1

347 37 2
                                    

Udara di back-office restoran terasa pengap karena terletak dekat dengan dapur. Tidak ada jendela pula di sana kecuali ventilasi di plafon yang hanya meminimalisir rasa pengap itu, tidak benar-benar menyegarkan sehingga Matthew yang belum terbiasa dengan kepengapan terus mengerutkan hidung. Ia berjalan dengan langkah kecil memasuki ruang HRD yang pintunya terbuka lebar sehingga orang yang berada di dalamnya terkesiap, kaget akan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Pak Matthew!" Seru HR Manager-nya dengan ramah, sengaja berdiri dan mempersilahkan Matthew untuk duduk di sofa.

"Bentar aja, Pak Reza. Saya mau make sure, apa udah ada lamaran yang masuk untuk waitress sama cook?" Tanya Matthew anteng berdiri, memandang sang HR Manager bernama Reza itu tanpa semangat.

Reza segera mengangguk, tersenyum lebar memperlihatkan tumpukan amplop cokelat yang berada di atas mejanya. "Sudah banyak, Pak. Pagi ini saya mau screening satu-satu sama tim."

"Kalau bisa kriterianya mendekati, ya. Kalau pas, langsung panggil interview aja." Kata Matthew disambut anggukan kepala pria yang berusia hampir setengah abad itu.

Matthew turut mengangguk, memperhatikan ruangan HRD itu dengan saksama. Terlalu polos dan kaku. Sama seperti tipe restoran yang dimiliki keluarganya kini. Ada rasa kurang nyaman yang hinggap dalam diri Matthew, tapi ia tidak bisa mengeluarkannya sekarang sehingga ia kembali menatap Reza dengan dua mata yang tajam--tidak sungkan meski umurnya jauh di bawah Reza.

"Saya juga lagi cari admin sosial media untuk pusat, kalau ada email yang masuk tolong beritahu saya, ya."

"Baik, Pak." Ucap Reza itu otomatis, mulai kikuk karena Matthew yang sikapnya tidak begitu santai.

Sekali lagi Matthew mengangguk, berniat keluar dari ruangan itu sebelum menemukan sebuah CV terpampang nyata di meja dekat sofa yang hampir didudukinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekali lagi Matthew mengangguk, berniat keluar dari ruangan itu sebelum menemukan sebuah CV terpampang nyata di meja dekat sofa yang hampir didudukinya. Dengan sigap Matthew meraih CV itu, membelalakkan mata saat melihat foto sang kandidat.

"Maaf, Pak. Itu kandidatnya tidak jadi melamar." Kata Reza ingin merebut kertas tersebut dari tangan Matthew.

"Kenapa?" Tanya Matthew heran, enggan memberikan kertas itu kembali dan fokus membaca isi CV.

"Katanya, sih, udah dapat kerja di tempat lain." Jawab Reza sungkan, dua tangannya masih meminta CV itu tapi Matthew tidak memperdulikannya.

"Biar saya yang buang CV-nya." Kata Matthew membungkam Reza yang langsung menurunkan tangan saat atasannya itu beranjak dari ruangannya dengan kening berkerut membaca CV tersebut seperti tengah membaca sebuah novel yang sangat seru.

~~~

"Nen, lu inget Dinda, nggak?"

"Nama gue nista mulu perasaan. Panggil gue Man aja napa, sih!?" Seru pria di balik telepon Matthew dengan garang.

Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang