00.18

670 112 1
                                    

Ctek

Kenma mematikan kompornya. Dia menghela nafasnya dan memegang pinggulnya yang sedikit sakit akibat ulah suaminya itu.

Satu ronde.

Kuroo memang melakukannya satu ronde.

Tetapi di tambah dua.

Jika Kenma tidak tepar, Kuroo pasti akan melanjutkannya entah sampai ronde yang ke berapa.

Kenma mengendus sebal memikirkan itu. Tangannya bergerak mengambil teko yang ada di atas kompornya. Dia menuangkan air panas itu ke dalam cangkir yang telah diisi ampas kopi dan juga gula.

"Hoam..... Ngantuk banget, nanti pas Kuroo berangkat aku tidur lagi deh." Kenma berkata sambil menutup mulutnya yang menguap dengan tangan kiri.

Dia fokus menuangkan air panas itu kedalam gelas, untuk suami tercintanya. Meskipun ia tidak yakin apakah Kuroo sudah bangun dan bersiap.

Ketika Kenma sedang fokus menuangkan air panas itu. Dia tersentak kaget ketika ada tangan yang melingkar, melilit pinggangnya dan memeluknya erat.

Tanpa bertanya pun Kenma tahu tangan ini milik siapa.

"Kuroo... Kamu ngapain?!" kesal Kenma sambil menghentikan kegiatannya. Untung saja air panas itu tidak tumpah dan mengenainya.

Yang di tanya tidak menjawab, dia malah mendusel pada leher Kenma sehingga membuat sang empu menggeliat geli.

"Kuroo!! Berhenti!!!" kesalnya.

Kuroo berhenti. Dia mengikuti perkataan Kenma.

Meskipun dagunya tidak dia angkat, masih setia berada pada bahu sang omega.

"Kamu udah mandi apa belom? Kalo belom mending m-"

"Aku udah mandi tenang aja." Kuroo menyela perkataannya, diakhiri dengan mulutnya yang menguap.

"Kamu.... Lagi ngapain?" Kuroo bertanya, sambil mengerlingkan matanya. Menatap sekeliling.

"Bikinin kamu kopi. Kamu mau sarapan pake apa?"

Kuroo menggeleng sebagai jawaban. "Di jalan aja nanti."

Kenma mengangguk dan mengaduk kopi itu. Mencoba mengabaikan Kuroo yang masih setia dengan posisinya.

"Maaf Ken, semalem bablas..." bisik Kuroo secara tiba-tiba.

Kenma yang mendengar bisikan itu tepat di telinganya sempat tersentak kaget kemudian melirik kesal sang suami yang sedang menampilkan puppy eyes-nya itu, seolah meminta maaf dan menyesal.

"Pinggul aku sakit."

Kuroo yang mendengar itu sontak meraba pinggul Kenma. Mengusapnya perlahan.

"Aku pijitin deh..."

Kenma yang mendengar itu merinding, dia segera menyingkirkan tangan Kuroo yang sedang mengusap pinggulnya. Melepaskan diri dari Kuroo dan menatapnya kesal.

Jika dia lengah, bisa-bisa dia akan kesulitan berjalan.

"Enggak, aku gak percaya sama kamu." Kenma berkata sambil berdecak pinggang.

Kuroo yang mendengar itu menatapnya dengan heran. "Kenapa? Niat aku baik loh..."

Kenma menggeleng, "Tetep aja, enggak."

Kuroo yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya kesal. Kemudian menurunkan pandangannya. Menatap perut rata Kenma yang tertutup baju itu.

Dia mendekat dan sedikit menunduk, menyeka baju yang menutupi perut rata itu.

"Heh, baju aku. Ngapain kamu angkat gini?!" misuh Kenma yang keheranan akibat tingkah suaminya ini.

Kuroo tidak menjawab, malah fokus menatap perut rata yang penuh dengan bercak kemerahan akibat kegiatannya semalam.

Senyum senang terukir di wajah lelaki surai hitam itu, dia menggerakkan tangan kanannya untuk mengusap perut istrinya dengan perlahan.

"Maaf ya kalo kamu semalem ke ganggu karena Papah. Habisnya Mamah kamu gemesin sih, Papah jadi gak tahan." ujar Kuroo.

"Oh iya, tandanya jangan di hilangin ya. Ini kan buat nandain kalo Mamah kamu ini punya Papah, oke?"

Kuroo berhenti mengusap perut itu dan kembali membiarkan perut rata itu tertutup oleh baju yang Kenma kenakan. Dia kembali menatap Kenma dengan senyum senangnya.

"Ya udah, yuk!"

Kenma menyerngit heran mendengarnya. "Kemana? Kamu kan harus kerja."

"Sono berangkat, nanti terlambat."

"Iya, ayo kita berangkat."

"Kita?"

"Iya, kita. Ayo buruan kita berangkat ke Nagasaki sekarang."

....

Kenma makin bingung di buat Kuroo.

Kenapa tiba-tiba, dan sejak kapan mereka merencanakan untuk pergi ke Nagasaki?

"Nagasaki? Buat apa?"

"Aku kan udah bilang ke kamu kalo hari ini sampe beberapa hari ke depan agensi bakalan ngirim aku ke Nagasaki. Kali ini temanya pelabuhan gitu." jelas Kuroo.

Oke.

Satu yang menjadi pertanyaan Kenma.

KAPAN KUROO MENGATAKAN HAL ITU?!

Ekspresi Kenma yang tadinya bingung seketika berubah menjadi datar. Kuroo yang menyadari hal itu tentu saja kelabakan, biasanya Kenma menampilkan ekspresi datar ketika benar-benar kesal padanya.

Dan sekarang... Mengapa Kenma kesal?

"Eh? Kenapa Kenma?"

"Aku udah bilang, kan sama kamu kalo kita bakal pergi ke Nagasaki?"

"ENGGAK!!! Kamu gak ada bilang ke aku kayak gitu!!"

Kuroo yang mendengar itu seketika bergidik ngeri.

Jadi....

Dia lupa memberitahukannya, ya?

"S-serius?"

Kenma mengangguk. "Ya! Dan kita juga belum sempat packing, pukul berapa pesawat berangkat?"

"Delapan, kalo gak salah?"

Kenma menepuk dahinya mendengar itu. Sekarang sudah pukul 7 lewat dan jarak dari rumahnya ke bandara juga cukup jauh. Dan bisa-bisanya Kuroo sesantai ini.

"Sayang. Dengerin aku!! Kita akan telat!!"

Kuroo diam beberapa saat kemudian mengangguk. "AAA KAU BENAR!!"

Tanpa basa-basi dia segera mengambil segelas kopi yang telah Kenma buat dan meneguknya habis dan setelah itu dia berlari menuju ruang kerjanya untuk mengambil kamera dan berbagai macam alat yang di perlukannya.

Kenma yang menyaksikan itu hanya menggelengkan kepalanya. Benar-benar mendadak. Dan sialnya dia belum menyiapkan apapun.

Tanpa banyak bicara Kenma segera melangkah menuju kamarnya, mengabaikan rasa nyeri di pinggulnya itu akibat ulah Kuroo.

Ck, jika tahu akan pergi ke Nagasaki. Kenma tidak akan mau bermain dengan Kuroo.

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang