00.13

749 116 0
                                    

"Ken, perlu ke rumah sakit?" Kuroo berdiri tepat di belakang Kenma yang sedang berusaha memuntahkan sesuatu dari mulutnya itu.

Kenma mematikan keran wastafel, memutar badannya menghadap Kuroo. Menggeleng pelan dan segera berjalan memeluk tubuh suaminya itu lembut.

"Aku mual banget...." adu Kenma sambil mendusel pada dada bidang suami.

Kuroo tersenyum, mengusap lembut punggung kecil itu.

Itu hal yang wajar, karena Kenma sedang mengandung.

"Kepala aku pusing..."

"Hamil gak enak banget."

Kuroo terkekeh pelan mendengar aduan Kenma yang belum terbiasa dengan dua hal itu.

"Aku pijitin ya kepalanya? Atau mau aku anter ke dokter aja?" tawar Kuroo.

Kenma berhenti memeluknya, dia mundur satu langkah kemudian menggeleng.

"Enggak perlu... Aku cuman butuh istirahat, kayaknya." ucap Kenma.

Kuroo menanggapinya dengan anggukan kecil, tangannya tertuntun untuk mengusap pelan perut rata omeganya yang masih di selimuti kain itu.

"Kamu jangan bandel, ya di sana.... Jangan bikin Mamah kamu repot, kalo bisa kurangin mualnya, oke?" Kuroo berkata lembut sambil terus mengusap perut Kenma yang masih rata itu.

Kenma hanya diam memperhatikannya. Sedikit heran dengan apa yang Kuroo ucapkan.

"Emangnya dia bisa ngedenger kamu?"

Kuroo tertawa kecil mendengar itu. Dia berhenti mengusap perut Kenma dan kembali menatap Kenma. "Bisa dong..."

"Dan harusnya dia dengerin aku, kalo gak dengerin aku sentil dia!"

Kenma tertawa pelan mendengar perkataan Kuroo. Dia kembali melentangkan tangannya seolah menyuruh Kuroo memeluknya.

Kuroo tersenyum menyaksikan itu. Dia ikut melentangkan tangannya dan mendekap badan mungil itu. Memeluknya erat seolah tak mau kehilangan. Menghirup aroma khas omeganya dalam-dalam, membuat semua penat yang dia rasakan menghilang entah kemana.

Belakangan ini Kenma selalu ingin berada di pelukannya. Mungkin ini karena tuntunan dari calon buah hati yang ada di dalam perut mereka.

Kuroo tidak masalah, dia malah menyukai hal ini. Dia sangat suka ketika menyaksikan ekspresi Kenma yang meminta untuk di peluk itu. Sangat menggemaskan.

"Kuroo.... Aku bosen di rumah.." Kenma berkata dengan suara yang pelan. Suaranya terpendam oleh dekapan erat Kuroo.

Kuroo sedikit melonggarkan pelukannya, membiarkan sang omega mendongakan kepalanya untuk menatap wajahnya.

"Kamu mau jalan-jalan?"

Kenma mengangguk, "Iya, gak papa, kan?"

"Gak papa dong sayang... Ya udah, yuk siap-siap. Aku panasin mobil dulu." Kuroo berkata sambil tersenyum tipis.

Sementara Kenma malah menggelengkan kepalanya, menolak perkataan Kuroo.

"Jangan pake mobil."

Kuroo menyerngit heran mendengar itu. "Terus?"

"Jalan kaki, aja."

•••••

Kuroo melangkah perlahan, menjelajahi kota baru yang menjadi tempat tinggalnya itu.

Iya, kota baru.

Tepat setelah dia mengucap sumpah menikahnya dengan Kenma dia segera meluncur ke Tokyo, dan mengemasi barang-barang mereka. Awalnya mereka menginap di salah satu hotel yang ada di sana. Berniat untuk melakukan malam pertama tetapi karena kejadian tak di duga itu. Mereka berdua langsung menuju ke rumah barunya. Dan tinggal di sana.

Sudah dapat 4 hari mereka di rumah barunya itu dan belum sempat berkeliling untuk menyapa para tetangga yang ada di sekitar mereka.

Dan berhubung Kenma juga ingin jalan-jalan. Jadi.... Sekalian saja.

Kuroo mengerlingkan pandangannya, menatap Kenma yang merangkul tangan kirinya dengan erat seolah tidak mau terpisah olehnya.

Jujur, Kuroo sebenarnya takut—sangat takut jika Kenma berniat untuk menggugurkan bayi itu lagi. Atau bahkan melakukan hal yang lebih parah dari itu.

Jangan sampai.

Melihatnya menangis dan menanggung beban ini saja Kuroo tidak sanggup, apa lagi harus menyaksikan Kenma melakukan hal yang lebih dari itu.

Ckckck, Kuroo benar-benar tidak akan memaafkan dirinya jika itu terjadi.

"Kamu masuk kerja lagi kapan?" tanya Kenma.

Pertanyaan Kenma membuat pemikirannya buyar, dengan cepat dia menjawabnya.

"Ah-itu... Lusa. Aku bakal masuk kerja lusa!"

Kenma mengangguk mendengar itu dan menatap Kuroo. "Kamu jadi di pindahin ke agensi yang ada di sini, kan? Gak di keluarin?" Kenma bertanya dengan ragu.

Kuroo mengangguk. "Iya sayang... Kamu tenang aja, lagian kalo aku di keluarin aku gak bakal rugi kok. Mereka yang rugi udah ngebuang fotografer hebat kayak aku."

Kenma mendesis ketika mendengar perkataan narsis suaminya diakhir kalimat. Ew.... Terdengar songong dan ingin membuatnya memukul wajah suaminya itu.

"Pd banget kamu..."

"Harus, dong!!"

Kenma memutar matanya, mengalihkan pandangannya menjadi menatap sebuah taman bunga yang tepat berada di sebelah kirinya.

Langkahnya terhenti, menatap lekat taman bunga itu.

Sangat indah.

Kata itu cocok untuk taman kecil itu.

Kuroo yang menyaksikan Kenma berhenti dan terpaku pada taman itu juga ikut menghentikan langkahnya. Dia menatap Kenma yang menatap kagum taman itu.

Dia mendekat pada Kenma, guna memperjelas penglihatannya.

"Bagus ya tamannya."

Kenma mengangguk. "Iya, terlebih ada bunga anyelir."

"Kamu suka bunga anyelir?"

Kenma menggeleng kemudian menatap Kuroo. "Aku gak terlalu suka bunga."

"Tapi kalo di suruh ngasih kamu bunga, aku bakalan ngasih kamu bunga anyelir yang itu." Kenma berkata sambil menunjuk sebuah bunga anyelir merah tua yang tumbuh dengan indah di sana.

Kuroo menyerngit tidak paham, kenapa harus anyelir itu?

"Kenapa harus anyelir itu?"

Kenma menggerakkan jari telunjuknya pada bibir manisnya seolah menyuruh Kuroo diam dan merahasiakan sesuatu.

"Rahasia."

Dia berkata sambil tersenyum manis.

Dia berkata sambil tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang