"DOR!!!"
Kenma yang sedang memperhatikan pemandangan sekitar dari atas balkon itu seketika terkejut akibat Kuroo yang datang tiba-tiba dan mengagetkannya.
Dia menolehkan kepalanya dan di dapatinya Kuroo yang sedang tertawa puas sambil mendekat kearahnya.
"Kagetin aja terus sampe aku jatoh." ucap Kenma.
"Yah... Jangan dong, nanti kalo kamu jatoh kan lama lagi naik ke sininya."
Kenma hanya mengendus sebal mendengar itu dan kembali menatap sekitarnya.
Deretan rumah yang cukup besar dan juga jalanan komplek yang sepi itu menjadi pemandangan yang cukup indah dan menenangkan bagi keduanya. Terlebih langit malam yang sedikit terang meskipun tidak ada bulan di atas sana.
Tawa Kuroo perlahan mulai menghilang diiringi dengan suara angin malam yang cukup kuat itu. Dia menatap lekat omega kesayangannya itu yang tengah fokus menatap rumah-rumah tetangga sekaligus jalanan yang sepi itu.
Kuroo tersenyum tipis menyaksikan Kenma yang tertegun itu. Dia menggunakan tangan kanannya untuk menopang dagunya pada pagar pembatas itu.
"Kamu kenapa, hm?"
Kenma yang mendengar pertanyaan itu sontak menolehkan pandangannya. Melempar tatapan heran akibat pertanyaan yang keluar dari mulut alpha jabriknya itu.
"Kenapa? Aku gak kenapa-kenapa." dia menjawab dengan tampang heran yang masih menghiasi wajah cantik itu.
Kuroo berhenti tersenyum ketika mata mereka bertemu. Dia menatap dalam mata Kenma. Mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Kenmanya ini.
Sebab, tidak biasanya Kenma berada di balkon. Terlebih sambil merenung dan menatap sekeliling tanpa bergeming sedikit pun.
Kuroo menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan perlahan. Mencoba menyangkal perkataan yang keluar dari mulut mungil itu.
"Jujur aja, aku suami kamu loh. Gak mau jujur sama suami kamu sendiri?"
Kenma menggigit bibir bawahnya mendengar itu kemudian menghela nafasnya. Dia menatap Kuroo dengan tatapan lesunya.
"Jangan kayak gitu, dong... Kesannya aku jadi kayak istri yang gak matuhin suaminya."
Kuroo terkekeh mendengar itu. "Tenang aja, kamu gak kayak gitu."
Kenma tersenyum mendengar hal itu. Dia kembali menatap deretan rumah itu.
"Aku juga gak tau kenapa..."
"Tapi.... Rasanya kangen juga, ya? Kalo gak ada bayi itu?"
Kuroo diam mendengar perkataan Kenma. Tidak berniat berbicara karena dia tahu bahwa Kenma belum selesai berkata.
"Aku gak ngerasain mual dan pusing lagi setiap pagi. Bahkan perut aku juga udah gak kram dan sakit lagi."
"Aneh...."
"Harusnya aku seneng karena udah gak ngerasain hal merepotkan itu lagi."
"Tapi gak tau kenapa...."
"Aku kangen sama sensasi itu..."
Tatapan Kuroo yang tadinya lembut kini berubah menjadi sendu.
Sial.
Rindu itu memang berat, ya?
"Enggak, gak cuman sensasinya."
"Aku juga kangen sama dia, anak aku." Kenma berkata sambil memegang perut ratanya itu.
"Anak kita."
Kuroo berkata sambil meraih tangan Kenma yang memegang perut ratanya itu. Dia mengusap pelan tangan mulus itu dengan penuh kasih sayang.
Ujung bibir Kenma tertarik tipis mendengar hal itu. "Iya, anak kita."
Kuroo membalas senyuman itu dengan lembut dan mengeratkan tangannya pada tangan Kenma yang terasa dingin seperti es itu.
"Besok kita tengok dia, ya?"
"Kamu gak kerja, emang?"
Kuroo menggeleng. "Mau aku kerja atau gak kerja. Kita bakalan nengok anak kita."
Kenma tersenyum mendengar itu, perlahan dia mendekatkan wajahnya pada wajah Kuroo.
Cup~
Dia mengecup singkat pipi Kuroo dan kembali tersenyum. "Makasih, ya."
Kuroo yang menyaksikan Kenma tersenyum seperti itu sehabis mengecup pipinya tentu saja meleleh hatinya.
"Sama-sama, sayang."
Dia segera menarik Kenma kedalam rangkulannya. Merangkulnya gemas atas tingkah laku omeganya itu.
Kuroo mendongakkan kepalanya, menatap langit malam yang cukup sepi itu.
"Sayang, aku rasa kita perlu ngasih nama anak kita?
Kenma menganggukkan kepalanya mendengar itu. "Boleh, kira-kira nama yang bagus apa?"
"Menurut kamu, apa nama yang bagus?"
Kenma mengerlingkan pandangannya kearah lain. "Aku gak tau, tapi aku pengan banget ngasih nama salah satu anak aku Ryo."
"Ya udah kita namain anak kita Ryo, ya!"
"Kuroo Ryo. Kedengarannya bagus."
Kenma terkekeh mendengarnya. "Hahaha, dia ngambil marga kamu?"
Kuroo mengangguk. "Iya dong, aku kan Papahnya! Jadi harus make marga aku!!"
Kenma yang mendengar itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Oh iya, kamu panggil aku Tetsurou dong.... Jangan Kuroo mulu." ucap Kuroo.
Kenma yang mendengar itu memejamkan matanya seolah berfikir keras dan beberapa saat dia membuka matanya kembali.
"Aku udah nyaman manggil kamu Kuroo. Tetsurou terlalu panjang."
Kuroo mengerucutkan bibirnya mendengar itu. "Sayang...."
Kenma terkekeh mendengar itu. "Aku usahain, ya Ku-Tetsu."
Kuroo tersenyum mendengar itu. "Iya... Nyonya Kuroo yang terhormat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku • Kuroken[✔]
AcakKatanya orang yang ingin menikah akan di uji oleh Tuhan, tetapi, mengapa ujian yang Tuhan berikan sangat berat?