Bab 18: Bitten

597 131 14
                                    

PETA DARURAT merujuk satu-satunya jalur menuju Poison Apple, lupa dicentang oleh Reeves, tetapi sudah terpetakan dengan baik dalam kepalaku.

Aku berhenti untuk mengisi bahan bakar di pompa bensin. Senja sudah turun dengan biasan warna menarik yang ingin kulihat sedikit lama. Kulirik kondisi Eren sebentar, masih tidur nyenyak tanpa rasa bersalah, kemudian kulanjutkan perjalanan.

Tanda silang X mengisi tiap-tiap sudut kota. Mayat hidup bergerombol, menongkrongi pepetak ubin trotoar atau duduk berayun di atas tong sampah plastik. Setiap tanda X mengundang mereka datang, apa pun bentuknya. Baik plang toko bernama X-Station maupun goresan X sembarang dari dinding grafiti menarik mereka datang. 

Bayangkan kau bisa membunuh mereka semua dengan menyiapkan gedung yang ditulisi huruf X di tiap sudut, lalu jatuhkan bom ke atas gedung itu. Pasti memuaskan rasanya. 

Andaikan bisa semudah itu.

Restoran Poison Apple sekecil minimarket, tetapi memiliki tempat parkir terluas dibandingkan restoran lain di blok tersebut. Restorannya terletak tepat di ujung Distrik Klorva dengan plang besar gambar buah apel ungu.

Situasinya lebih pelik dari dugaanku.

Mayat hidup sedang mencakari dinding Poison Apple. Mereka mengitari, jalan mondar-mandir, sebagian berlutut memuja. Mereka menggeram lapar mencari manusia di dalam restoran, padahal tak ada tanda-tanda dihuni. Apabila memang sebelumnya ada manusia, pastilah mereka sudah menghilang di balik pintu dapur, setelah meninggalkan banyak tanda silang.

Tanda silang X dengan cat merah mengisi setiap dinding kaca restoran Poison Apple. Tempat itu terlihat seperti jebakan. Monarki bisa datang kapan saja menjatuhkan bom di atasnya.

Akal-akalan siapa ini?

Sekelompok oknum sudah menebak kedatanganku kemari. Mungkin mereka menyadap Reeves tentang rencana mengunjungi Poison Apple. Sekelompok oknum menggunakan Poison Apple untuk menginfiltrasi kota bawah tanahku.

Apakah aku berbohong tentang risiko menjajaki Poison Apple? Hanya setengah berbohong. Risiko memang sangat tinggi, tetapi ada cara yang lebih mudah tanpa perlu mengorbankan satu dari tujuh nyawamu.

Ada terlalu banyak jalan menuju bawah tanah.

Kudorong troli kecil dari atas gundukan lahan parkir. Troli itu berhenti di depan pintu kaca Poison Apple. Aku berlindung di balik badan mobil kosong. Kusumbat telingaku.

Mayat hidup yang lewat menyeringai penasaran. Makhluk busuh itu menatap troli yang kutinggalkan, merogoh bagian dalam troli, mengambil granat tangan yang sudah kurakit. Selanjutnya, badan makhluk itu meletus jadi serpihan yang lebih kecil dari belatung.

Bagian depan restoran Poison Apple ikut meledak. Mayat hidup di sekitarnya bertumbangan.

Mayat hidup yang tak jauh dari Poison Apple tertarik suara ledakan. Tak ada waktu menunggu. Motorku melintas cepat di pelataran parkir. Sasarannya adalah lubang menganga menuju bawah tanah di halaman belakang restoran.

Namun, kendala selalu ada walau kemungkinannya cuma nol koma satu persen.

Aku merasakannya. Beban aneh dari ransel berat yang terikat ke punggungku. Mendadak begitu berat.

Tiba-tiba aku didekap dari belakang, bukan ranselku, melainkan oleh omegaku yang baru bangun tidur. 

Terkejut karena ledakan granat, Eren Jaeger bangun tidak dengan cara manis, tetapi mendesis marah dengan gigi tajam bergeretak. Aku sudah mengunci mulutnya dengan gag, tetapi bola gag itu sudah copot karena ia kunyah-kunyah.

Saat kedua mata kami bertemu, Eren dengan mata merahnya menyeringai ganas.

Eren mencekikku dari belakang. Motorku oleng ke depan. Dari balik setiap gedung, mayat hidup berlompatan, tertarik derum mesin motorku. Mereka mengejar.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang