43

74 10 1
                                    

Jordan sedang memangku tangan, duduk diam memandang Dinda yang sedang memeriksa tugas dari kursi paling belakang kelas yang sudah kosong. Kedua matanya tidak bisa lepas dari raut wajah Dinda yang sangat serius sampai bisa menyepelekan keberadaannya yang biasa terasa mengganggu untuk perempuan itu. Tidak bisa Jordan pungkiri jika ia memang memiliki sedikit rasa kepada Dinda. Rasa yang sudah muncul sejak ia melihat Dinda menerima medali emas karena memenangkan Olimpiade Matematika saat mereka duduk di bangku SMP.

Saat itu Jordan tengah menyibukkan diri dengan Ujian Nasional, tidak bisa ikut OSN dan hanya bisa hadir saat pengumuman karena diajak oleh teman-temannya berhubung OSN diadakan di Kota Bandung. Di sanalah ia melihat Dinda berjalan ke podium diantar sorak sorai pendukungnya. Awalnya Jordan hanya penasaran dan saat melihat Dinda tersenyum begitu dikalungkan medali, ia merasa jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Kak Jordan nggak pulang?" Tanya Dinda mengaburkan kenangan yang tiba-tiba muncul di benaknya.

"Kamu dijemput Matthew, ya?" Jordan bertanya balik, tersenyum tipis kepada Dinda yang menganggukkan kepala malu-malu.

"Berasa balik ke zaman SMA." Kata Jordan sambil berdiri dari kursi lalu berjalan santai menghampiri Dinda yang mejanya masih diramaikan oleh kertas-kertas tugas anak didiknya.

"SMA?"

Jordan mengangguk dan segera duduk di depan Dinda sembari berkata, "couple sekolah kita balikan soalnya."

Dinda tidak membalas perkataan itu tapi kedua matanya menyoroti Jordan dengan tajam. Ia paling tidak suka Jordan membawa Matthew dalam obrolan mereka karena Jordan sering kepo terhadap kehidupan pacarnya, juga sinis dengan apa saja yang dilakukan Matthew sampai Dinda yakin jika Jordan dan Matthew memiliki masalah sejak SMA yang masih berlanjut hingga sekarang.

"Kamu bener-bener suka sama Matthew, ya, Din?" Tanya Jordan tiba-tiba, kaget dengan mulutnya yang bersuara tanpa bisa ia kontrol.

"Kak Jord--"

"Matthew juga kayaknya sayang banget sama kamu, ya." Kata Jordan memotong ucapan Dinda yang ingin menginterupsinya. "Sampai rela diusir dari rumah, rela bikin orangtuanya kalang-kabut..."

"Kak..."

"Aku akuin, Matthew memang keren." Kata Jordan lagi, menghela napas gusar saat Dinda memandangnya khawatir.

"Cuma... ya, kamu juga harus siap-siap kalau Matthew kembali ke orangtuanya, Din. Hati manusia suka berubah-ubah soalnya. Jangan sampai kamu terlena sama perlakuan Matthew sampai lupa posisi kamu yang sebenarnya."

~~~

Yona memperhatikan Matthew dengan intens, diam-diam tergugah dengan apapun yang pria itu beberkan mengenai calon perusahaan yang akan dibangunnya bersama sahabat-sahabatnya kelak. Meski pertunangan mereka sudah usai, Yona tetap ingin membantu Matthew dan kawan-kawannya untuk merancang perusahaan mereka. Selain yakin prospek perusahaan mereka akan berkembang pesat, diam-diam Yona masih ingin melihat Matthew, mendengar suaranya yang kadang masih menggetarkan hati.

"Gue lagi berusaha buat nyari yang mau invest. Ada beberapa yang udah interested." Kata Matthew setelah menyelesaikan penjelasannya.

"I have some too." Manendra mengangkat tangan sesaat lalu kembali sibuk mencatat sesuatu pada iPadnya.

"Oh ya, temen kuliah gue punya modal buat buka resto next year, dia mau coba kerja bareng kita, Thew." Sahut Jay menahan rasa excited-nya karena merasa berhasil mendapatkan calon pengguna jasa mereka kelak.

"Oke. Kalau supplier untuk resto di Cibadak udah aman?"

"Aman!" Seru Jay mengangkat jempolnya ke udara.

Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang