00.56

608 58 0
                                    

2 bulan.

Usia ketika anak sedang menginjak fase 'lagi rengek-rengeknya' alias menangis secara terus menerus.

Awalnya, itu tidak terjadi pada Kenma. Ketika Hiroko menginjak 2 bulan. Dia tetap tenang-tenang saja bahkan sangat jarang sekali menangis ketika tengah malam atau semacamnya.

Tetapi.....

Ketika menginjak bulan ke 3....

"Huaaa... Oee.. Oee...."

Ya, Hiroko menginjak fase lagi rengek-rengeknya.

Kenma yang baru saja ingin terlelap langsung membuka matanya kembali ketika mendengar anaknya menangis kencang. Dengan cepat dia membawa Hiroko kedalam gendongannya dan menepuk-nepuk pelan bokong sang bayi berharap bahwa tangisnya akan segera berhenti.

"OEE... OE...."

Namun, itu sia-sia.

Bukannya berhenti, Hiroko yang ada makin menangis.

Kenma segera bangkit dari duduknya dan berjalan kesana kemari mengitari kamarnya.

Namun, itu juga tidak bisa menghentikan tangis Hiroko.

Kenma mengusap lehernya akibat bingung.

"Hiro, kamu kenapa sayang?" tanya Kenma pada sang anak sambil terus menenangkannya.

Tetapi, pertanyaannya itu hanya di balas oleh suara tangis yang makin kencang.

Menyaksikan itu tentu saja membuat Kenma tidak tega. Dia segera mengayunkan tangannya sedikit agar Hiroko bisa tenang dan tertidur.

Meskipun itu mustahil karena ini adalah rutinitas malamnya.

Kenma melangkah sambil kearah meja nakasnya. Dia mengambil botol susu Hiroko lalu memberikannya kepada Hiroko. Berharap jika Hiroko akan segera tertidur dengan tenang.

Namun, Hiroko tidak mau meminum susu itu. Dia masih saja asyik menangis.

Membuat Kenma bingung dan juga sedikit pusing.

"Kamu gak mau minum? Terus kamu mau apa sayang? Makan?" tanya Kenma sambil menatap Hiroko yang ada di dalam gendongannya.

"OEE OEE..."

Lagi-lagi, Hiroko tidak menggubrisnya dan malah menangis makin kuat.

Kenma yang menyaksikan itu mendesis pelan. Dia melirik kearah ranjang yang cukup berjarak darinya. Di sana terdapat Kuroo yang sudah tertidur cukup pulas.

Semoga saja Kuroo tidak terbangun karena hal ini. Jangan sampai suara tangis Hiroko mengganggu istirahat Kuroo.

"Sstt... Jangan kenceng-kenceng sayang... Nanti Papah kamu bangun loh." ucap Kenma.

Setelah berkata seperti itu, perlahan suara tangisnya mulai mengecil seolah paham apa perkataan Kenma.

Kenma yang menyaksikan itu tersenyum kecil. Dia mengusap surai hitam anaknya itu dengan lembut karena suara tangis Hiroko mengecil.

Kenma tidak ingin mengganggu Kuroo.

Kasihan, dia baru saja terlelap satu jam yang lalu akibat bekerja dan istirahatnya terganggu karena suara tangis Hiroko? Ayolah, Kenma sangat tidak menginginkan itu. Kasihan sekali suaminya ini.

Namun, tangis Hiroko yang pelan itu perlahan mulai kembali membesar seperti sebelumnya.

Membuat Kenma tersentak beberapa saat hingga akhirnya berjalan kearah pintu. Mencoba untuk menenangkannya di luar kamar.

Tetapi, ketika dia baru saja ingin meraih gagang pintu. Kuroo memanggilnya.

"Ken? Hiroko nangis lagi, ya?" tanya Kuroo sambil mengucek matanya.

Kenma yang mendengar itu sontak berbalik kemudian menatap Kuroo dengan tatapan bersalahnya. "Iya... Maaf ya Tetsu kamu jadi kebangun. Kamu tidur lagi aja, nanti aku coba nenangin Hiroko di ruang tamu."

Kuroo berhenti mengucek matanya ketika penglihatannya perlahan mulai jelas. Dia menatap Kenma yang tengah berdiri di depan pintu sambil menggendong Hiroko yang menangis.

Bukannya menuruti kata Kenma yang menyuruhnya kembali tertidur. Kuroo malah mengubah posisinya menjadi duduk menyila.

Dia menggerakkan tangannya seolah menyuruh Kenma mendekat. Dan tentu saja Kenma melakukannya. Dia mendekat kepada Kuroo dengan rasa bersalah yang menyelimutinya.

"Jangan di ruang tamu, di sini aja." ucap Kuroo sambil menatap Hiroko yang masih asyik menangis itu.

Kuroo menuntun tangannya untuk mengusap dahi Hiroko pelan dan perlahan tangisannya mulai mereda.

"Lagian, kamu emangnya gak takut di ruang tamu sendirian malem-malem gini?" tanya Kuroo sambil menatap Kenma dengan senyumannya.

Kenma yang menyaksikan itu tentu saja merasa tidak enak. Benar-benar tidak enak. Dia sangat tidak becus merawat Hiroko. Menenangkannya ketika menangis saja dia tidak bisa. Bagaimana kedepannya nanti?

Tanpa Kenma sadari, air mata menetes membasahi wajahnya. Huh... Kenma akui bahwa dirinya sangat cengeng ketika bersama Kuroo.

"Aku-aku-aku takut di ruang tamu... Ta-tapi... Aku juga kasian, kamu tidurnya gak nyenyak karena aku gak bisa nidurin Hiroko." Kenma berkata dengan air mata yang membanjiri pipinya.

"Aku gak becus banget jadi Mamah, Tetsu... Huaa....." Kenma berkata sambil menangis tersedu-sedu.

Kuroo yang menyaksikan itu menggelengkan kepalanya. "Ssttt kamu becus kok jadi Mamah, jangan ngomong gitu ah di depan Hiroko, gak baik."

"Ta-tapi...."

"Wajar kok Ken, anak usia segini emang lagi rewel-rewelnya dan seneng ngerjain kita. Jadi gak papa, kita ladenin aja, ya?" tanya Kuroo sambil tersenyum dan berhenti mengusap Hiroko.

Dan ajaibnya, Hiroko yang tadinya menangis kini telah diam berkat Kuroo.

"Noh, liat. Hirokonya aja udah gak nangis, masa Mamahnya masih nangis."

Bukannya berhenti, tangis Kenma makin menjadi ketika mendengar itu.

"I-i-iya..." Kenma berkata dengan terbata-bata.

"Ya udah ber-"

"OEE OEEE...."

Perkataan Kuroo tiba-tiba kembali terpotong oleh suara tangisan Hiroko.

Ya, dia kembali menangis.

Kenma yang tadinya sudah berniat ingin menghentikan tangisannya. Bukannya berhenti, malah makin menjadi.

"T-TETSU... HIRONYA NANGIS LAGI!!!"

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang