00.40

583 52 0
                                    

"Kenma, jangan angkat itu. Itu berat, biar aku aja."

"Kamu hati-hati, ya! Jangan sampe kenapa-kenapa pas masak."

"Jangan begadang, gak baik buat diri kamu sama anak kita."

"Kamu gak usah bantuin aku, kamu duduk aja, ya di kasur."

"Kamu anterin aku sampe sini aja. Nanti kamu kecapekan."

"Ken.... Kan aku udah bilang kalo mau beli sesuatu bilang aja. Nanti aku beliin."

"Kenma, jangan lari. Nanti kalo jatoh bahaya!"

Mata Kenma berkedut ketika menyaksikan Kuroo yang baru saja menyuruhnya duduk di kasur. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menatap datar suaminya yang sejak beberapa hari yang lalu terus saja melarangnya melakukan ini itu dan hal lainnya.

Bahkan, Kuroo selalu menemaninya kemana pun ia pergi.

Kemana pun.

Benar-benar kemana pun. Bahkan sampai ke kamar mandi juga di temani oleh Kuroo.

Kenma menghela nafasnya melihat tingkah laku suaminya yang terlalu khawatir itu. Ayolah, Kenma tahu Kuroo memang takut jika dia mengalami keguguran lagi.

TETAPI TIDAK SEPERTI INI JUGA.

Jika Kenma hanya diam saja di kasur itu malah makin membuatnya tidak sehat, kan? Jadi dia rasa dia harus beraktivitas seperti biasanya. Tidak perlu di larang dan di beri tahu Kenma juga akan berhati-hati.

Tetapi, Kenma memaklumi itu.

Kuroo seperti ini juga karena sayang padanya.

Kuroo menyodorkan segelas susu pada Kenma. "Di minum, ya! Biar anak kita sehat!!"

Kenma menatap segelas susu itu kemudian mengambilnya. Tak langsung meminumnya dia malah menatap lekat gelas itu kemudian beralih menatap Kuroo lembut.

"Tetsu... Aku gak papa."

Kuroo tidak menjawab, dia hanya diam memperhatikan Kenma karena tahu bahwa Kenma belum selesai berbicara.

"Bener-bener gak papa." Kenma mengeratkan genggamannya pada gelas itu.

"Aku tahu kalo kamu khawatir dan gak mau aku dan anak kita kenapa-kenapa. Tapi kamu tahu? Gak ngapa-ngapain juga gak bagus buat orang hamil." Kenma berkata dengan lembut agar tidak menyakiti hati Kuroo.

"Jadi.... Aku gak seharusnya kayak gini?" tanya Kuroo dengan intonasi yang pelan.

Kenma menggeleng kemudian meneguk susu itu hingga habis tak tersisa. Setelahnya dia menatap Kuroo.

"Bukan begitu, aku seneng kok kalo kamu merhatiin aku. Seneng banget malahan!!"

"Tapi kamu terlalu berlebihan, dan itu juga gak bagus."

Kenma meletakkan gelas itu di meja nakas. Kemudian melemparkan senyum manisnya. "Jadi... Agak di kurangin, ya?"

Kuroo menghela nafasnya mendengar perkataan Kenma. "Ken...."

Kenma menggerakkan tangannya untuk mengusap wajah Kuroo yang penuh kekhawatiran itu dengan lembut. Mencoba meyakinkannya bahwa dia akan baik-baik saja.

"Gak papa sayang."

"Percaya sama aku. Lagian aku yakin kok kalo anak kita ini kuat!" senyum Kenma kini makin merekah sehingga membuat matanya menghilang.

Kuroo tersenyum tipis menyaksikan itu dia meraih tangan Kenma yang masih mengusap lembut pipinya. Menuntun tangan itu menuju bibirnya dan mengecup punggung tangan itu beberapa kali hingga akhirnya dia dapat menenangkan diri.

"Iya, anak kita kuat. Kayak Mamahnya."

Kenma yang mendengar itu hanya mengangguk kecil sambil mengusap perutnya yang sudah sedikit membesar itu.

Ah, perlu kalian tahu. Kenma itu baru mengetahui bahwa dirinya hamil ketika kehamilannya berusia 7 minggu. Jadi.... Wajar jika perutnya sudah sedikit membesar, meskipun tidak terlalu terlihat.

Kuroo yang menyaksikan Kenma mengusap perutnya tentu saja tergiur. Dia ingin melakukannya. Ingin mengusap lembut darah dagingnya yang ada di dalam sana. Ingin menyapanya dan memberitahukannya bahwa dirinya sudah tidak sabar menunggu kehadirannya di dunia.

Kuroo menurunkan tangan Kenma perlahan. Dia berlutut di hadapan Kenma kemudian menggerakkan tangannya untuk mengusap perut Kenma yang masih terhalang sehelai kain itu.

"Sehat-sehat, ya sayang. Papah gak sabar mau ngeliat kamu." ucap Kuroo sambil mengusap lembut perut Kenma.

Kenma menghentikan tangannya yang mengusap perut itu. Membiarkan Kuroo mengusap sepenuhnya dan dia hanya tersenyum memperhatikan kegiatan suaminya itu.

Tiba-tiba saja tangan Kuroo yang sedang asyik mengusap perut itu seketika berhenti. Membuat Kenma melemparkan tatapan herannya.

"Kenapa, Tetsu?"

Kuroo terkekeh kemudian menggeleng, dia menempelkan kupingnya pada perut Kenma. Berharap dapat mendengar sesuatu di sana.

Namun, dia tidak mendapati apapun.

Meskipun begitu, Kuroo tertawa kecil karena ulahnya sendiri. "Perut kamu udah membesar, hahaha." Kuroo berkata sambil mengecup perut itu.

Kenma yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya sambil mengusap pelan surai hitam suaminya itu. Hahaha, Kuroo sangat peka terhadap perubahan kecil yang bahkan Kenma tidak sadari, ya?

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang