AKU tak punya banyak waktu untuk berdebat dengan Eren, tentang apakah kami harus kembali ke rombongan Hannes atau tidak. Eren sudah menjanjikan rekan-rekan kami akses menuju Mitras. Kami sudah memilikinya. Bersama Hannes, Armin, dan lainnya, kami dapat memasuki Mitras.
Mestinya tak ada yang perlu dikhawatirkan, kecuali satu hal.
Levi dalam wujud zombinya disuntik hingga tertidur sangat pulas. Ia kaku seperti mayat yang benar-benar mati. Kenny memberikan sekotak ampul dan alat suntik, cukup untuk mengamankan Levi selama sebulan dengan satu kali penyuntikan berkala setiap enam jam sekali. Levi dibaringkan di belakang jok mobil militer taktis antipeluru. Kendaraan logistik gagah dengan bodi berlapis baja ini dapat menahan peluru bertenaga roket yang termutakhir. Sementara itu, Eren menerima sebuah peta untuk akses jalan tercepat menuju Dunia Atas. Kami mempelajari peta bawah tanah yang rumit itu bersama-sama.
"Tidak ada jaminan semua jalur aman. Seminggu yang lalu tak ada satu pun mayat di dalam terowongan itu, tapi semalam sudah dipenuhi mayat busuk," terang anggota skuat Kenny.
Traute memenuhi ransel kami dengan berbagai barang yang sangat berguna seberat dua puluh kilogram. Seperti magasin, belati militer yang terasah tajam—dapat memotong tulang, senapan penembak jitu, pistol kaliber ringan, pemantik, tali, obat-obatan, berkaleng-kaleng makanan beku, dan lainnya.
Sebelum berangkat, Kenny mencegatku. Ia mengajakku menjauh dari Eren agar kami dapat berbicara secara rahasia.
Kenny tidak hanya sekadar mengucapkan salam perpisahan. Aku pun tak bisa menahan diri untuk menyerbunya dengan segala pertanyaan.
Terutama tentang apa yang terjadi kepada Eren.
Kenny tidak berkelit sama sekali. "Anak itu memang hamil. Kau tak bisa menyangkalnya terus-terusan."
Kutatap Kenny dengan rahang yang kaku.
Di antara jarinya yang keriput, Kenny memberiku sebuah ampul keemasan dan jarum suntik spesial. "Untuk menggugurkan janin menyedihkannya," katanya.
Kenny menebak dengan telak kegelisahanku mengenai kondisi Eren yang sedang mengandung anak Levi. Ia menawarkan solusi yang tak bisa kutolak. Mengantongi ampul dan alat suntik tersebut, tengkukku mendingin. Aku akan menjadi calon pembunuh terkeji, manusia paling buruk di muka bumi.
"Sejujurnya aku ingin sekali menimang cucu, tapi terserah kau. Kuberi tahu saja, Eren sangat kuat. Rahim omega lelaki jauh lebih kuat dibandingkan dengan rahim omega wanita pada umumnya. Berlari dan jatuh duduk seribu kali pun tidak akan membuatnya keguguran dengan mudah, apalagi di dalam darahnya mengalir virus X spesial, kecuali jika kau sengaja membuatnya 'jatuh', lakukanlah dengan cara yang tidak terlalu menyakitkan. Kau juga bisa membiarkan Eren tidur di luar rumah saat musim dingin. Suhu udara dan stres yang akan merusak janinnya." Kenny menepuk pundakku. "Omong-omong, senang berjumpa denganmu, Mikasa, dan selamat tinggal."
"Tunggu. Kau belum menjawab, selain mengandung anak itu—bukankah Eren memang berbeda? Dia digigit, tidak berubah, tapi terkadang ia bisa berubah karena frustrasi atau apa. Apa kau tak punya obat untuk itu?"
"Levi pernah meminta serum untuk Eren, memohon kepadaku sampai menangis, kalau tidak salah." Kenny bergurau. "Apa yang bisa kuberikan? Tidak ada. Aku tak punya apa pun untuk dapat mengembalikan Eren ke kondisi semula. Mungkin Zackley punya jawaban untukmu."
"Bagaimana jika dokter itu pun tak punya jawabannya?" Aku bertanya datar. "Bagaimana jika kalung kunci yang kaupinjam itu malah memiliki jawabannya?"
Kenny tersenyum tipis. "Ketika ragu, berdoalah."
✖️
Ada satu hal yang Kenny lupa sampaikan—atau sengaja tidak sampaikan—saat kami berpisah. Di dalam tubuh Levi saat ini tertanam alat pelacak. Alat pelacak tersebut sudah ada sejak Levi tertangkap oleh pihak monarki.
![](https://img.wattpad.com/cover/321094718-288-k233574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
X [RivaEre Fanfiction]
ActionProsesnya menahun. Bertahap, bertingkat, berlanjut tanpa jeda. Saat terjadi, segalanya berlangsung cepat. Tidak ada pernyataan ofisial. Namun, mereka sepakat menamainya Peristiwa X karena huruf X tersebar di mana-mana; di dinding, besi tiang jemuran...