Bab 13: Slow

867 164 64
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Note:

WARNING 18+

Adegan dewasa biasanya cuma dijadikan selingan nikmat dalam sebuah cerita, bisa dibaca bisa tidak. Namun, di X tidak bisa seperti itu. Adegan dewasa di bab ini justru menjadi sangat krusial untuk pengembangan cerita, sama sekali tidak bisa dihilangkan. Paling yang bisa kulakukan saat ini hanyalah men-tone down dan rewrite adegan dewasanya agar lebih sopan.

Maka dari itu, ada 1.000 kata yang harus aku hapus di bab ini dari buku lamanya.

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛


SIKLUS omega-in-heat—siklus berahi kaum omega, kutemukan istilah itu setelah melakukan pencarian di internet.

Siklus berahi atau sebut saja datang bulan omega ini menyerang dalam tidurku. Kurasa aku sanggup berjalan sambil tidur, merangkak sepanjang lorong, dan memohon untuk disentuh kaum alfa. Sebelum itu terjadi, aku memilih tidak tidur saja.

Malah memperparah keadaan.

Makin malam makin intens. Rasanya panas membakar. Aku akan mati bukan sebagai zombi gagal kawin, tetapi mati terbakar kepanasan.

Aku berlari ke kamar mandi, mengguyur sekujur tubuh dengan air dingin. Licin kulitku. Sabun wangi lemon. Air dingin mengejutkan saraf yang kaku, kalau tidak membuat relaks, tetapi malah memperparah gairahku.

Sakit.

Aku tersungkur.

Aku coba menyentuh diri.

Aku tak bisa merasakan nikmat dengan tanganku sendiri sekuat apa pun aku berusaha.

Aku kembali berpakaian, melawan gigil meski kulit panas meremang, keluar kamar.

Levi bertengger seperti perkutut di atas motornya. Dia tidak tidur. Kapan terakhir kulihat dia tidur?

Levi terus duduk di sana, menyilangkan tangan dan berjaga. Berbotol-botol teh hitam di bawah kakinya. Tato yang menyembul di balik jaketnya mendadak terlihat menggiurkan di mataku.

Aku tidak tahu berapa omega yang sudah ditiduri oleh Levi. Beberapa banyak dari mereka yang terjerat pesonanya. Mary benar, hanya melihat sosok gagah Levi di atas motor itu, kakiku melumpuh.

Saat mata kami beradu, aku mungkin hilang akal. Aku terdesak. Aku bisa berubah menjadi zombi sekarang. Kabut merah menyebar di kepalaku dengan sensor peringatan darurat.

Aku akan mati. Aku akan mati. Aku akan mati.

Aku akan mati jika tidak melakukannya malam ini!

Tubuhku bergerak sendiri.

Aku ingin memakan Levi. Aku ingin masuk lemari es, membeku seperti selada dingin, lalu dimakan oleh Levi. Aku tak perlu bicara. Levi tahu apa yang kumau.

"Aku ingin simpulmu," geramku, memohon. Kata-kata itu bergulir otomatis. Terdengar asing di telingaku sendiri.

Alfaku menatap dengan pandangan tergelapnya.

Tidak perlu ada cinta. Kami sama-sama tahu kebutuhan biologis ini begitu mendesak.

"Jeritanmu akan mengundang mereka datang," kata Levi.

Masa bodoh.

Derita dan frustrasiku sudah mustahil dibendung. Aku sudah tidak tahan.

Aku berlutut, melepaskan pakaianku perlahan di depan Levi.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang