Bab 11: Humanity

850 160 85
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Note:

Waspadai setiap bab yang bernomor 0.5 dan berjudul ✖️, misalnya bab 10.5 yang tayang Rabu kemarin.

Bab tersebut dibuat pendek dan penuh teka-teki. Namun, dari bab tersebut kamu bisa mengungkap fakta yang disembunyikan oleh tiap-tiap karakternya.

Eren juga sudah memperingati kalian sejak Bab "Premis", lho.

Tergantung pada kisahnya, pada akhir atau tengah buku, mungkin bukan aku yang menulis. Jangan sampai tertipu!

Bab-bab semacam ini bisa terus bermunculan ke depannya. Seperti kata Eren, Mungkin bukan dia yang menulis untuk bab berikutnya. Jadi, jangan kaget dan bingung lagi kalau bab ✖️ muncul.

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Note II:

Pada bab 11 ini adegan berbau erotis dihapus dan ditulis ulang. Selain itu, ada penambahan adegan lain yang tidak ada di buku.

Silakan cek PDF buku lama di KaryaKarsa jika kamu penasaran apa saja perbedaannya.

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛



GAIRAH ganjil itu tersapu bersih saat aku tidur.

Karena saat tidur aku bermimpi buruk lagi.

Mimpi aneh yang lagi-lagi terasa nyata. Aku berjalan di lorong Rumah Sakit Trost yang penuh darah. Teriakan di mana-mana. Kukejar perawat terdekat, lalu mendapati perawat itu terkapar di bawah kakiku. Lehernya putus.

Darahnya memenuhi telapak tanganku.

Aku terbangun dengan keringat dingin di dalam sebuah tenda. Sesak. Panas. Spontan kulihat telapak tanganku yang berlumuran darah.

Tanganku bersih, tidak berlumur darah.

Api unggun dengan kayu bergeretak di samping tenda. Kubuka pintu tenda untuk mengintip keluar. Aku tak ingat kapan tiba di tenda ini. Sebuah hutan kecil. Sudah berapa hari sejak aku pergi dari stasiun bawah tanah yang angker itu? 

Apakah aku ditinggal sendirian lagi?

Aku berembus lega saat melihat Levi di seberang tendaku. Ia duduk bersandar pada batang pohon. Bibir tipis, cekungan mata yang dalam, kontur wajah yang tegas. Levi tidur sambil memeluk pedang samurai.

Bukan pertama kalinya kulihat alfaku tidur dengan cara seperti itu. Kupikir ia melakukannya agar bisa bersiaga kapan pun musuh datang.

Namun, kurasa bukan itu alasannya.

Selagi kupandangi Levi berlama-lama, mata gelapnya tiba-tiba membuka.

Debaran keras menyerbu. Aku spontan membuang muka, berusaha menekan rasa panas yang kembali datang dari perut bawahku.

Levi menatapku dalam diam. Percikan api unggun menari di matanya.

"Kau sudah bangun."

"Hm, yeah."

" ... Keadaanmu? Apa yang kaurasakan?"

Aku mengerjap, tak menyangka Levi akan menanyai kondisiku.

"Entahlah," jawabku. Rasa panas tak wajar itu bisa kembali kapan pun.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang