00.05

955 124 6
                                    

Beberapa hari telah berlalu. Kondisi Kenma sudah mulai membaik. Ketakutannya akan kejadian itu perlahan mulai menghilang.

Meskipun bekasnya tidak akan menghilang dan selalu akan di ingat olehnya.

Tapi itu tidak masalah, selama ada Kuroo di sampingnya. Kenma pasti bisa melawan semua hal itu.

"Ken, aku udah milih beberapa baju buat acara kita nanti. Jam 10 nanti kita ke sana, ya?" ucap Kuroo sambil mengalihkan pandangannya dari kamera kesayangannya.

Kenma mengangguk kecil mendengar itu. "Iya."

"Aku gak bisa nganter kamu ke sana, kita ketemuan di butik aja, ya?" Kuroo bertanya dengan wajah ragunya.

Jujur, dia masih takut untuk membiarkan Kenma kemana-mana sendiri. Bagaimana jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membuat Kenma terguncang lagi? Ck, Kuroo benar-benar tidak menginginkan hal itu.

Kenma mencubit hidung Kuroo ketika melihat wajah sang alpha yang ragu bercampur khawatir itu. "Kamu tenang aja dong, aku gak papa berangkat sendiri ke sana."

"Aaa hidung aku..." Kuroo meraih tangan Kenma yang asyik mencubit hidungnya itu.

Sementara sang empu malah terkekeh pelan dan melepaskan hidung kekasih tercintanya itu. "Mending kamu berangkat sekarang." Kenma berkata sambil melirik kearah jam dinding yang ada di sana.

Jam itu menunjukkan pukul 09.15. 5 menit lagi Kuroo akan terlambat untuk memotret modelnya.

Iya, modelnya.

Kuroo adalah seorang fotografer model yang cukup terkenal, bahkan dia bekerja sama dengan beberapa agensi ternama. Maka dari itu, tidak heran jika Kuroo bisa mengajak pindah Kenma dengan enteng, toh uang yang dia punya juga banyak.

"Tapi kamu beneran gak papa ketemuan di butik?" tanya Kuroo sekali lagi.

Kenma mengangguk, "Iya Kuroo.... Kamu tenang aja."

"Mending kamu berangkat, aku anterin sampe luar, yuk?"

Kuroo menatap Kenma lekat, di netra kuning ke emasan itu masih terpancar sedikit rasa takut. Membuat Kuroo tidak tega untuk meninggalkannya.

Tetapi... Jika ia tidak bekerja hari ini. Dia tidak akan mendapat cuti untuk pernikahannya.

Kuroo mengangguk kemudian mengecup pelan dahi Kenma. "Kalo ada apa-apa, telfon aku, ya?"

Kenma tersenyum, "Iya sayang."

Satu kecupan mendarat mulus di hidung Kenma.

Kemudian pipi kanan.

Lalu pipi kiri.

Dan terakhir di bibir ranumnya.

Kuroo tersenyum kemudian mengacak surai dwi warna itu lembut. "Yuk, anterin aku sampe depan."

Kenma mengangguk dan bangkit dari duduknya. Menarik tangan Kuroo seolah menyuruhnya untuk bangkit dan keluar dari rumah itu.

Kuroo mengikuti tarikan omega manisnya itu. Tak lupa dia mengambil sebuah ransel yang cukup besar berisi keperluan fotografinya. Dan berjalan menuju ke pintu keluar rumahnya.

Kenma membuka pintu itu, berjalan keluar terlebih dahulu dan menunggu Kuroo yang tak kunjung keluar itu.

"Kuroo, buruan berangkat. Nanti kamu telat!!" Kenma berkata sambil meninggikan suaranya.

Tak lama Kuroo keluar dari sana, sebelum benar-benar pergi dia memeluk Kenma dan mengecup bibir ranum itu sekali lagi.

"Aku berangkat."

Kenma tersenyum. "Hati-hati."

Kuroo menganggukkan kepalanya dan segera masuk kedalam mobil hitam kesayangannya. Dia menurunkan kaca mobil itu lalu melambaikan tangannya kepada Kenma.

Kenma membalas lambaian tangan alphanya itu sebelum akhirnya mobil itu menghilang dari pekarangan rumahnya.

Kenma menghentikan lambaian tangannya, dia menautkan jari jemarinya satu sama lain. Menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

"Tenang.... Aku cuman perlu naik taxi buat ke butik itu. Dengan begitu aku gak bakalan ketemu alpha gila itu lagi." ucapnya sambil menggenggam erat tangannya yang gemetaran.

Kenma memang sudah membaik.

Tetapi, belum sepenuhnya.

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang