Bab 38: Ugly Truth

256 59 12
                                    

UNTUK pergi ke kota bawah tanah, Eren membawaku masuk ke jalur kereta api bawah tanah. Jaraknya tidak jauh dari Klorva dan ternyata masih ada satu kereta di sana yang beroperasi.

Saat kami tiba, stasiun bawah tanah sangat sepi. Aku tidak melihat baik manusia maupun mayat hidup. Tak ada apa pun selain jejak-jejak tubuh tercecer yang sudah sangat lama mengering, bagaikan cat hitam mengerikan yang disemprotkan ke segala penjuru. Di luar semua itu, perjalanan menuju kereta bawah tanah ini lebih mulus daripada yang kuperkirakan.

Kuoperasikan kereta subway dengan sedikit pengetahuan dasar yang kuketahui. Eren bertanya bagaimana aku bisa menguasai semua kemampuan menembak dan juga mengoperasikan banyak alat, sehebat alfanya.

Aku menjawab bahwa semua itu sudah ada di dalam darahku sejak lahir. Setelah kereta itu bergerak perlahan, kualihkan menjadi navigasi otomatis dan kutinggalkan ruang kemudi.

Di bangku kereta, Eren menekan perutnya yang agak membuncit di balik jaket hoodie abu. Kami sedang berduaan di tempat ini. Mungkin inilah saatnya aku bertanya kepada Eren. Mungkin di tempat ini, menuju kota milik alfanya, ia bisa lebih terbuka kepadaku. Jujur tentang segalanya.

Karena itulah, aku duduk dengan lembut di sampingnya.

"Eren, bisa kita bicara?"

Agak lama sebelum ia mendongak kepadaku. Aku melihat mata kehijauan yang jernih, berlapis sedikit ketakutan dan ketegangan yang ia sembunyikan.

"Ada apa?" tanyanya agak cemas.

Aku bergeleng pelan. "Aku ada di sini untuk membantumu, Eren. Kau tak perlu takut denganku."

"Aku tidak—" Eren menggigit bibir. "—takut kepadamu, Mikasa. Maaf, hanya terlalu banyak yang kupikirkan."

"Aku sudah melihat koran di tenda itu."

Eren diam.

"Aku melihat sosok yang mirip dengan—"

"Aku tahu dia masih hidup," kata Eren. "Dia selalu mnepati janji."

"Eren, yang kita lihat di dalam koran itu bukan—"

"Mikasa, aku lebih tahu darimu sebagai omeganya. Kami punya hubungan spesial ... kau tahu, ikatan itu. Ketika aku yakin ia masih hidup maka ia betul-betul masih hidup."

"Baiklah. Aku percaya kepadamu."

"Aku tahu kau tidak—tunggu, kau percaya?" Eren mengerjap.

"Aku percaya setiap kata-katamu. Jangan khawatir."

Eren meneguk ludah, tak berkata-kata lagi."Apa kau pergi ke bawah tanah untuk bertemu dengannya?" tanyaku.

"Kuharap begitu, tapi jika ia tak ada di bawah, aku bisa bertemu dengan Kenny Ackerman."

Kenny Ackerman? Aku tak mengenal siapa dia meskipun kami semarga dan berhubungan darah. Aku tak yakin dia orang yang baik.

 Aku tak yakin dia orang yang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang