00.37

540 48 7
                                    

"Woah udah nikah aja nih, kapan punya anaknya?"

"Gak sabar deh ngeliat anak kalian, pasti lucu kayak Mamahnya!!"

"Loh? Belum di kasih momongan? Bukannya pernikahan kalian udah jalan lima bulan, ya?"

"Cepetan bikin momongan dong!! Gak sabar mau ngeliat anak kalian."

Kenma hanya tersenyum paksa sambil mengangguk-anggukan kepalanya mendengar semua perkataan yang ia terima oleh rekan kerja suaminya itu.

Dia mundur beberapa langkah, mencoba menarik keluar dirinya dari gerumunan orang-orang itu.

Di sini lah Kenma berada.

Acara pegawai tahunan terbaik yang selalu di adakan oleh agensi tempat Kuroo bekerja.

Dan tentu saja Kuroo menjadi salah satu pegawai terbaik itu. Dan karena hal itu lah Kenma datang ke sini dan menemaninya hingga akhirnya mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mengenakan dari rekan kerja Kuroo.

Kenma duduk di kursi yang ada di pojok ruangan itu. Netranya memperhatikan orang-orang yang sedang berbincang ria dan menyantap semua makanan dan minuman yang di sajikan di sana.

Membuat Kenma memijit pelepisnya karena dia merasa kepalanya pusing akibat berada di kerumunan orang. Mungkin ini terjadi karena dia sudah lama tidak bersosialisasi.

Jarinya terhenti ketika perkataan rekan Kuroo itu kembali terputar di otaknya.

Anak, ya?

Kenma menginginkan itu.

Benar-benar menginginkannya.

Tak hanya Kenma. Kuroo pun sama.

Tetapi, di sisi lain hatinya dia merasa takut.

Takut jika hal sebelumnya akan terjadi lagi.

Iya, kematian Ryo.

Kenma takut. Dia tidak ingin kehilangan malaikat kecilnya lagi.

Tangannya gemetaran memikirkan itu. Tenang Kenma, kau harus tenang. Jangan seperti ini.

Kenma menggenggam tangannya satu sama lain. Mencoba untuk menenangkan dirinya atas pikiran yang tidak mengenakan itu.

Ketika Kenma sedang menenangkan dirinya, tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang lebih besar menangkup kedua tangannya dengan lembut.

Membuat Kenma mendongakan kepalanya untuk menyaksikan siapa pemilik tangan itu.

Dan tentu saja, itu adalah Kuroo.

Kuroo tersenyum ketika matanya dan mata Kenma bertemu. Di dalam  netra kuning keemasan itu terdapat rasa sedih dan juga takut. Membuat Kuroo tidak tega untuk meninggalkannya sendiri.

Dia bertekuk lutut di hadapan Kenma kemudian menatapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Jangan di pikirin, udah biasa orang bicara dulu sebelum berfikir." ucap Kuroo sambil mengusap lembut tangan Kenma.

Kenma menggeleng mendengar itu. "Aku takut..."

"Apa yang kamu takutin?"

"Kasih tau aku. Aku bakalan usir ketakutan kamu itu."

"Aku takut kalo aku gak punya-punya anak kamu bakalan jadi omongan rekan kamu...." lirih Kenma.

Kuroo menggerakkan tangan kirinya untuk mengusap lembut surai dwi warna itu.

"Sayang... Kita punya anak, kok. Ryo kan anak kita."

Tatapan Kenma perlahan berubah menjadi sendu dan linglung. "Tapi dia gak ada di sini..."

"Dia emang gak ada di sini, tapi.." tangan kirinya bergerak untuk menyentuh dada kiri Kenma. "Dia ada di sini."

Bibir Kenma bergetar kecil mendengar itu.

Itu benar.

Ryo memang ada—bahkan selalu ada di dalam hatinya dan Kuroo.

Meskipun hanya mereka berdua yang mengetahui fakta itu. Tetapi tidak papa.

Kenma rasa itu cukup.

Sudut bibirnya terangkat sedikit membentuk seulas senyuman tipis. "Iya."

"Nah ya udah, jangan di pikirin, ya?"

Kenma mengangguk kecil.

Kuroo bangkit dari duduknya. Tangannya dia melepaskan tangannya yang membungkus tangan Kenma itu kemudian menjulurkannya.

"Ayo bangun, sebentar lagi suami kamu ini naik ke atas podium." ucap Kuroo.

Kenma yang mendengar itu terkekeh kecil kemudian meraih tangan Kuroo lalu bangkit dari duduknya. Namun, ketika dia sedang berusaha berdiri, tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing dan penglihatannya buram, sehingga membuatnya terhuyung ke depan dan menubruk Kuroo.

Kuroo segera menangkap tubuh Kenma yang terhuyung ke arahnya itu, dia menatap Kenma dengan tatapan panik.

"Kamu kenapa?"

Kenma menggeleng. "Gak papa."

"Udah, ayo buruan. Kamu sebentar lagi di panggil, kan?" Kenma berkata sambil menarik tangan Kuroo untuk memasuki kerumunan orang-orang itu.

Dan mengabaikan rasa pusing serta sensasi aneh yang ada di perutnya.

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang