40

72 13 2
                                    

Suasana di dalam mobil itu sepi sekali, hanya suara musik yang redup terdengar menemani perjalanan Matthew yang membawa Dinda kembali ke rumah Dafa setelah turut ikut mengantar kedua orangtua perempuan itu menaiki bus di Terminal Leuwipanjang untuk kembali ke Sukabumi, kampung halaman keluarga Dinda yang sudah lama mereka tinggalkan setelah merantau ke Kota Bandung. Matthew tidak membuka suara, memberikan waktu bagi Dinda untuk menenangkan diri sambil sesekali mengelus tangannya--berharap tindakannya itu bisa membuat perasaan Dinda lebih baik.

Sebelum kedua orangtua Dinda berangkat, sebenarnya Matthew sudah menawarkan mereka untuk pindah ke ruko yang sudah ia beli di Cibadak. Tapi mereka keukeuh, enggan pindah ke tempat itu karena tidak mau membawa Matthew ke dalam urusan mereka. Dinda pun hampir marah saat Matthew melakukannya sehingga ia harus legowo saat tawarannya ditolak oleh keluarga perempuan yang ia cintai.

"Mau sewa apartemen di deket aku, nggak?" Tanya Matthew pada akhirnya saat kawasan tempat tinggal Dinda sudah dekat.

"Mau sewa apartemen di deket aku, nggak?" Tanya Matthew pada akhirnya saat kawasan tempat tinggal Dinda sudah dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertanyaan itu tidak langsung dijawab Dinda, ia tergantung dulu sampai Matthew menghela napas panjang.

"Nggak. Aku harus nyari tempat kos yang murah, Matthew."

"Aku b--"

"Aku harus nyari yang sesuai budget aku, Matthew." Dinda sengaja memotong omongan Matthew, tahu apa yang akan pria itu katakan kepadanya.

"Dan kamu biarin aku nggak membantu kamu, Din? Kamu pacar aku, loh, Dinda." Geram Matthew mengencangkan genggamannya pada roda kemudi, mencoba bersabar meski ia sudah sedikit kesal karena sejak kemarin Dinda terus saja bersikap seakan ia tidak bisa membantunya.

Sebagai pria Matthew jadi merasa tidak berdaya, seakan Dinda tidak pernah membutuhkannya. Dan ia tidak suka hal itu.

"Aku nggak mau kamu ikut campur dan bikin Mami tambah kesal." Ujar Dinda menatap Matthew dengan mata yang masih membengkak setelah menangis semalaman. "Kalau Mami tahu kamu bantu aku, dia pasti bakal tambah marah, Matthew."

"Terus? Mami dari kemarin juga udah marah sama kita, kan? Sampai bikin Ayah sama Mama balik ke Sukabumi? Ngambil rumah kamu?"

Dinda terkesiap saat Matthew mencecarnya tanpa ampun. Mobil yang ia naiki juga terasa sedikit lebih kencang hingga kawasan Pajagalan terlewatkan.

"Matthew!"

"Aku udah beli ruko itu buat kamu, Dinda! Sejak awal aku udah tahu ini bakal terjadi tapi kamu keras kepala mau nyelesaiin semua masalah kamu sendiri! Terus kamu anggap aku apa?" Matthew mulai naik pitam, sengaja membawa mobil lebih jauh dari kawasan Pajagalan agar bisa mengeluarkan uneg-uneg yang tertahan sejak beberapa hari ini. Ia tidah tahu mengapa dadanya makin panas saat Dinda menyerukan namanya, kekesalannya jadi makin tertumpuk hingga ia tidak bisa menahan diri.

"Matthew... nggak gitu..."

"Nggak gitu gimana? Bukannya udah bilang kalau ada apa-apa bilang!? Aku bahkan baru tahu Ayah sama Ibu harus kembali ke Sukabumi!"

Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang