21

116 22 10
                                    

Aku janji, aku bakal nikahin kamu Dinda Clarissa...

Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam benak Dinda sampai ia tidak bisa fokus menyiapkan materi yang akan dibawanya di kelas nanti. Meski sudah keukeuh untuk menjauhi Matthew, Dinda tetap tidak bisa mengindahkan keinginan untuk mempercayai kata-kata itu. Ada secercah harapan yang tidak ingin dipercaya oleh Dinda sebagaimana prinsip yang sudah ia pegang sejak lulus SMA untuk tidak berharap kepada siapa pun.

Dinda sering sekali merasa kecewa kepada manusia, sering sekali diberi harapan palsu saat masih naif. Maka dari itu, sekarang Dinda berupaya untuk tidak mudah percaya kepada orang lain, meski itu Matthew sekali pun. Matthew yang masih berusaha menghubunginya walau sudah diperingatkan oleh Dinda berulang kali.

"Dinda?"

Tuk.

Jidat Dinda disentil tiba-tiba, untungnya secara pelan oleh seorang Jordan yang sudah menumpu salah satu tangannya di atas meja kerjanya. Pria itu sedikit membungkuk, nyengir kepada Dinda yang tengah mengelus jidatnya yang terasa sedikit perih akibat tindakannya.

"Mikirin apa, Din?" Tanya Jordan sambil terkekeh, merasa tidak bersalah sama sekali.

"Kakk..." Dinda merengek pelan, melirik ke sekeliling ruangan yang lagi-lagi tidak sepi dan berbisik. "Kenapa, ih?"

"Mikirin apa?" Tanya Jordan keukeuh, mendelik tajam kepada Dinda yang merasa sedikit kesal dengan sikap seniornya itu.

"Masa depan."

"Masa depan atau Matthew?"

Dinda terkesiap. Ia memandang Jordan dengan dua mata melebar. "A-apa?"

"Tunangan Matthew nyari kamu." Kata Jordan tanpa ba-bi-bu membuat Dinda makin kaget hingga mulutnya menganga, ia memandang Jordan tidak percaya yang dibalas Jordan dengan cengiran.

"Kayaknya dia sadar kalau Matthew belum bisa move on dari kamu, deh."

"Kak... jangan becanda." Kata Dinda serius dan Jordan terkekeh. "Serius, Dinda!"

"Aku, kan... nggak kenal dia." Kata Dinda lagi, hampir berseru kalau tidak ingat sedang berada di mana. "Kak, please, nggak lucu."

"Aku serius, Dinda." Jeonghan tersenyum lebar, menahan tawa melihat wajah pias Dinda di hadapannya. Kemudian satu tangannya bergerak mengacak puncak kepala perempuan itu dengan gemas.

"Namanya Yona. Aku udah kasih tahu kalau kamu ada kelas sampai malam."

"Kak..." Dinda mengerucutkan bibir, mendorong tangan Jordan dari kepalanya dengan pelan--ia merasa tidak nyaman atas tindakan pria itu yang membuatnya mendapat delikan maut dari beberapa orang yang berada di ruangan tersebut. Dinda masih menyangka Jordan mengusilinya, apalagi melihat cengiran Jordan yang tidak pernah hilang dari wajahnya.

"Setelah kelas katanya dia bakal datang ke sini lagi."

"Kak Jordan..."

"Nanti aku tungguin juga." Kata Jordan tidak memperdulikan Dinda yang ingin meringis karena berharap apa yang dikatakannya hanya sebuah guyonan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang