Dinda mengerjapkan matanya beberapa kali setelah terbangun lebih cepat 5 menit dari jam alarm yang ia set semalam. Ia lalu menyibak selimut, terduduk di sisi kasur untuk mengumpulkan nyawa. Ia terdiam lama, lalu matanya bergerak memperhatikan isi kamar yang tidak berantakan--tapi tidak juga rapi, menemukan sebuah paper bag yang belum ia buka sejak dua hari. Paper bag berisi kado dari Matthew.
Sebenarnya Dinda ingin membukanya saat natal tiba, dua hari lagi, tapi Matthew bilang ia harus membukanya sekarang agar bisa dikenakan saat hari natal. Dengan langkah berat, Dinda pun berjalan mengambil paper bag dari atas meja belajarnya dan kembali duduk di sisi kasur sambil memangku tas itu.
Di dalamnya terdapat sebuah kotak beludru berwarna merah bertuliskan nama sebuah toko perhiasan yang pernah Dinda lihat di beberapa pusat perbelanjaan. Saat mengeluarkan kotak itu Dinda merasa sangat gugup sampai kesadarannya kembali dengan sempurna. Meski tidak pernah tahu soal perhiasan mahal, Dinda tahu kalau toko tempat Matthew membelikannya hadiah ini adalah salah satu toko yang menjual perhiasan berlian dengan harga selangit.
Sesuai dengan apa yang sudah dibayangkan Dinda, Matthew membelikannya sebuah perhiasan, kalung emas putih dengan liontin berlian. Cukup lama Dinda memandangi kalung itu, membiarkan matanya menelusuri setiap sisi kalung dengan dada yang membuncah.
"Dinda?"
Suara Mamanya membuat Dinda segera menaruh kalung itu ke dalam kotak beludru, tapi perempuan itu sudah terlanjur melihatnya setelah membuka kamar Dinda yang tidak terkunci. Perlahan ia masuk, menutup pintu kamar Dinda kembali sambil memandang anaknya penasaran.
"Itu kalungnya siapa, Din?" Tanya Mamanya beringsut duduk di sisi Dinda.
Dengan berat hati Dinda pun menjawab. "Dari Matthew buat Dinda, Ma."
"Kalian balikan?"
Lidah Dinda terasa kelu, ia memandang kembali kalung di dalam kotak beludru. Memikirkan status hubungannya dengan Matthew sekarang yang terasa sangat complicated. Dinda tidak tahu apakah mereka balikan atau tidak, kalau pun balikan, apakah Dinda bisa disebut sebagai selingkuhan Matthew?
Melihat anaknya yang diam, membuat Mama Dinda bergerak memijit kedua bahu Dinda dengan lembut. Perempuan itu paham apa yang dirasakan Dinda meski anaknya tidak pernah memperbincangkan masalah Matthew kepadanya lagi sejak lulus SMA.
"Mama bakal dukung semua keputusan kamu, Dinda. Entah itu balikan sama Matthew atau nggak."
"Matthew sudah tunangan, Ma."
Mamanya terkesiap, ia memandang Dinda tidak percaya.
"Makanya, Dinda bingung harus gimana..." Ujar Dinda kalut, menaruh kotak beludru itu kembali ke dalam paper bag lalu memeluk lengan Mamanya dengan erat. "Dinda harus gimana, Ma?"
Mendengar suara Dinda yang lirih membuat hati Mamanya mencelus. Perempuan itu beringsut memeluk Dinda dengan erat sambil mengusap puncak kepalanya dengan penuh kasih.
"Mama tahu, kadang perasaan nggak bisa kita atur, Din." Mamanya berkata dengan tenang, lalu melanjutkan omongannya, "tapi kamu juga harus inget, manusia dikasih hati bukan untuk menyakiti orang lain."
Deg
Dinda seperti tertampar mendengar penuturan Mamanya. Dadanya terasa sangat sesak sampai matanya memanas. Kenyataan memang sangat menyakitkan, apalagi mendengarnya langsung dari Sang Mama yang pelukannya makin erat, membuat air matanya luruh tanpa bisa dikontrol.
"Jodoh nggak ke mana, Dinda. Mama yakin, entah itu dengan Matthew atau bukan, kamu pasti akan bahagia." Kata Mamanya bijak, makin menyesakkan hati Dinda dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken String [Complete]
FanfictionMatthew Tanudjaja (Xu Minghao) harus kembali ke Indonesia untuk menjalankan restoran milik keluarganya setelah berkuliah di Australia. Tidak sengaja ia bertemu kembali dengan mantan pacarnya saat SMA, Dinda Clarissa yang memutuskannya karena uang. K...