Bab 29: Hope were Here

495 96 2
                                    

Ke mana perginya Levi?

....

Tangan busuk mayat hidup mencekikku dari belakang. Aku menjerit.

Bunyi tembakan menggema. Cekikan makhluk itu melonggar. Mayat hidup ambruk dengan leher berlubang. Mikasa yang menembak.

Detik berikutnya, wajah kami berempat tegang.

Suara-suara ribut menggaung dari jalanan. Melongok dari jendela, kami melihat belasan mayat hidup mendobrak masuk gedung. Letusan senjata barusan menggiring mereka masuk.

"Kita lompat!" teriak Jean, menukik di pinggir jendela.

Tubuhku ditarik. Mikasa menggendongku ke atas pundaknya. Detik berikutnya tubuhku melayang.

Kami mendarat dan berguling jatuh dari kanopi. Kami segera bangkit dan berlari melintasi bundaran menuju jalan raya besar.

Di depan kami sudah menghadang beberapa zombi. Kami sontak berlari memutar arah. Mikasa masih menggendongku erat sampai pinggangku terasa patah. Kuremas pundaknya.

Armin bicara gusar lewat komunikator. "Miss Zoe! Kami bergerak menuju mobil. Keadaan gawat!"

Geramanku parau. "Tunggu—Levi masih belum—"

Mikasa mengeratkan gendongannya, tidak ingin melepaskanku.

Apabila mayat hidup belum cukup menggegerkan, berikutnya kami dengar tembakan beruntun dari belakang. Aku memutar kepala, refleks merunduk. Peluru tajam hampir membolongi jidatku barusan.

Jean dan Armin berlari sekuat tenaga. Mikasa menggotongku sepanjang jalan dan aku terus menoleh ke belakang.

Selanjutnya aku terpelanting ke tanah. Mikasa baru saja terjatuh, tiarap. Di depan kami kelompok kanibal datang, membawa senapan mesin dengan sabuk berantai. Jean memekik, melompat bersembunyi ke dalam gang. Aku tak bisa melihat di mana Armin bersembunyi.

Mikasa berlutut, membalas tembak dengan senapannya. Tubuh kukuh gadis itu berguncang. Tembakannya memeleset. Musuh bersembunyi di balik bodi sedan terbalik.

Mikasa mengisi ulang senapan. "Eren, lari ke utara. Di luar distrik ini, mobil Miss Hange sudah menunggu."

"Tidak! Kau sudah memintaku pergi meninggalkan Levi. Kau tak bisa menyuruhku pergi meninggalkanmu juga!" pekikku.

"Ini darurat," kata gadis itu. "Jean, Armin, dan aku bisa menyusul setelah ini. Yang terpenting adalah kau. Kalau ada apa-apa denganmu, kami akan mati sia-sia."

Aku menggeram, "Katakan itu sekali lagi, aku tak mau mengenalmu lagi. Kita pergi dan pulang bersama-sama!"

Mikasa menahan napas.

Aku mendongak ke atap gedung. Melihat tiga siluet berbadan meliuk. Ada mayat hidup di atas sana.

Ide gila berputar di kepalaku.

"Jangan ada yang menembak," kataku, lalu berlari keluar gang.

"Eren—?!"

Jean dan Armin mendelik dari gang seberang.

Kanibal di balik sedan melihatku. Dia melompat keluar dari tempat persembunyian. Senapan mesinnya memburuku. Rentetan peluru seperti petasan meledak di permukaan tanah. Aku berbelok-belok menghindar. Mendongak, aku tak lagi melihat tiga mayat hidup yang sebelumnya di atap gedung.

Tertarik tembakan keras itu, tiga mayat hidup sudah melompat ke belakang sedan. Lelaki kanibal itu mematung, lalu melolong keras.

"Sekarang!" teriakku kepada rekan-rekanku.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang