Bab 46: Bitter Reunion

463 55 7
                                    

PDF X masih bisa dibeli di KaryaKarsa, ya~ https://karyakarsa.com/rashoura/x-trilogy

Link BACA ONLINE X Trilogy di KK juga sudah bisa diakses lagi. https://karyakarsa.com/rashoura/x-trilogy-baca-online

https://karyakarsa.com/rashoura/



Berdiri di ambang gerbang, sosok monyet besar berjalan kepadaku. Aku menahan napas. Saat sorot lampu di atas kepala menyorotinya, ternyata ia sepenuhnya manusia. Zeke Jaeger.

Levi merunduk waspada di depanku. Pedangnya melintang, seolah-olah menjadi garis batas antara aku dan musuhku.

Zeke memulai dengan sedikit helaan napas. "Sebenarnya aku tidak bermaksud membuatnya jadi seberantakan ini. Apa boleh buat. Bagaimana jika kita lakukan dengan cara yang lebih damai dan mudah." Zeke mengulurkan tangannya kepadaku. "Eren Jaeger, maukah kau ikut bersama kami?"

Ucapan Zeke barusan menyentil pecahan ingatan yang hilang di dalam kepalaku. Aku melihat rekaman-rekaman gambar yang melintas. Tangan Zeke tersodor di ambang pintu rumahku di Shiganshina. Kapan ini pernah terjadi? Aku bergidik ngeri.

"Eren, kita berada dalam satu perahu yang sama. Kau ingin bisa hidup damai bersama keluarga kecilmu, begitu pula aku. Jadi, kenapa kita tidak hidup bersama-sama saja? Pikirkan baik-baik, Eren, siapakah yang memulai segala kekacauan ini? Bukankah kau pun tahu siapa kelompok yang seharusnya kaubenci—"

Saat aku sedang dikacaukan oleh perkataannya, tiba-tiba Levi menghilang.

Pedang Levi hanya berjarak sejengkal di depan leher Zeke.

Baik aku maupun Zeke sama sekali tidak menyadari pergerakan kilat itu.

Zeke mendelik terkejut, melompat mundur tepat sebelum Levi menebas pinggangnya.

Mestinya Zeke tidak bisa menghindar dan tebasan itu bisa memotong dua tubuhnya. Aku terbeliak. Ternyata hanya berbentuk segaris luka.

Levi hendak maju dan menebas lagi, tetapi langkahnya tertahan oleh rentetan tembakan. Pasukan penembak jitu sedang membidik alfaku dari atas gedung. Levi melakukan salto ke belakang dan berlutut waspada.

Zeke terhuyung memegangi perutnya yang terluka. "Wow, Levi Ackerman! Wow! Mengapa kau selalu sadis? Setidaknya beri kesempatan lawan untuk berbicara."

Levi bergumam datar, "Oh? Apa aku pernah mengenalmu?"

"Aku dan omegamu bersaudara!" Zeke mendengus. "Kita harusnya menjadi partner paling akrab sedunia."

"Apa yang bisa diberikan oleh pria bermulut besar sepertimu selain omong kosong?"

Levi menusukkan pedangnya tepat ke dada kiri Zeke.

Untuk beberapa saat, udara di sekeliling kami hanya diisi dengan teriakan terkejut dan kesakitan Zeke.

Levi menatap dingin lawannya. Ujung pedangnya telah menembus ke bagian punggung, tepat sasaran mengoyak jantung!

Zeke tampak melemah sesaat. Kedua tangannya bergantung di sisi tubuhnya, dan lututnya menekuk. Ia tak bergerak. Apakah dia mati?

Sesaat kemudian, pundaknya bergetar. Darah bertumpah dari mulutnya, tetapi Zeke menyunggingkan seringai. Aku terkesiap melihat dada Zeke mengepulkan asap dan tubuhnya pulih dengan misterius.

"Selagi kau begitu bernafsu ingin membunuhku, Levi, kau melupakan apa yang mestinya dilindungi, hm?" kata Zeke. "Aku tidak berharga."

Yang dia maksud adalah aku.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang