Bab 24: Dead or Alive

519 105 11
                                    

ARENA tarung hidup dan mati berukuran kolosal. 

Sebuah aula melingkar dikelilingi tribune penonton bertingkat puluhan. Di bagian tengah adalah kandang melingkar persis sangkar atraksi sirkus Shiganshina yang pernah kutonton bersama ibuku. Yang ini sepuluh kali lebih besar. Aku sudah melihat kemegahan kota bawah tanah Levi, tetapi tidak pernah membayangkan ada stadium bawah tanah yang dapat menampung ratusan ribu orang.

Kemegahannya mengintimidasi. Suara seruan teredam lapisan permukaan bumi. Sabung ayam ilegal terjadi di bawah sini dan tak sesiapa pun punya wewenang melarang.

Levi diam, berdiri melipat tangan sambil mengawasi jeruji arena raksasa. Aku menebak kepalanya sedang memproses rencana hebat.

Penonton yang duduk di tribune semuanya adalah VIP. Mereka berkelas. Yang wanita berwajah penuh rias dan gaun berbulu bukan imitasi, yang pria berjas licin mewah. Anggur merah darah mengisi gelas sampanye berkaki mengilat. Mereka bangsawan. Mereka kaum dunia atas penikmat hiburan. Kantong tebal. Duit dihamburkan untuk pertaruhan.

Levi Ackerman, alfaku, mengizinkan mereka bermain sabung nyawa di bawah sini.

Penonton bersorak-sorai. Dario menyapa satu per satu yang duduk di tribune timur. Aku penasaran melihat atraksi apa yang sedang bergelut di dalam kandang macan sirkus itu.

Tampak dua ekor mayat hidup, saling erang, saling serang, bergulat mencakar lawannya.

Mayat hidup yang satu di ambang kekalahan. Lehernya semiputus dan berayun kanan-kiri seperti tutup teko. Mayat hidup yang satu lagi sudah kehilangan tangan, tetapi tahu cara menggigit lawan dengan deretan gigi berlapis baja. Sponsornya melengkapi petarung mayat hidup mereka dengan zirah terbaik.

Dario merebut mik bergagang perak, mengetuk keras-keras. Suaranya menggaung. "Senang dengan atraksinya? Malam ini kita kedatangan sponsor luar biasa dari Dunia Bawah. Acaranya hanya berlangsung malam ini saja. Tak akan berulang! Tidak menonton maka kau rugi seumur hidup!"

Fokus penonton beralih kepada Dario, antusias.

"Sambut sponsor yang akan menjadi partisipan kita malam ini. Levi Ackerman!"

Sorot lampu jatuh tepat di badan alfaku.

Kepala-kepala menoleh. Beberapa mengentak terkejut. Bisik mengudara. Yang tidak memperhatikan alfaku hanya dua zombi yang masih asyik bertarung dalam arena.

"Levi Ackerman akan menjadi sponsor malam ini, dan lawannya adalah aku, sang owner. Tentu saja jika salah satu dari kami kalah, reputasi menjadi taruhan, tapi dalam kasus ini, mungkin pihaknyalah yang lebih merasa tertekan?" Dario membuat nada bercanda.

Syok, tak percaya, penasaran, kemudian teriakan penonton mengguncang arena bawah tanah. Dario tertawa di depan mik. Aku tak tahu maksud dari seruan para penonton. Mereka mendukung atau mencaci Levi?

Aku dan Levi digiring di antara para penonton, masih terus disorot lampu. Televisi layar lebar di atas sana menampilkan wajah alfaku. Levi diekspos kamera dan aku tahu itu bukan hal baik.

Sepanjang jalan berpagar metalik, penonton berkerumun menyambut. Aku terseok di belakang Levi. Tak ada yang melihatku.

Puluhan mik tersodor kepada Levi.

"Bukannya Anda sedang menjadi buronan?"

"Apa ini usaha terakhirmu untuk memulihkan reputasi?"

Pertanyaan menyudutkan, Levi mengabaikan semua pertanyaan. Dia kalem melintasi arus massa fanatik.

"Siapa petarung yang akan kaukirim untuk mati malam ini?"

"Bagaimana kau berani menampakkan batang hidungmu, Levi Ackerman?"

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang