00.51

481 58 3
                                    

"Ini sedikit sulit Kozume-san."

"Kenapa? Apa yang sulit?"

"Apakah terjadi sesuatu dengan anakku?"

"Ya.... Bobotnya terlalu kecil. Dan juga sepertinya kau akan melahirkan secara prematur."

"Pre—matur?"

"Melahirkan sebelum tepat 9 bulan."

"Kenapa? Kenapa seperti itu?"

"Seperti yang aku katakan tadi, bobot janinmu sangat kurang bahkan menurun drastis sejak 3 bulan terakhir. Dan juga kau pernah keguguran, kan? Itu adalah salah satu faktornya."

"Untuk saat ini cobalah naikkan dulu berat badan janinmu dan jangan banyak pikiran. Aku akan memberikan resep obatnya untukmu."

Kenma melamun memikirkan percakapannya dengan dokter itu tiga hari yang lalu. Pandangannya menatap lekat perutnya yang sudah besar itu dengan tatapan sendunya.

"Maaf...." lirihnya sambil mengusap lembut perut itu.

"Maafin Mamah, Mamah gak becus jagain kamu..."

Kenma berhenti mengusap perutnya. Dia meremas kuat kaos yang ia kenakan. Pikiran negatif kini mulai bermunculan di otaknya.

Tak hanya tentang Kuroo, tetapi juga tentang bayinya.

"Sshh..."

Kenma tiba-tiba saja meringis dan merasakan sedikit nyeri pada perutnya. Dia meremas pelan perutnya itu sambil memejamkan matanya. Berharap bahwa rasa nyeri itu akan segera menghilang.

Apakah.

Apakah bayi itu kesakitan di sana?

Kenma menggigit bibir bawahnya. Perasaan bersalah mulai menggerogotinya akibat hal itu.

"Maaf...."

"Maaf..... Tapi, kamu jangan tinggalin Mamah, ya?"

"Mamah gak mau sendirian...."

"Mamah butuh kamu sama Papah kamu..."

Tanpa dia sadari air mata menetes dari ujung matanya dan perlahan turun melewati pipi mulus itu lalu menuju dagu hingga akhirnya mendarat tepat di perut buncitnya.

Tok

Kenma menoleh ketika mendengar suara ketukan pintu itu.

Tok

Dia yakin, ada seseorang yang datang ke rumahnya.

Tok

"I-iya!!" Kenma berusaha bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan menuju pintu rumahnya.

Siapa yang datang ke sini?

Kenma sangat yakin bahwa dia tidak ada janji dengan siapapun dan dia rasa dia tidak membeli apapun.

Lantas. Siapa?

Kenma berdiri tepat di hadapan pintu itu. Sebelum membukanya dia mengatur nafasnya yang sedikit terengah-engah akibat berjalan dengan jarak yang cukup jauh.

Dia menggerakkan tangannya meraih gagang pintu itu, kemudian tangan kirinya membuka kunci pintu rumahnya dan perlahan dia menarik gagang pintu rumahnya itu.

Kreett....

Kata Yaku, orang tidak di temukan dalam kurun waktu satu minggu, maka orang itu akan dinyatakan sudah tiada.

Satu minggu saja sudah dinyatakan tiada, apalagi tiga bulan?

Tetapi Kenma tidak peduli.

Dia akan menunggu Kuroo.

Karena dia yakin, Kuroo akan kembali padanya.

Meskipun keyakinannya sempat goyah berulang kali. Tetapi dia tetap menunggunya.

Hingga kini, usahanya untuk menunggu suaminya pulang itu tidak sia-sia.

Usahanya membuahkan hasil.

Kuroo Tetsurou, suami tercintanya saat ini sedang berdiri di hadapannya.

Tangan kanannya yang memegang gagang pintu perlahan terjatuh bebas. Mulutnya terbuka kecil akibat terkejut dengan penglihatannya sendiri. Jantungnya berdebar hebat. Kepalanya yang biasanya penuh dengan pemikiran-pemikiran buruk kini hanya di penuhi oleh nama suaminya.

"Aku pulang, Kenma."

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang