00.26

564 55 0
                                    

Kenma berjongkok, menatap lembut nisan yang kecil itu. Perlahan dia menggerakkan tangannya untuk mengusap nisan itu.

Rindu memang tidak bisa di obati dengan begitu saja.

Kenma ingin melihat, memeluk, bahkan mencium anaknya yang belum sempat lahir ke dunia ini.

"Ryo, Papah sama Mamah dateng." Kuroo berkata sambil ikut berjongkok dan merangkul Kenma dari samping. Mencoba menguatkan Kenma agar tidak menangis.

"Kamu di sana gimana? Kamu gak kedinginan, kan? Maaf ya, kita baru nengokin kamu." ucap Kuroo.

Namun tidak ada jawaban, hanya ada semilir angin yang berhembus tepat setelah dia berkata.

"Tetsu... Ryo.... Bakalan dengerin aku kalo aku ngomong?" Kenma bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari nisan itu.

Kuroo mengangguk. "Pasti dong, sayang. Ryo anak baik yang patuh sama apa yang Mamahnya omongin, dia pasti bakalan dengerin kamu." Kuroo berkata sambil tersenyum lembut.

Kenma menoleh sebentar, menatap Kuroo yang tersenyum itu kemudian kembali menatap nisan kecil itu.

"M-mamah..."

"Mamah kangen sama Ryo."

"Mamah, pengen meluk Ryo."

"Mamah pengen ngeliat kamu tumbuh jadi anak hebat."

Tangannya yang memegang nisan itu gemetar kecil.

"Maafin Mamah, ya?"

"Kamu yang tenang di sana."

"Awasin Mamah dari atas sana..."

Kuroo yang menyaksikan itu hanya tersenyum tipis.

Ikhlas memang berat, ya.

Lagi pula...

Memangnya ada manusia yang bisa mengikhlaskan orang yang di sayangnya pergi begitu saja?

Hahaha, tentu saja tidak.

"Kamu..." Kenma menjeda perkataannya, dia menundukkan kepalanya. "Gak benci sama Mamah, kan?"

Seluruh tubuhnya bergetar hebat tepat setelah mengatakan itu. Sungguh, entah mengapa belakangan ini Kenma selalu berfikir 'apakah Ryo membencinya?' mengingat dulu Kenma sempat ingin membunuhnya.

"Enggak."

Orang mati tidak bisa berbicara.

Dan Kenma tahu itu.

Dia menoleh kepada Kuroo, dan di dapatinya Kuroo yang tengah berbicara sambil menekan suaranya agar terdengar seperti suara anak kecil.

"Ryo gak benci Mamah... Malahan Ryo sayang sama Mamah." Kuroo yang menyaksikan Kenma menoleh padanya hanya tersenyum. "Gitu kata Ryo."

Kenma yang mendengar itu ikut tersenyum.

Memang bukan Ryo yang mengatakannya.

Tapi semoga saja, memang seperti itu adanya.

•••••

Kenma membuka matanya dan di dapatinya sebuah taman yang di tumbuhi berbagai macam bunga dan juga pepohonan.

Kenma menghirup udara di sana dalam-dalam. Sangat menyegarkan karena belum terkontaminasi oleh asap kendaraan dan pabrik.

Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari tahu di mana dia berada. Hingga akhirnya pandangannya tertuju pada anak kecil yang tengah berlari kearahnya.

Kenma yang menyaksikan itu sontak bangun dari duduknya dan melangkah mendekat menghampiri anak itu. Takut jika anak itu terjatuh akibat berlari.

"Pelan-pelan!!" Kenma berkata dengan intonasi lembutnya.

Tetapi bukannya memelankan laju larinya anak itu malah makin mempercepatnya hingga akhirnya dia berhenti tepat di hadapan Kenma karena menubruk kakinya.

Kenma mendesis pelan ketika anak itu menubruknya. Dia segera berjongkok dan dia memegang bahu kecil anak itu dan menatapnya lembut.

"Kamu jangan lari-lari lagi, ya? Jalan pelan-pelan aja." Kenma mengingatkan anak itu dengan lembut sembari memperhatikan penampilan anak itu.

Anak laki-laki bersurai pirang dengan netra gelap, menggunakan pakaian putih bersih dan tampaknya anak itu berusia sekitar 2 tahun.

"Iyo baik ko!!" anak itu berkata sambil bertepuk tangan dan tertawa sesekali.

Kenma tertegun mendengar hal itu.

Iyo?

Anak itu berhenti bertepuk tangan dan tertawa. Dia menatap Kenma dengan tatapan polosnya. Kemudian menampilkan senyum manisnya.

"Mama angan nangis agi!!"

Deg

Jantung Kenma berdegup hebat mendengar kalimat itu.

"Iyo sayang Mama Papa! Dadah!!"

Anak kecil itu melambaikan tangannya seolah ingin meninggalkan Kenma. Namun sebelum benar-benar pergi dia mengecup singkat pipi Kenma kemudian berlari menjauh darinya.

Kenma yang menyaksikan itu spontan menggerakkan tangannya untuk meraih bocah itu. Namun, tangannya kalah cepat oleh laju lari bocah itu.

Bocah itu kabur, sebelum Kenma bisa meraihnya.

Ckittttt

Kenma membuka matanya ketika dia merasakan tubuhnya yang terhuyung ke depan seolah mau menubruk dashboard mobil akibat Kuroo yang menginjak rem secara tiba-tiba.

Kenma menolehkan kepalanya, menatap Kuroo yang tengah menggerutu akibat ulahnya sendiri.

"Kamu gak papa?" tanya Kenma.

Kuroo yang mendengar itu tersentak kaget. Pasalnya dia yakin bahwa Kenma tadi sedang tidur.

Dia menoleh menatap Kenma dengan lembut. "Gak papa, maaf kamu kaget, ya?"

Kenma menggeleng sebagai jawaban, dan kembali menatap lurus kedepan. Sementara Kuroo kembali melajukan mobilnya dengan perlahan.

"Kamu tidur lagi aja Ken, masih lumayan lama nyampenya." ucap Kuroo sambil fokus menyetir.

Kenma tidak menjawab, dia hanya menatap dalam diam jalanan yang lumayan sepi itu.

"Aku... Mimpiin Ryo."

Kuroo yang mendengar itu sontak menoleh kepadanya dengan tatapan terkejut beberapa detik.

"Dia lucu, rambutnya pirang, kulitnya putih bersih, iris matanya warna hitam."

Kenma berkata sambil tersenyum tipis. "Katanya dia sayang sama kita."

"Dia nyuruh aku jangan nangis..."

"Dia gak tau apa, ya kalo Mamahnya ini cengeng banget." Kenma berkata sambil menyeka ujung matanya agar tidak mengeluarkan air.

Kuroo yang mendengar itu tersenyum. "Hahaha, Ryo kedengarannya sayang banget sama kamu."

Kenma mengangguk. "Iya."

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang