Sheeps

861 156 24
                                    

"We're still searching for Hope."

RADIO rusak mengulangi pesan sepanjang jalan.

Kucermati. Kuikuti maunya.

Properti sayap pesawat menyangkut di tiang jendela yang nyaris patah. Kantor travel agency penuh bercak darah dengan  tanda X bercat merah di trotoar. Kulewati sepanjang jalan menuju kawasan elite Kota Klorva.

Klorva Mall berlantai lima, memuat seratus toko tertinggal, dihuni mayat hidup. Dari pelataran parkir hingga kaca gedung bersusun pelat aluminium, huruf X menoreh tiap dindingnya.

Apa arti X? Bagaimana tanda silang muncul hampir di setiap dinding dan trotoar? Siapa yang menorehnya dan apa tujuannya?

Mayat hidup berkumpul. Dungu menatap langit, mulut menganga bodoh. Mereka terpancing datang menuju setiap dinding bertanda silang. X adalah personifikasi dewa mereka. Mereka mengantre beribadah.

Bunyi motorku membikin mereka tak khusyuk ibadah. Kepala-kepala menoleh. Mulut-mulut nyinyir, menggeramkan bunyi jelek macam ban meletus tergilas aspal.

Jemaah bergerak ingin menyeruduk motorku. Mereka tertarik pada setang motorku dan ingin merakitnya jadi huruf X. Maaf, aku bukan anggota kultus tolol dan tak akan mau diajak bergabung menyembah huruf. Sebagian dari mereka memburuku, sisanya memburu omega di punggungku.

Eren sedang nyenyak, wajah membenam ke punggung jaketku. Mestinya dia sesak napas. Kubayangkan ia megap-megap seperti saat kutiduri di motel samping pompa bensin.

Hanya setang motor mungkin kuberikan, tetapi kalau omegaku yang diinginkan, kalian tamat.

Kepala mereka bagai tak bertulang. Seperti steik presto dengan tulang remuk. Hanya serat, lemak, dan daging lunak—semudah itu memenggal kepala mereka. Mataku lurus ke depan. Tanganku berpedang mengayun di kanan dan kiri. Sabet sana. Sabet sini.

Kuputari pelataran parkir. Dari belakang mal, gerombolan lain tersentak dan mengejar.

Kulirik atap gedung mal bertingkat tiga.

Tampak sekelompok manusia bersetelan hitam berjaket loreng. Empat laki-laki. Dua memakai teropong. Dua lainnya bersenapan penembak jitu.

Aku diteropong.

Mayat hidup mengekoriku seperti sekelompok itik memburu induk. Motorku bergerak lebih cepat.

Manusia-manusia di atap gedung itu terus meneropongku. Bergeming. Tak sudi mengirim bala bantuan.

Kutebas papan "Dilarang Masuk" di depan pintu loading yang terbuka. Lift gelap di sudut kiri menganga terbuka sebagai satu-satunya jalan masuk. Listriknya mati.

Manusia-manusia di atap mal mengawasiku. Setengah dari mereka tertawa. Rupanya bagi mereka aku tontonan menarik.

Seingatku Klorva Mall adalah tempat umum. Itu artinya aku juga berhak menyabotase tempat ini. Enyah.

Zombi beringas berkumpul dalam jumlah besar. Semua tertarik mengejar motorku. Mal siap diinfiltrasi.

Aku melihat tangga panjat menuju atap gedung lantai ketiga. Tangga itu tidak diturunkan. Manusia peneropong diam menontonku.

Lihat aku.

Sementara motorku terus melaju dengan kecepatan tinggi, mesinnya kumatikan. Kugendong Eren dengan sebelah pundakku, lalu aku berjongkok di atas jok motor.

Aku melompat, menangkap pegangan besi tangga panjat di dinding mal, tepat sebelum motorku menabrak pintu loading.

Motorku jatuh, berputar-putar, menubruk tumpukan kardus. Motorku bukan kaleng yang bisa kaubuat penyok selain dijatuhkan dari ketinggian seribu kaki. Tak masalah.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang