Bab 22: Prisoner

694 121 11
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

3 bab ke depan ini bab favoritku selama nulis X Trilogy ❤️

Di bab ini juga ada sesuatu yang berbeda dengan versi buku lama. Temukan dialog baru, ya!

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛


AKU Eren Jaeger. 

Aku sepenuhnya sadar sekarang dan sudah waktunya kembali menulis kisahku!

Hal terakhir yang kuinginkan adalah bangun tidur dan diserang oleh alfaku. Tidak ada yang pernah menyentuhku seperti itu sebelumnya. Levi menyentuhku seolah-olah ia sudah mengenal benar tubuhku. Apakah karena ia alfaku?

Levi menyembunyikan sesuatu. Dia masih belum mau mengaku sampai siang ini—atau apakah hari sudah malam? Aku tidak tahu hari di bawah tanah. Dia penguasa bawah tanah, mengendalikan banyak tubuh-tubuh berjaket kulit dan bermotor gede. Dia kepala mafia bawah tanah seperti di dalam komik! Tak ada yang lebih keren untuk saat ini.

Dunia di bawah tanah tidak seperti bayanganku. Aku membayangkan langit berdinding gua, kanal-kanal yang dijadikan atap perumahan, dan puncak gedung tak seberapa tinggi. Rumahmu beratap terlalu rendah, kepalamu pasti terbentur saat bangun tidur.

Rupanya ini adalah replika dari Ibu Kota Mitras. Kota Bawah Tanah sangat maju. Kolom bawah tanah gigantis stabil menopang struktur kota yang didirikan oleh koloni alfaku. Kalaupun gedung paling tinggi tidak sampai mencakar langit seperti gedung dewan Mitras, mereka jauh lebih tinggi dari gedung mal termewah di kampungku Shiganshina.

Namun, jeruji besi di mana-mana. Kriminal, pasar gelap, prostitusi. Lingkungan gelap berpencahayaan minim melingkupimu seperti dalam tempurung. Seperti penjara ketimbang kota. Udaranya dingin lembap. Napasku memutih.

Levi tinggal dan besar di kota yang sekelam ini.

Kutatap alfaku yang sedang berdiri bak pemandu upacara di hadapan berpuluh-puluh pagar betis manusia—pasukannya, para preman berbadan besar-besar, bertato, dan bermotor. Mereka memanggil Levi dengan sebutan kapten.

"Kenapa kalian memanggilnya 'kapten'?" tanyaku bingung kepada Isabel.

Kedua mata hijau kami beradu. Isabel berbisik, "Karena Abang dianggap pemimpin mereka dan sebagian dari mereka adalah mantan veteran militer."

"Kenapa bukan bos? Kolonel? Mayor? Jenderal?" Aku nyaris ingin bercanda.

Isabel menyeringai. "Abang membebaskan kami memanggilnya apa pun, tetapi ia juga tidak suka yang terlalu berlebihan."

Ah, begitu? Aku tersenyum.

Lihat alfaku, tubuhnya hanya sedada atau sepinggang para prajuritnya, tetapi ia pemimpin mereka. Seorang alfa memang raja dalam hierarki tatanan sosial. Aku yang omega cuma bisa melihat dari jauh.

Orang-orang di sekelilingku memburu langkah. Aku melihat gerobak senjata lengkap mengepul dengan bau mesiu. Mereka seperti bersiap untuk berperang. Aku belum tahu saat itu mereka sedang bersiap mengorbankan diri untuk melindungiku.

Kenny Ackerman adalah pemimpin lain yang bersanding bersama Levi. Apa hubungan mereka berdua, aku tak tahu. Yang kutahu, aku tak terlalu menyukai pria tua itu. Kenny seperti tokoh licik antagonis di komik-komik, yang terkadang membantu protagonis jika ada maunya saja.

Oluo, Eld, Gunther dan Petra—saat makan siang, Levi memperkenalkanku kepada tim binaannya. Jika Isabel adalah tangan kanan Levi, mereka berempat pilar penyokong kepemimpinan alfaku. Mereka skuat khusus yang mendedikasikan hidup untuk mendukung Levi.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang