1,7 tahun kemudian~
Kurang lebih, sudah hampir dua tahun sejak Hiroko lahir ke dunia ini. Membuat keluarga kecil Kuroo itu lebih bewarna dan menyenangkan. Tentu saja ini adalah sesuatu yang sangat mereka impikan.
Membangun rumah sederhana dan diisi oleh orang-orang yang mereka sayangi. Manusia mana yang tidak menginginkan itu?
"Hiro!!! Sini ke Papah!!" Kuroo berkata sambil menunggu di kursi kerjanya. Melentangkan tangannya seolah sudah siap menyambut Hiroko yang tengah berlatih berjalan.
Hiroko melangkahkan kakinya dengan perlahan. Namun lama kelamaan langkahnya itu malah semakin melebar dan perlahan semakin cepat sehingga membuatnya berlari.
Kuroo yang menyaksikan itu terbelalak, dia segera turun dari kursinya dan maju untuk menghampiri Hiroko yang berlari kearahnya.
Brukk
Hiroko menubruk Kuroo dengan sengaja diiringi tawanya.
Sementara Kuroo malah mengghela nafasnya, untung saja Hiroko tidak tersungkur di lantai. Jika itu terjadi dia pasti akan di omeli oleh Kenma.
Meskipun begitu, tidak papa.
Dia bisa melihat secara langsung perkembangan Hiroko, anak kesayangannya ini.
Kuroo tertawa sambil membawa putranya kedalam pelukannya. "Hahaha kamu udah bisa lari ternyata." dia berkata sambil mengusap lembut surai hitam Hiroko.
Dia melepas pelukannya dan menatap Hiroko. "Tapi kamu larinya jangan kenceng-kenceng!! Nanti kalo kamu jatuh bahaya, oke?"
Seolah tidak paham apa maksud perkataan Papahnya. Hiroko malah mengerjapkan matanya dua kali dan menggelengkan kepalanya.
Kuroo yang menyaksikan itu tentu saja gemas kepada anaknya sendiri. Entah mengapa dia merasa Hiroko seperti Kenma semasa kecil. Meskipun ia tidak mengetahui bagaimana Kenma sewaktu kecil.
Tapi yang pasti, itu menggemaskan, kan?!
Kuroo segera mencium pipi Hiroko dengan gemas. "Aaaa kamu gemes banget, kayak Mamah kamu...." Kuroo berucap sambil mencium pipi putranya tanpa henti.
"Ama!! Amaa!!" Hiroko berkata sambil bertepuk tangan.
Kuroo yang mendengar itu terkekeh pelan. Dia berhenti mencium Hiroko dan mengangguk. "Iya, Mamah kamu gemesin... Kayak kamu!!"
Hiroko tertawa mendengar perkataan Kuroo dan kembali berjalan mengitari ruang kerja Kuroo.
Senyum senang merekah di wajah Kuroo. Dia bangkit dari duduknya untuk memperhatikan Hiroko yang tengah berjalan mengelilingi ruang kerjanya itu. Meskipun sesekali dia masih terjatuh.
Kuroo terkekeh ketika menyaksikan Hiroko yang terjatuh kemudian memukul lantai dan bangkit lagi.
Kuroo menggelengkan kepalanya. Entah mengapa hatinya merasa lega saat ini.
Masalah selalu saja mendatangi mereka sejak sebelum mereka menikah. Awalnya Kuroo sedikit gusar memikirkan itu. Bagaimana jika masalah ini terus menerus datang menimpa keluarga mereka? Bukankah itu gawat?
Tapi untungnya...
Masalah itu berhenti ketika Hiroko lahir ke dunia ini.
Huh.... Sepertinya Tuhan pada saat itu sedang menguji mereka, ya?
Apakah mereka sanggup bertahan?
Atau malah.... Mereka akan menyerah?
Untung saja mereka sanggup bertahan sampai detik ini.
Kuroo tersenyum tipis memikirkan hal itu. Huh... Jika di pikir-pikir perjalanan mereka lumayan panjang, ya untuk bisa bertahan sampai saat ini.
Terlebih lagi Kenma. Dia yang di uji paling banyak disini.
"Hahaha, kayaknya aku harus ngasih Kenma hadiah." ucap Kuroo.
"Tetsurou!!"
Kuroo yang tadinya sedang memperhatikan Hiroko langsung mengalihkan pandangannya menjadi menatap kearah pintu ruang kerjanya yang terbuka lebar dan terpampang Kenma yang berdiri di sana dengan wajah kesal bercampur—senang?
"Kenapa Ken?" tanyanya ketika Kenma mulai mendekat kepada Kuroo.
Kenma berhenti melangkah tepat di hadapan Kuroo dan menyodorkan sebuah benda kecil dari tangan kanannya.
Kuroo menatapnya heran kemudian mengambil benda itu dan mulai meneliti tiap sudut benda itu. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kenma sampaikan.
"Tanggung jawab!!" Kenma menggembungkan pipinya.
"Aku hamil lagi gara-gara kamu!!!!"
Kuroo mengalihkan pandangannya dari benda kecil bernama testpack itu. Terpampang jelas di wajahnya ekspresi yang sangat senang dan gembira.
"HAMIL?!"
Kenma mengangguk. "Iya!!!"
"Hahahahaha."
Bukannya menenangkan Kenma yang tampak sebal itu. Kuroo malah tertawa renyah dan mendekat kearah Kenma.
"Yes!!! Aku punya anak lagi!! Hahahaha." Kuroo berkata sambil merangkul Kenma erat.
Sementara Kenma malah menatapnya kesal. "Ih... Kuroo!"
Kuroo menatapnya dengan tatapan senang. "Iya, kenapa sayang?"
"Kan aku bilang jangan di dalem...." gemas Kenma.
"Kelepasan!!" Kuroo berkata tanpa ada rasa bersalah di wajahnya.
Tentu saja itu membuat Kenma malah makin kesal. "Tanggung jawab pokoknya mah!!"
"Mau di tanggung jawabin gimana? Kan kita udah nikah."
A-
BENAR JUGA.
Raut kesal Kenma perlahan memudar mendengar itu.
"Tapi tetep aja ih tanggung jawab! Kasian Hiro!! Masih kecil loh dia!!"
Kuroo mengecup pipi Kenma singkat. "Gak papa, Hiro juga pasti seneng kalo tau dia bakalan punya adek lagi."
"Ya, kan Hiro?" Kuroo menolehkan kepalanya dan menyambut Hiroko yang sudah ada di hadapannya.
Kuroo sedikit membungkuk dan mengangkat putra sulungnya itu dengan penuh rasa gembira. "Hiro bentar lagi punya adek!! Yey!! Hiro bakalan jadi Kakak!!" Kuroo berkata dengan senyum yang tak kunjung luntur di wajahnya.
Sementara Kenma hanya menggelengkan kepalanya.
Huh... Ya sudah lah, terima saja.
Anak itu kan rezeki. Mana boleh menolak rezeki.
Kenma ikut tersenyum menyaksikan Kuroo yang terus menimang-nimang Hiroko saking senangnya.
Tangannya perlahan bergerak mengusap perut ratanya. "Sehat-sehat, ya. Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku • Kuroken[✔]
RandomKatanya orang yang ingin menikah akan di uji oleh Tuhan, tetapi, mengapa ujian yang Tuhan berikan sangat berat?