Bab 27: Burnt

667 106 14
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Yay ... aku kasih dobel update hari ini. Bab 26 dan bab 27. ;) Enjoy.  

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛


PAGI. Aku terbangun tanpa Levi di sampingku. Alfaku baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk, berpakaian dengan cepat.

Aku berguling terjatuh dari ranjang. Aku tidak bisa merasakan kakiku. Levi, yang berdiri di samping ranjang, refleks menangkapku.

Levi membantuku menyiapkan sarapan. Di dapur tangan kami tidak sengaja bersentuhan saat sedang menekan tombol toaster. Levi menatapku dari samping. Aku membuang muka.

Sejak semalam aku agak kesulitan menatap Levi di mata. Wajahku menjadi panas seperti remaja sekolah baru tumbuh. Sepertinya aku sempat mengigau dan berbicara melantur dalam tidurku. Aku tak tahu apa saja yang kami bicarakan semalaman, tetapi aku ingat merebahkan kepala di dadanya. Terus bicara. Terus menggenggam tangannya.

Rasanya pagi ini lebih damai dari biasanya.

Tak ada yang kutakuti lagi selama bersama Levi Ackerman.

Di depan motel, Levi mengutak-atik radio dan memutar rekaman sebuah kaset tua.

"We're still searching for hope." Rekaman palsu tentang bala bantuan yang tak pernah ada. Levi membiarkannya mengudara lewat radio. Aku tak paham apa rencana alfaku.

Levi menggores huruf X besar dengan cat putih di tengah jalan.

"Apa yang kaulakukan?" tanyaku, menenteng ransel.

"Memancing orang yang berkepentingan datang."

Dahiku berkerut.

Levi buru-buru melompat ke atas motornya. Aku buru-buru memboncengnya.

Kami membentang peta. Jalur menuju markas Survey Corps hanya ada satu. Tegak lurus ke utara, di pinggir Provinsi Rose, melewati sebuah distrik kecil yang dicoret dengan tanda silang besar merah. Distrik kecil tersebut sebelumnya adalah kawasan industri.

Apabila mempercayai siaran radio palsu, semua petunjuk mengarah kepada wilayah itu. Tempat yang pasti dituju pengungsi pencari bala bantuan. Aku membayangkan pasukan Survey Corps atau militer yang antipemerintah. Kelompok penyintas independen yang menyelamatkan diri mereka sendiri dari pemerintahan monarki dan mayat hidup. Apabila kelompok tersebut adalah bagian dari monarki, aku dan Levi tak mungkin bisa bergabung ke dalamnya.

"Kita tidak bisa memutar lebih jauh untuk menuju markas Survey Corps. Kita lewat jalan ini."

Aku mengangguk.

Ban motor Levi menindih tulisan X. Cat itu menempel di badan ban dan membikin jejak sepanjang jalan. Aku tak berkedip melihat huruf X raksasa di tengah aspal.

Pemukiman kumuh berderet satu mil dari Mitras. Kompleks dengan petak-petak gedung berimpit tak tertata, dibayangi gedung pencakar langit mewah di langit metropolis. Dari motel, kami mencapai tempat tersebut dalam waktu satu se-tengah jam.

Dari informasi yang Levi peroleh, mestinya area ini dijadikan pemukiman penyintas sementara.

Wilayah X.

Mobil rongsokan teronggok di sekitar kami. Gedung-gedung kecil tertinggal, gelap tanpa listrik. Sepeda motor dan mobil tertinggal. Aku tak melihat apa pun selain rongsokan.

Sunyi. Tak ada tanda-tanda penyerangan zombi. Pemukiman itu didiami, lalu ditinggal pergi.

Levi memelankan motornya, seolah-olah tak ingin membuat suara.

X [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang