Kenma menatap sebuah inkubator yang berisikan bayi mungilnya di dalam sana. Dia menyentuh kaca yang menghalangi dirinya dan bayinya itu.
Entah harus senang atau sedih. Kenma pun tak tahu.
Melihat bayinya yang ada di dalam sana dan tidak bisa bergerak bebas seperti bayi pada umumnya tentu saja membuat hatinya terasa sakit. Terlebih dia belum pernah menggendong bayinya itu.
"Kapan kamu keluar dari sana...." lirih Kenma sambil menatap sendu bayinya.
Ketika dia sedang menatap bayinya tiba-tiba saja ada sebuah tangan kekar yang mendarat di atas kepalanya kemudian mengusapnya lembut.
Tentu saja tangan ini adalah milik suaminya, Kuroo.
Kenma melirik Kuroo yang tengah asyik mengelus kepalanya sambil tersenyum. Kenma melentangkan tangannya seolah menyuruh Kuroo memeluknya.
Kuroo yang paham akan hal itu tentu saja segera mengalihkan tangannya menjadi memeluk pinggang ramping Kenma.
"Sabar ya, Ken. Anak kita butuh waktu biar bisa menyesuaikan sama lingkungan." ucap Kuroo sambil memeluk Kenma erat.
Kenma hanya mengangguk kecil mendengar itu. Dia menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Kuroo.
Kenma merasa sedikit tenang karena ada Kuroo di sini. Jika saja pada saat itu Kuroo tidak kembali dan tidak menemaninya saat ini. Entah apa yang akan terjadi pada Kenma.
"Tetsu...." Kenma memanggilnya dengan suara pelan.
"Aku gak tau harus senang atau sedih karena anak kita udah lahir." ucap Kenma tanpa mendongakkan kepalanya.
Kuroo tersenyum tipis mendengar itu. Dia mengedarkan pandangannya ke pada kaca yang ada di sebelahnya menatap lekat bayinya yang ada di dalam inkubator itu.
"Kamu harus seneng dong, yang kita tunggu-tunggu akhirnya di kabulin sama Tuhan!" ucap Kuroo.
Kenma mengangkat kepalanya yang ia tenggelamkan pada dada bidang Kuroo. Dapat Kuroo lihat di pipinya terdapat sisa sisa air yang menandakan Kenma menangis ketika memeluknya.
"Tapi dia kasian...." ucap Kenma.
"Dia kasian, badan dia lebih kecil dari pada bayi-bayi lain. Dia harus ada di dalem kotak kaca itu selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu." Kenma kembali menatap pada inkubator itu.
"Aku gak tega ngeliat dia, dia kayak gini karena aku gak ngejaga dia dengan baik pas masih ada di perut aku."
"Aku udah bikin dia tersiksa dari pas di dalam perut dengan cara makan gak teraturan, kurang gizi, banyak pikiran dan banyak lagi."
"Nanti.... Kalo dia benci aku gimana?" Kenma berkata dengan suara pelan dan bergetarnya. Hanya dengan suara, hati Kuroo terasa tersayat.
Ini bukan salah Kenma.
Malah, bagi Kuroo ini adalah salahnya. Jika saja dia tidak mengalami kecelakaan pesawat wakti itu, sudah pasti Kenma tidak akan mengalami hal itu semua dan tentu saja kemungkinan besar bayinya akan lahir tepat ketika 9 bulan.
Dan tentu saja jika itu tidak terjadi, sudah pasti mereka saat ini telah berada di rumah dan membangun suasana hangat di sana.
"Gak mungkin dia benci Mamahnya sendiri, Mamahnya aja orang hebat kayak gini." ucap Kuroo.
"Kalo aku hebat, harusnya dia gak ada di situ..."
"Ken, anak kita ada di dalam sana itu bukan salah kamu. Bener-bener bukan salah kamu."
"Anak kita spesial, Tuhan gak mau anak kita langsung menghirup udara yang udah di cemari oleh kekotoran manusia ini. Makanya anak kita harus ada di dalem inkubator dulu." tutur Kuroo dengan lembut.
"Jadi jangan pernah mikir kalo anak kita ada di sana itu karena salah kamu." ucap Kuroo sambil mengusap kepala Kenma untuk menenangkannya.
Kenma menatap Kuroo dengan tatapan yang sulit di artikan. Kenma benar-benar bersyukur karena Kuroo ada di sini. Jika dia tidak ada, entah bagaimana kacaunya hidup Kenma saat ini.
Kuroo yang menerima tatapan itu dari Kenma hanya melemparkan senyumnya dan malah berkata. "Kalo udah waktunya anak kita keluar dari inkubator, kamu boleh gendong dia sepuas kamu!!"
Kenma diam sejenak mendengar itu sebelum akhirnya mengangguk. "Iya, kanu bener."
Kuroo yang mendengar itu menganggukkan. "Oh iya, kita belum ngasih dia nama." Kuroo berkata sambil mengusap lembut bekas air mata yang ada di pipi Kenma.
Kenma menggerakkan tangannya untuk meraih tangan kekar Kuroo yang tengah mengusap wajahnya itu. "Kamu yang ngasih dia nama kali ini."
"Beneran?"
Kenma mengangguk sebagai jawaban.
"Ya udah kalo gitu—" Kuroo menggantung kalimatnya sambil menatap bayinya yang ada di inkubator.
Beberapa detik setelahnya dia kembali menatap Kenma dan tersenyum. "Hiroko, aja gimana?"
"Hiroko?"
Kuroo mengangguk dan senyumnya makin mengembang menghiasi wajah tampannya itu. "Iya, aku ambil dari kata Hiro yang artinya pahlawan."
"Dia kan pahlawan kecil kita."
Kenma yang mendengar itu ikut tersenyum dan mengangguk. "Iya, Hiroko nama yang bagus." Kenma berkata sambil beralih menatap anaknya yang tertidur itu.
Begitu pula Kuroo. Mereka menatapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang seolah tidak ingin kehilangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku • Kuroken[✔]
De TodoKatanya orang yang ingin menikah akan di uji oleh Tuhan, tetapi, mengapa ujian yang Tuhan berikan sangat berat?