•••••
Dunia tidak perduli meskipun kau menderita ketika berada di dalamnya. Dunia akan tetap berjalan seperti biasanya. Tidak menghiraukan siapapun dan apapun.
Sama halnya dengan waktu. Waktu terus berjalan dan perlahan berubah. Dari detik menjadi menit menjadi jam menjadi hari menjadi pekan menjadi bulan, bahkan menjadi tahun.
Tiga bulan telah berlalu sejak hari itu. Kenma masih menjalani hidupnya seperti biasa, mencoba bertahan hidup demi anaknya dan juga Kuroo. Meskipun dia hidup dalam kekosongan karena tidak ada Kuroo di sampingnya. Tetapi tidak masalah. Dia hanya perlu menunggu.
Kenma mengusap lembut perutnya yang kini sudah sangat besar itu. Usianya sudah masuk 7 bulan. Hanya kurang 2 bulan lagi agar anak itu lahir ke dunia. Dan Kuroo yang tak kunjung kembali.
Kenma berhenti melangkah ketika dia tiba di dapur. Pandangannya menatap fokus kursi meja makan yang biasa Kuroo duduki.
Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis dan mengusap perutnya.
"Baik kok! Kata dokternya anaknya laki-laki!!"
"Dia pasti mirip deh kayak kamu."
"Kenma, aku da-teng....." suara Akaashi yang tadinya lantang itu perlahan mulai mengecil ketika dia menyaksikan Kenma untuk kesekian kalinya berbicara sendirian.
Akaashi diam. Menatap lekat sepupunya yang bertingkah seolah-olah Kuroo ada di sana.
Akaashi bingung harus berbuat apa. Dia tidak tahu harus mengatakan apa agar Kenma tidak bersikap seperti ini lagi. Hatinya terasa sakit menyaksikan Kenma yang seperti ini.
Memang kondisi fisiknya sedikit membaik. Tetapi... Apakah mentalnya juga membaik?
Akaashi rasa tidak.
Dia melangkahkan kakinya untuk mendekat kepada Kenma. Dia menepuk pelan pundak sepupunya itu.
Kenma tersentak kaget akibat Akaashi menepuknya. Dia menoleh dan menatap Akaashi kesal.
"Permisi dong atau apa gitu... Bikin kaget aja." kesalnya.
Akaashi yang mendengar itu tidak menggubrisnya. Dia lebih ingin memastikan apakah kondisi Kenma baik-baik saja atau tidak? Pasalnya dia sudah jarang berkunjung ke sini. Hanya dua bulan sekali. Karena, ya.... Akaashi juga punya kesibukan sendiri.
"Kamu udah usg bulan ini?" tanya Akaashi sambil menatap perut besar Kenma.
Kenma yang mendengar itu mengangguk. "Iya udah."
"Terus gimana?"
"Sehat." Kenma menjawab sambil tersenyum.
Tapi, entah mengapa Akaashi merasa bahwa Kenma sedikit memaksakan senyumnya itu.
Dia menepis pikirannya itu. Kembali menatap wajah Kenma dan kembali berkata.
"Kamu ngomong sendiri lagi?"
Deg
Dada Kenma terasa sakit mendengar pertanyaan Akaashi.
Dia menggeleng pelan. "G-gak."
"Aku ngomong sama Tetsu."
Sesuai dengan perkiraan Akaashi.
Akaashi menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Ken, dengerin aku baik-baik."
"Kuroo itu udah gak ada. Jadi mustahil kamu ngomong sama dia."
"Berhenti ngomong sendiri, ya?" Akaashi berkata sambil memegang bahu Kenma yang sedikit gemetar itu.
Kenma menggeleng kemudian menepis tangan Akaashi yang ada di bahunya. "Gak, Kuroo masih ada!"
"Aku yakin itu!"
"Dia bahkan dateng ke aku, dia nemenin aku, dia bilang kalo dia bakalan pulang!"
"Kamu gak usah ngomong kayak gitu Shi..."
Akaashi merasa nyeri mendengar itu. Kenma benar-benar menyayangi Kuroo, ya?
"Ken, kamu yang jangan ngomong kayak gitu."
"Kuroo udah gak ada, dia udah meninggal karena kecelakaan pesawat itu. Dia gak selamat."
"Dia selamat!" bantah Kenma dengan intonasi tingginya.
"Dia selamat Shi! Aku yakin itu!"
"Kalo dia emang selamat, kenapa dia gak ada di sini? Kenapa dia gak di temuin tim sar? Kenapa Ken?"
Kenma menggeleng mendengar itu. "Belum waktunya Shi...."
"Belum waktunya Kuroo pulang, aku yakin itu.."
Tes
Air matanya kembali menetes.
"Dia gak bisa pulang ke kamu lagi Ken."
"Dia udah pulang ke Tuhan."
"Ikhlasin dia. Udah tiga bulan dia pergi. Kalau pun dia sempat bertahan di sana. Mustahil sampai tiga bulan kayak gini." tutur Akaashi dengan lembut.
Kenma menggeleng. "G-gak..."
"Dia ada.."
"Dia hidup.."
"Dia hidup Shi....." Kenma berkata sambil menangis kuat.
Akaashi yang menyaksikan itu tidak tega. Kenma sepertinya benar-benar sakit, ya?
Tanpa berbicara dia memeluk badan sepupunya itu. Memberikannya kekuatan untuk menerima kenyataan seperti ini.
"Ken...."
"Aku-Kuroo.... Hiks hiks..." Kenma menangis di dalam pelukan Akaashi sambil meremas kuat baju yang di kenakan sepupunya.
Kenma butuh Kuroo.
Benar-benar membutuhkannya.
Tetapi mengapa Kuroo tidak ada di sisinya?
Apakah Tuhan memang tidak mengizinkannya untuk bahagia?
Setidaknya, jika pun ia tidak bahagia.
Tolong izinkan dia bersama dengan orang yang dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku • Kuroken[✔]
CasualeKatanya orang yang ingin menikah akan di uji oleh Tuhan, tetapi, mengapa ujian yang Tuhan berikan sangat berat?