23

105 23 3
                                    

Matthew berdiri tegap di depan toko kelontong milik keluarga Dinda sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. Ia memperhatikan Dinda yang sedang sibuk melayani seorang pelanggan, memasukkan beberapa mie instan dan sembako ke dalam kardus dengan cekatan sambil menghitung jumlah harganya. Begitu selesai, Dinda menjumlah seluruh harganya di dalam kepala dan menerima sejumlah uang dari pelanggan. Tidak ada yang berubah pikir Matthew. Dinda tetap sama seperti Dinda yang ia kenal beberapa tahun lalu.

"Alo-alo-nya satu, Ci." Kata Matthew begitu pelanggan Dinda beranjak dari toko. Ia berjalan masuk, menatap Dinda yang mendelik tajam ke arahnya.

"Ngapain, Matthew?" Tanya Dinda sambil mendongak.

"Alo-alo." Kata Matthew menahan tawa dan Dinda mengembuskan napas gusar.

"Mau masuk rumah sakit lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau masuk rumah sakit lagi?"

"Masih inget?" Tanya Matthew balik, tersenyum kepada Dinda yang menyunggingkan senyum tipis sambil berpura-pura sibuk merapikan barang di sekitarnya.

Tentu saja Dinda tidak bisa melupakan kejadian itu. Kejadian yang membuatnya kalang-kabut karena Matthew masuk rumah sakit setelah ia memberikan pria itu sebuah minuman perasa jeruk setelah menemaninya menjaga toko kelontong saat mereka masih SMA. Tidak langsung masuk rumah sakit memang, tapi tetap saja itu karena Alo-alo yang ia berikan kepada Matthew karena dokter berkata ginjal Matthew tidak kuat menerima asupan minuman dengan perasa kuat.

"Kamu ngapain ke sini, Matthew?" Tanya Dinda lagi, berusaha menahan diri untuk tidak membahas kenangan mereka di masa lalu.

"Kamu libur, kan, hari ini?"

"Nggak." Jawab Dinda cepat. "Aku kerja setiap hari."

"Di lembaga kursus Jordan?"

Dinda sedikit kaget, tapi ia segera menganggukkan kepala. Tentu saja Matthew tahu ia bekerja menjadi tutor di tempat kursus Jordan setelah melihat kebersamaannya dengan senior mereka itu. Matthew tidak mungkin diam saja, ia pasti mencari tahu tentang apa yang terjadi kepada dirinya akhir-akhir ini.

"Jordan nggak ngasih libur?"

"Aku yang minta." Seloroh Dinda sambil menatap Matthew yang masih berdiri di depan rak tepung yang memisahkan mereka.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Dinda untuk mengalihkan fokusnya terhadap Matthew. Semua barang di sekitarnya sudah rapi, tidak ada pula pelanggan yang datang.

"Ngajar jam berapa?" Tanya Matthew lagi, lebih serius.

"Sore ke malam."

"Sekarang bisa keluar?"

Pandangan Dinda menajam. Ia terkesiap mendengar ajakan pria itu yang terdengar sedikit memaksa. Padahal Matthew tahu kalau ia sudah tidak ingin berhubungan dengannya, tapi sekarang manusia itu datang lagi ke tokonya untuk mengajak keluar. Entah di mana letak otak Matthew pikir Dinda.

Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang