00.49

430 53 0
                                    

Independen independen, hati kecil lu noh minta di belai.

»»——⍟——««

Kenma menatap lurus meja kerja Kuroo yang ada di ruang kerjanya. Netra kuning keemasan itu terasa kosong akibat tidak mendapati Kuroo di sana.

Sudah 10x dalam hari ini Kenma bolak balik ke ruang kerja itu. Mencoba memastikan apakah Kuroo masih di sana atau tidak.

Namun tentu saja.

Kuroo tidak ada di sana.

Tatapannya berubah menjadi sendu. Kenma ingin menangis. Benar-benar ingin menangis. Tetapi entah mengapa air mata sudah tidak mau keluar dari matanya. Seolah sudah lelah membanjiri pipi mulus itu berulang kali tanpa henti.

Bahkan Kenma yakin, jika ia tetap memaksa dirinya menangis. Yang keluar dari matanya bukanlah air melainkan darah.

Tetapi tidak papa. Jika itu akan membuat Kuroo kembali padanya, Kenma akan melakukannya.

Meskipun itu sudah jelas mustahil.

Dia menghela nafas berat. Memaksa kakinya untuk melangkah memasuki ruang kerja suaminya itu. Memperhatikan dari berbagai sudut tempat di mana Kuroo selalu berada, dengan kamera dan laptop kesayangannya.

Kenma tertawa miris memikirkan itu. "Kamu masih megang laptop sama kamera kamu, gak?" tanyanya entah pada siapa.

Langkahnya terhenti tepat di hadapan meja kerja itu. Menatap lekat kursi kosong di hadapannya. Dan menampilkan memori-memorinya dengan Kuroo saat berada di sana.

Bahkan dia juga sempat melihat Kuroo sedang duduk dan tersenyum kearahnya.

Meskipun hanya khayalannya saja.

"Aku—cinta—kamu."

"Bener-bener cinta kamu...." Kenma kembali melangkah kemudian duduk di kursi kerja suaminya itu.

Dia memajukan kursinya hingga tidak berjarak dengan meja. Lalu melipat kedua tangannya di atas meja dan mulai menenggelamkan kepalanya.

"Aku gak tau harus ngapain kalo kamu gak di samping aku..."

"Bener-bener gak tau.."

"Aku masih butuh kamu."

"Aku butuh bimbingan kamu."

Suara yang tadinya terdengar jelas itu perlahan malah tidak terdengar. Matanya perlahan terpejam dan mulai memasuki alam mimpi.

Berharap bahwa dia bisa bertemu dengan Kuroo di sana.

•••••

"Kenma, sayang... Ayo bangun."

"Papa!! Mama ga au angun!!"

"Iya sayang, Mamah pules banget ya tidurnya."

"Mama!! Mama!! Angun!!"

"Mama!! Mama!"

"Sayang, ayo bangun."

Kenma perlahan membuka matanya karena merasa terganggu dengan suara Kuroo dan juga Ryo yang sedari tadi membangunkannya.

Dan jangan lupakan pipinya yang terus menerus di tepuk pelan oleh Kuroo agar ia terbangun.

"Yey!! Mama angun!!" Ryo berkata sambil bertepuk tangan.

Sementara Kuroo hanya terkekeh kecil. Kemudian mengulurkan tangannya pada Kenma. Kenma yang menyaksikan itu pun segera meraihnya dan merubah posisinya menjadi duduk.

Kenma memperhatikan Kuroo kemudian Ryo secara bergantian. Matanya berkaca-kaca ketika menyaksikan dua manusia kesayangannya ada di hadapannya.

Tes

Air matanya menetes.

Kuroo yang menyaksikan itu tersenyum tipis. Dia menggerakkan tangannya untuk mengusap air mata yang membasahi pipi omeganya itu.

"Kamu tenang aja, aku bakalan pulang kok." ucap Kuroo dengan senyum lembutnya.

Bukannya mereda, Kenma malah makin menangis sesugukan dan tidak membalas perkataan Kuroo.

Kepalanya menggeleng ke kanan ke kiri, tangannya bergerak untuk menyentuh tangan kekar Kuroo yang mengusap lembut pipinya.

"J-jangan..."

"Jangan tinggalin a-ku...." Kenma berkata dengan air mata yang terus mengalir deras.

Kuroo tersenyum mendengarnya. "Aku gak ninggalin kamu."

"Gak mungkin aku ninggalin orang yang aku sayangin sendirian di dunia yang jahat ini."

"Kamu tenang aja."

"Aku bakalan pulang."

PRANKKK

Kenma tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya ketika tangannya tak sengaja menyenggol sebuah kaleng kopi yang entah sejak kapan ada di sana.

Kenma mengusap perutnya. Hatinya terasa sedikit tenang akibat mimpi itu.

"Kamu.... Bakalan pulang, kan?"

•••••

"HAH?! DUA BULAN?!"

"Iya, dua bulam lagi baru kami akan berangkat ke Tokyo untuk menjual ikan. Jika kau ingin ikut maka tunggulah selama dua bulan lagi."

Dia berdecak pinggang kemudian mengangguk meskipun sedikit keberatan. "Aku akan menunggu, jika sudah waktunya kabarkan aku."

Setelah berkata seperti itu dia membalikkan badannya dan meninggalkan para nelayan itu.

"Tunggu aku, aku pasti akan pulang."

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang