00.54

618 58 0
                                    

Di sebuah ruangan bercat putih yang sangat bersih dan steril dan di penuhi oleh berbagai macam alat medis dan seorang dokter serta beberapa orang perawat yang akan menemaninya untuk membantu proses melahirkan pasiennya itu.

Ya, siapa lagi jika bukan Kozume Kenma.

Proses ini telah berlangsung cukup lama. Ya sekitar 20 menit yang lalu dengan Kenma yang sudah terlihat lelah dan lemas.

Kenma melahirkan bayi prematur secara normal. Tentu saja itu membuatnya harus mengeluarkan sedikit—banyak tenaga untuk mendorong bayi itu agar keluar.

Sementara Kuroo hanya bisa diam dan menenangkan Kenma sambil terus berdoa di dalam hatinya agar kedua orang yang ia sayang ini bisa tetap hidup menemaninya.

Kuroo mengusap surai Kenma. Menatapnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Tarik nafas terus buang ya sayang....." tuntun Kuroo perlahan.

Kenma mengikuti arahan Kuroo. Dia menarik nafas dan kembali menghembuskannya lalu memberikan dorongan kecil agar bayi itu mau keluar.

Kuroo mengecup singkat pipi Kenma yang sudah di penuhi peluh bercampur dengan air mata itu.

"Sakit....." rintihnya sambil meremas kuat baju yang suaminya itu kenakan.

"Tahan sayang, sebentar lagi." ucap Kuroo.

Kuroo mengalihkan pandangannya dari Kenma. Menatap para Dokter dan perawat yang asyik mengobrak-abrik selangkangan Kenmanya itu.

Jika bukan karena melahirkan, Kuroo pasti sudah mengamuk saat ini.

Tak lama setelah itu dapat Kuroo lihat salah satu tangan perawat yang di lapisi oleh sarung tantan medis itu sudah bersimbah darah sambil mengeluarkan sesuatu yang terlilit.

Itu terlihat seperti....

Entahlah Kuroo tidak tahu apa namanya. Tapi itu terlihat seperti usus namun bukan usus.

Sudut bibir Kuroo terangkat tipis menyaksikan itu. Ini tandanya sebentar lagi bayi itu akan lahir, kan?

Kuroo makin memfokuskan pandangannya hingga tak lama dia melihat sosok bayi yang kecil. Bahkan ukurannya hanya segenggaman tangan orang dewasa yang di satukan.

Matanya berbinar takjub menyaksikan itu.

"Sayang.... Sayang liat, anak kita lahir." ucap Kuroo sambil menggenggam tangan Kenma kuat.

Bayi itu menangis tepat setelah dokter mengeluarkannya. Dan salah satu perawat meletakkan sebuah kain bersih bewarna putih di atas perut Kenma yang sudah kembali seperti semula itu.

Perawat meletakkan dengan perlahan bayi mungil itu di atas kain putih. Mencoba untuk memperlihatkannya pada Kenma dan juga Kuroo.

Kuroo tersenyum menyaksikan itu. Rasa haru menyelimuti dirinya. Dadanya berdebar hebat akibat terlalu senang menyaksikan anaknya yang telah lahir ke dunia ini.

Tangannya bergerak perlahan, mencoba mengusap lembut kepala bayi yang sudah di tumbuhi sedikit rambut itu.

"Akhirnya kamu lahir juga...." Kuroo berkata lirih dengan senyum yang tak kunjung hilang di wajahnya.

Saking senangnya, dia tidak menyadari bahwa dirinya menitikkan air mata.

"Ken, coba liat. Anak kita udah lahir."

Tidak ada jawaban dari Kenma.

Kuroo menolehkan pandangannya akibat Kenma yang tak merespon.

Dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati Kenma yang sudah memejamkan matanya dengan sudut mata yang basah, menandakan bahwa dia habis menangis.

Bibir Kuroo terbuka kecil menyaksikan itu. Rasa haru dan senang yang tadi menyelimutinya seketika hilang entah kemana dan di gantikan oleh rasa sesak dan sakit yang bukan main.

Badannya gemetar hebat menyaksikan itu.

"Ya aku pilih buat nyelametin anak kita dong, sayang."

Kalimatnya pada saat itu kembali berputar di otaknya. Ada rasa sesal yang menyelimutinya akibat menjawab pertanyaan Kenma dengan enteng.

"Kuroo-san, kami telah membius Kenma agar kami bisa segera membersihkan bakteri yang ada di tubuhnya."

"Bayi kalian juga akan kami taruh pada inkubator. Jadi anda bisa menunggu di luar." jelas salah satu perawat yang ada di sana.

Eh?

Apa kata perawat itu?

Dia membius Kenma?

Seolah tidak mendengar perkataan sang perawat, Kuroo segera menempelkan telinganya pada dada Kenma. Mencoba mengecek apakah masih berdetak atau tidak.

Dan ternyata, itu masih berdetak.

Bahkan berdetak sangat kencang.

"K-kenma-" Kuroo menoleh kearah sang Dokter yang tengah melepas sarung tangannya. "Selamat?"

Dokter itu menghentikan kegiatannya kemudian menatap kearah Kuroo dan mengangguk kecil. "Iya, kami bisa menyelamatkan mereka berdua." Dokter itu berkata sambil tersenyum lembut.

Kuroo yang mendengar itu seketika merosot dan terduduk di atas lantai saking leganya. Dia menutup matanya dengan lengan kirinya.

"Hahahaha, syukurlah..." Kuroo berkata sambil terus tertawa.

"Terimakasih Tuhan, terimakasih.... Aku akan melindungi mereka kali ini, aku janji." Kuroo berkata diiringi tawanya.

Dan tanpa ia sadari air mata menetes dari matanya.

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang