32

87 16 0
                                    

Matthew membenci Papi dan Mami sejak tahu apa yang mereka lakukan kepada Dinda. Kasih yang selalu ia dapatkan sejak kecil tidak bisa membendung perasaan kesalnya saat mendengar penuturan Papi yang menyudutkan Dinda dan keluarganya. Padahal kedua orangtuanya tidak pernah tahu apa yang ia lihat dan rasakan saat bertemu dengan Dinda. Menurut Matthew, kedua orangtuanya terlalu serakah dan hanya mementingkan uang daripada hal yang lain.

Maka dari itu, Matthew tidak peduli dengan beberapa pesan yang dikirimkan Mami untuknya sejak hari Natal. Meski sudah diusir dari rumah, ternyata Mami masih ingin ia kembali dan membujuknya dengan cara yang sama seperti Papi.

Mom❤

Matthew, Mami minta maaf
soal kemarin...
Matthew turutin kata Papi aja, ya..

Mom❤

Matthew kapan balik
ke rumah?
Oma nyariin kamu, loh...

"Thew, gue nggak bisa bilang keputusan lu salah, tapi menurut gue... cara lu nggak tepat, deh." Jay menyahut dari ruang utama ruko di Cibadak yang tampak berantakan, sedikit meninggikan suara agar Matthew yang tengah membaca pesan Mami di dapur bisa mendengarnya.

"Hah? Gimana?" Matthew balik berseru, menaruh ponselnya ke dalam kantung celana. Ia menatap Jay yang sudah berjalan mendekatinya.

"Cara lu, Thew." Jay mendesah. "Mau gimana pun juga lu nggak boleh gitu sama bonyok lu. Coba pelan-pelan ngomongnya sama mereka."

"You didn't know them, Jay." Seloroh Matthew kesal, sedikit mengerutkan kening kepada Jay yang langsung mengunci mulut.

"Since gue kecil, Mami Papi emang gitu. Cuma dulu gue nurut-nurut aja karena emang gue nggak punya tujuan hidup selain ngelanjutin bisnis keluarga." Lanjut Matthew tanpa diminta. Ia lalu menghela napas pelan, "dan sekarang gue punya tujuan hidup, Jay."

"Dinda?"

"Siapa lagi?" Tanya Matthew retoris.

Jay mahfum. Ia diam lagi, memandang Matthew simpatik, mengingat bagaimana perubahan sifat Matthew sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar hingga sekarang. Memang, sahabatnya itu jadi lebih sedikit hangat setelah bertemu dengan Dinda. Sangat berbeda dengan Matthew yang dingin dan sarkas saat ia kecil.

Perubahan yang meyakinkan Jay kalau pilihan Matthew mungkin memang tepat.

"Terus... Yona? Gimana sekarang?"

Matthew mengedikkan bahu. "I don't know. Lu boleh bilang gue jahat, tapi gue nggak mau tahu soal dia."

Untuk jawaban yang satu itu, Jay tidak bisa menahan diri untuk memaki. Ia menggelengkan kepala, menyoroti Matthew dengan tajam. "Bener-bener lu, Thew... anjing."

~~~

Perasaan gusar Dinda kembali hadir setelah libur usai. Bukan karena Matthew tapi karena manusia lain bernama Jordan yang sekarang bersidekap memandangnya di depan pintu kelas yang sudah kosong. Pria itu tampak santai tapi Dinda bisa merasakan aura lain dari Jordan hingga ia merasa kikuk bukan main di bangkunya.

"Sibuk banget ya, sama Matthew sampai pesanku nggak dibalas?" Tanya Jordan tanpa basa-basi dan Dinda terkesiap karena pria itu menyebut nama Matthew.

Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang