Bab 10: Interrogation

955 170 122
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Note:

Bab ini panjang, tetapi ada beberapa penyesuaian yang kulakukan sehingga ada adegan yang berbeda dengan versi di buku terdahulu. Jikalau ada adegan yang berbau mature juga di-tone down dan aku rewrite sedikit beda di Wattpad.

Bagi yang pernah baca bukunya, coba cari apa perbedaannya.

PDF X Trilogy masih bisa kamu beli di KK untuk saat ini, ya. Cek link di bawah.

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛



BAB ini kumulai dengan adegan bangun tidur seperti bab sebelumnya.

Aku terbangun di ranjang, lagi-lagi telanjang bulat. Kalung kunci dari ayahku menghilang dari leherku. Tubuh polosku hanya ditutupi selimut. Kedua tanganku diikat merentang di pinggir bingkai tempat tidur. Melihat sekeliling, aku mengenali bentuk rak televisi, meja kopi, sofa, kulkas kecil, dan karpet. Seluruh gorden tertutup. Remang. Kamar motel.

Levi duduk di sofa samping jendela, menyandera kalung kunciku.

Aku terkesiap, spontan bangun dengan punggung menekan bingkai ranjang.

Kami saling pandang beberapa lama.

Wajah Levi datar, kontras dengan tatapan matanya yang seperti pemburu mangsa. Ditatap sedemikian intens membuat parasku memanas.

"Lepas," aku meronta, "kembalikan kunci itu.

Dia menyilangkan tangan. "Teriak sekali lagi, mereka akan datang kemari karena suara cemprengmu."

Pandanganku nanar. "Di mana ini?"

"Tempat yang aman untuk menyembunyikan bocah bermasalah. Asal kau bisa jaga mulut besarmu."

"Kenapa aku harus disembunyikan—ah ya, tolong beri tahu apa yang terjadi selama aku tidur." Aku menekuk kaki di bawah selimut.

Mata Levi mengikuti pergerakan kakiku. "Sebelum atau sesudah?" tanyanya.

"Maksudmu?"

"Sebelum atau sesudah kau tidur? Aku punya semua ceritamu."

Aku menunduk, memutus kontak mata. Sulit berbicara dengan pria ini, apalagi dalam jarak dekat. Entah karena aura atau jilatan matanya yang membuatku terintimidasi.

"Aku ingin tahu seluruhnya," jawabku. "Termasuk alasan kenapa kau sering muncul di kompleks tempat tinggalku dan menguntitku—walau kurasa itu bukan kau—tidak, itu pasti kau. Kenapa aku diikat?" Kugoyang borgolnya hingga bergemerencing.

Dia mengangkat kalung kunciku di udara. "Aku tidak punya informasi gratis."

Aku mendelik. "Apa maumu? Aku tidak punya uang dan tidak ada yang bisa kuberikan."

Levi mengangkat tiga jari. "Satu, kita bertukar informasi. Setiap pertanyaan yang kuberi, kaubalas dengan jawaban. Dua, kau boleh gantian bertanya setelah aku mendapat jawaban darimu. Tiga, kau berbohong dan tidak memberiku jawaban memuaskan, ada hukuman. Aku berhak menuntut sesuatu darimu."

Aku tidak boleh lengah kepada bos mafia kriminal seperti dia. Matanya menukik. "Hukuman seperti apa memangnya?"

Seringai tipis terpatri di wajahnya. Hanya sedetik, tetapi membuat jantungku berdentum.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang