Kenma membuka matanya ketika dia merasakan cahaya matahari mulai menyorotnya seolah menyuruhnya untuk bangun dan memulai hari.
Kenma menghela nafasnya, dia mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Namun, tubuhnya ini malah di tindih oleh tubuh kekar sang suami.
Iya, Kuroo.
Dia masih tertidur dengan posisi tepat berada di atas Kenma tanpa mengenakan sehelai pakaian pun.
Ya... Mengingat mereka semalam melakukan hal yang wajar di lakukan oleh sepasang suami-istri, ya. Jadi maklumkan saja.
Kenma mengendus sebal menyaksikan Kuroo yang berada tepat di atasnya ini. Sudah di kasih jatah bukannya menyingkir malah menimpanya. Terlebih tangannya juga memeluk erat pinggang Kenma, seolah menyuruh Kenma untuk jangan pergi kemana pun.
"Kuroo... Kuroo... Bangun..." Kenma mengeluarkan suara seraknya itu untuk membangunkan sang suami.
Kenma menepuk-nepuk punggung Kuroo yang di penuhi oleh cakarannya semalam. Dan berkat hal itu membuat Kuroo meringis dan akhirnya terbangun dari tidurnya.
"Apa... Kenma??" Kuroo bertanya dengan suara lelahnya.
"Minggir.... Aku mau bangun susah, kamu nindihin aku."
Bukannya minggir, Kuroo malah makin menindih Kenma. Bahkan pelukannya dia pererat di pinggang ramping itu.
Kuroo menatap Kenma dengan tatapan jahilnya. "Tinggal bangun doang, juga..."
Kenma mengendus mendengar hal itu dia segera mengambil bantal yang ada di sebelahnya dan memukul wajah Kuroo menggunakan bantal itu.
"Awas!!! Buruan, awas!!"
Kuroo yang di pukuli bantal tanpa henti itu tentu saja segera menyingkir dia berguling ke sebelah kiri Kenma, ke bagian kasur yang masih kosong melompong.
"Huh.... Kamu kenapa bangunin pagi-pagi banget, sayang?"
Kenma melirik Kuroo yang berada di sebelahnya. Dia mengubah posisinya menjadi duduk tanpa mengalihkan pandangannya dari sang suami.
"Ya emangnya kamu gak kerja?"
Kuroo menutup mulutnya yang menguap kemudian menggeleng. "Udah selesai kerjaan aku..."
"Oh iya," Kuroo menatap fokus netra kuning keemasan itu dengan tatapan lembutnya. "Maaf, ya karena kemarin lusa gak pulang. Soalnya kerjaan banyak banget..."
Kenma yang mendengar itu hanya mengangguk kecil. "Iya, gak papa."
Kuroo memperhatikan wajah Kenma dengan lekat. Mata itu terlihat sembab, Kuroo yakin ketika dia tidak ada Kenma menangisi bayi itu lagi.
"Sayang.... Kamu udah mendingan?" Kuroo bertanya dengan nada lembutnya.
Kenma yang mendengar itu sontak mengalihkan pandangannya. Menatap perut ratanya dan mengusapnya secara perlahan.
"Udah, tapi masih sedikit sakit."
Dia kembali menatap Kuroo dan tersenyum. "Tapi tenang aja, bener-bener sedikit."
Bohong jika itu hanya sedikit.
Kuroo membalas senyuman itu dengan lembut kemudian dia menggeser badannya dan mengecup perut rata Kenma itu singkat.
"Kamu tenang aja, sebentar lagi bakalan ada yang ngisi perut kamu lagi, oke?"
"Mau diisi berapa? Dua? Tiga? Atau lima?"
Kenma yang mendengar itu tertawa kecil dan mengacak surai suaminya itu pelan. "Ngaco, satu aja dulu..."
"Kalo satu mah dikit banget. Mending langsung tiga aja!"
Kenma bergidik mendengar itu. Perkataan yang agak nyeleneh tapi berhasil membuat hati Kenma senang.
"Stres, mau bikin aku muntah-muntah tanpa henti, ya kamu?"
Kuroo tertawa renyah mendengar itu. Kemudian menopang dagunya dengan tangan kanannya. Dia mulai memperhatikan Kenma dari ujung rambut hingga kakinya.
Dan pandangannya tertuju pada leher Kenma. Ckckck, bisa-bisanya ada sedikit bagian di leher itu yang tidak bewarna merah.
"Sayang...." Kuroo memanggilnya sambil menatap fokus leher itu.
"Kenapa?"
"Leher kamu gak merah, sini aku merahin dulu." Kuroo segera bangkit dari posisinya. Dia mendekat kepada Kenma, berniat untuk menggigit leher omeganya lagi.
Kenma yang mendengar itu sontak bergidik ngeri. Tidak bewarna merah bagaimana? Bahkan seluruh tubuh Kenma kini di penuhi bercak merah akibat ulah Kuroo.
Kenma menahan tubuh Kuroo agar dia tidak melakukan aksinya. Kenma melempar tatapan kesalnya pada suami tercintanya itu. Jika ini di lakukan, mungkin mereka akan berhubungan badan lagi di pagi-pagi buta ini.
"Enggak. Ini leher—badan aku. Iya badan aku udah merah semua karena kamu!!" tolak Kenma.
Kuroo yang mendengar itu sontak menghentikan gerakannya dia menatap Kenma kesal kemudian menunjuk bagian leher yang tidak bewarna merah itu dengan tangan kirinya.
"Itu belum merah."
"Ya udah itu dikit doang, kan?" Kenma menatapnya kesal.
"Udah ah mending mandi." Kenma berkata sambil berusaha bangkit dari duduknya.
Namun dia mengurungkan niatnya ketika pinggul dan selangkangannya terasa sakit dan nyeri.
Kuroo yang menyaksikan itu tersenyum. "Kita mandi bareng aja, yuk?" Kuroo mengajak dengan penuh semangat.
Kenma diam sebentar dia menatap wajah suaminya itu. Takut jika Kuroo akan bertindak lebih jauh dari sekedar mandi.
Namun akhirnya Kenma mengangguk. "Oke, ayo kita mandi bareng."
Kenma segera mengalungkan tangannya pada leher Kuroo. Seolah menyuruh Kuroo untuk menggendongnya menuju ke kamar mandi.
"Ayo?"
Bukannya bangkit, Kuroo malah menyeringai. "Morning kiss dulu dong.."
Kenma mengendus sebal mendengar itu.
Meskipun dia sebal, dia tetap mengecup singkat bibir suaminya itu.
Dan kecupan itu hampir saja berubah menjadi ciuman panas jika saja Kenma tidak segera menyudahinya.
"Aku bilang kan mandi!!! Bukan ciuman lagi!!!" kesal Kenma.
Kuroo terkekeh menyaksikan itu. Dia mengecup singkat pipi Kenma kemudian bangkit dari posisinya sambil menggendong Kenma ala bridal style.
"Maaf, kebablasan."
Kuroo berkata sambil melangkah masuk menuju kamar mandi. Dan setelah itu mereka pun mandi bersama.
Semoga saja hanya mandi bersama, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku • Kuroken[✔]
AcakKatanya orang yang ingin menikah akan di uji oleh Tuhan, tetapi, mengapa ujian yang Tuhan berikan sangat berat?