00.10

865 123 4
                                    

Malam pertama.

Malam yang seharusnya membahagiakan untuk sepasang suami-istri.

Tetapi, tidak halnya dengan Kuroo dan Kenma.

Mereka malah di kejutkan dengan sebuah kabar yang sama sekali tidak pernah terlintas di benak keduanya—lebih tepatnya Kuroo. Kuroo tidak pernah memikirkan hal ini akan terjadi.

"Aku hamil anak alpha gila itu."

Kuroo diam.

Tidak tahu harus merespon seperti apa.

Dadanya terasa sesak mendengar itu.

Tidak.

Ini bukan anak alpha gila itu.

Kuroo menggelengkan kepalanya. Tangan kekarnya meraih pundak Kenma, mencoba membantah perkataan yang keluar dari mulut omega manisnya itu.

"Gak Ken, enggak. Ini anak aku." ucap Kuroo dengan tegas.

"Anak yang ada di dalam kandungan kamu itu anak aku."

"Bukan anak alpha gila itu."

"Jadi... Kamu tenang aja."

"Ini anak aku! Aku yakin!"

Tangan Kenma meraih pergelangan Kuroo yang memegang erat bahunya itu. Kenma menggeleng pelan.

"Kuroo, ini bukan anak kamu." ucap Kenma dengan tatapan kosong dan nada yang rendah.

"Ini anak alpha itu."

"Aku... Aku..."

"Enggak Ken, ini anak aku!" bantah Kuroo.

"Enggak...." suaranya bergetar. Tangannya yang menggenggam pergelangan Kuroo perlahan mulai melemah. "Aku sama kamu gak pernah berhubungan badan sejak beberapa hari terakhir, Kuroo."

Tolong.

Tolong katakan bahwa ini bohong.

Tangan Kuroo yang memegang bahu Kenma perlahan mulai terjatuh bebas. Hatinya terasa teriris mendengar fakta menyakitkan itu.

Memang benar, dia dan Kenma tidak pernah berhubungan badan sejak beberapa hari terakhir.

Meskipun mereka berhubungan badan, Kuroo selalu menggunakan pengaman. Jadi... Kecil kemungkinan Kenma bisa hamil.

Tetapi...

Pada saat alpha itu melakukan hubungan badan dengan Kenma.

Dia tidak mengenakan pengaman.

Jadi...

Kemungkinan Kenma hamil jadi lebih besar, kan?

Kuroo mundur beberapa langkah. Kakinya terasa lemas. Perlahan tubuhnya terjatuh ke lantai. Otaknya terasa ingin meledak. Dadanya terasa sesak. Atmosfer terasa sangat berat, membuatnya sulit bernafas dan merasakan tekanan yang cukup kuat di ruangan itu.

Kenma yang menyaksikan Kuroo tersungkur di tanah hanya bisa diam. Tidak tahu harus berbuat apa.

Hanya satu yang ada di otaknya.

Dia benar-benar kotor.

Dia adalah manusia paling kotor di muka bumi ini.

Tes

Air mata itu kembali terjun bebas membasahi pipi mulusnya. Ketakutannya benar-benar terjadi.

Wajah kecewa dan linglung Kuroo yang selalu terbayang di benaknya kini menjadi kenyataan.

Bahkan, Kuroo terlihat sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Membuat Kenma benar-benar merasa menjadi manusia kotor.

Isakan tangisnya menghiasi ruangan bercat putih itu.

"Enggak! Enggak! Aku gak mau hamil!!" Kenma berontak, memukul perut ratanya dengan sekuat tenaga.

Mencoba menolak fakta yang sebenarnya, dan berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi.

Bugh

Bugh

"Keluar!! Keluar!! Aku gak hamil!! Keluar dari sana!!"

Kenma berteriak sambil terus memukuli perutnya.

Kuroo yang menyadari Kenma memukuli perutnya itu segera bangkit. Menahan Kenma agar tidak memukuli perutnya yang masih rata itu.

"Ken, stop! Jangan pukulin perut kamu!" titah Kuroo.

Kenma tidak mendengarnya, dia masih terus berusaha memukul-mukul perutnya itu sambil berteriak histeris.

"ENGGAK!! AKU GAK MAU HAMIL!!"

"INI BUKAN ANAK AKU!"

"AKU GAK MAU DIA ADA DISINI!"

"DIA HARUS KELUAR!!"

Kuroo menekan tombol yang ada di sebelah ranjang Kenma untuk memanggil suster.

"Iya ada yang bisa kami bantu?"

"Istri saya meracau, bisa tolong bius dia?"

"Baik, kami akan segera kesana."

Setelah mendengar itu Kuroo masih berusaha menahan kedua tangan Kenma menatap sendu Kenma yang masih berteriak dan berusaha mengeluarkan janin itu dari perutnya.

Kuroo tidak tega.

Kenapa? Kenapa ini harus terjadi pada Kenma.

"Enggak!! Dia bukan anak aku!!"

Kuroo memeluknya erat, berharap bahwa Kenma akan tenang ketika dia memeluknya.

"KELUAR!! AKU GAK MAU DIA ADA DI RAHIM AKU!!"

"ENGGAK!"

"AKU-gak mau....." makin lama suaranya makin lemah hingga akhirnya menghilang tepat ketika suster menyuntikkannya obat bius.

Kuroo menahan tubuh Kenma agar tidak merosot. Dia memeluknya erat, menyalurkan perasaannya lewat sana. Menghirup dalam-dalam aroma khas Kenma yang memberinya kekuatan.

Kuroo tahu ini memang berat.

Tetapi, Kenma itu kuat.

Kuroo yakin itu.

Perlahan, dia merebahkan badan Kenma pada ranjang rumah sakit itu dengan lembut agar tidak menyakiti omega kesayangannya.

Setelah selesai merebahkan Kenma, dia menatap lekat wajah Kenma. Di pipinya terdapat bercak air mata yang telah mengering.

Tangannya terulur, mengusap bekas air mata itu. Kemudian mengecupnya singkat.

"Love you babe..." Kuroo berkata lirih kemudian menenggelamkan kepalanya pada tengkuk Kenma.

Kuroo tidak sekuat itu.

Hatinya rapuh.

Bahkan lebih rapuh dari kayu yang sudah keropos.

Hatinya tersayat.

Merasakan sakit yang teramat sangat ketika orang yang disayanginya harus menanggung beban sebesar ini.

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang