00.31

563 48 0
                                    

Brak

Brak

....

Setelah suara pintu mobil yang di tutup secara bersamaan itu menggema di halaman rumah mereka. Keduanya diam, menatap satu sama lain dengan tatapan terkejutnya.

Wajah Kuroo yang tadinya terkejut seketika berubah menjadi khawatir karena Kenma yang baru saja pulang dengan taxi tanpa sepengetahuannya.

Kemana Kenma pergi?

Apakah terjadi sesuatu dengannya?

Semoga saja tidak.

Dia memperhatikan penampilan Kenma dari atas sampai bawah. Tidak ada yang berubah, Kenma tetap cantik seperti biasanya.

Kuroo menghela nafasnya menyaksikan itu kemudian dia membuka mulutnya. Berniat untuk berbicara.

Namun, belum sempat dia mengeluarkan sepatah kata. Kenma telah berkata terlebih dahulu.

"Baru pulang?"

Kuroo yang mendengar itu mengangguk kecil. "Iya...."

Kenma memperhatikan penampilan suaminya itu hingga pandangannya tertuju pada tote bag besar yang ada di tangan Kuroo.

Seolah tidak penasaran dengan isi tote bag itu, Kenma malah kembali berkata.

"Tumben, perasaan dari kamaren lembur terus." Kenma berucap sambil berjalan kearah pintu dan membukanya.

Kuroo yang mendengar itu mendesis pelan. Hadeh... Sepertinya Kenma benar-benar marah kepadanya.

Ceklek

Pintu itu di buka dan keduanya segera memasuki rumah itu. Setibanya di dalam, tanpa berkata apapun Kenma segera melangkah kan kakinya menuju kamar sementara Kuroo malah menuju ke arah dapur.

Kuroo memperhatikan sekelilingnya dengan hati-hati kemudian mengeluarkan isi tote bag itu, yaitu kue tart berukuran sedang berbentuk lingkaran.

Di atas kue itu terdapat coklat tipis yang bertuliskan Happy birthday sayangnya aku. Melihat itu membuat Kuroo tersenyum tipis. Semoga saja Kenma tidak marah lagi.

Dia segera menaruh lilin di atas sana dan berjalan menuju ke kamar mereka dengan mengendap-endap.

Setibanya di depan pintu kamar, Kuroo segera mengeluarkan sebuah korek gas dari kantongnya dan menyalakan lilin yang sudah tertancap rapih di atas kue itu. Setelah itu dia membuka pintu kamar yang ada di hadapannya dengan perlahan.

Dia memasuki kamar itu, namun dia tidak mendapati siapapun di sana. Kamar yang kosong melompong.

Kuroo mengedarkan pandangannya, menatap ke pintu kamar mandinya. Mencoba mencari tahu apakah Kenma berada di dalam atau tidak.

Tetapi sepertinya tidak, karena dia tidak mendengar suara air dari sana.

Kuroo beralih menatap balkon, di lihatnya pintu balkon itu terbuka kecil. Kuroo tersenyum miring menyaksikan itu dia segera mendekat kearah balkon dan berdiri di sana.

Kuroo menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Ken."

Dia mulai memanggil nama teman hidupnya itu.

"Apa?"

"Sini dulu sebentar, tolongin aku..."

Kuroo terkekeh kecil karena mendengar Kenma yang menyumpah serapahi dirinya. Dan perlahan dia bisa mendengar suara langkah kaki Kenma yang mulai mendekat masuk.

Kuroo mundur satu langkah, memberikan jarak pada pintu di hadapannya.

"Selamat hari lahir, sayang...." Kuroo berkata sambil menyodorkan kue yang ada di tangannya ketika Kenma baru saja muncul di pintu itu.

Kenma hanya diam, tidak menjawabnya sama sekali. Dia menatap Kuroo dan kue yang ada di tangannya itu secara bergantian.

Kuroo yang mendapati Kenma tidak merespon langsung kembali berkata. "Maaf, ya telat ngucapinnya...."

"Aku janji, tahun depan gak kayak gini lagi.... Jadi... Make a wish?" Kuroo berkata dengan sangat hati-hati, takut membuat Kenma makin marah akibat ulahnya.

Namun, bukannya meniup lilin dan mengucap make a wish, Kenma malah menerjang Kuroo dan memeluknya. Hampir membuat Kuroo kehilangan keseimbangan beberapa saat dan melepaskan kue yang ada di tangannya itu.

Kuroo mengerjapkan matanya sambil mengangkat kue itu tinggi-tinggi dengan tangan kanannya.

"Ken, sayang?"

"Diem.... Aku marah sama kamu." Kenma berkata sambil menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Kuroo.

"Aku kira kamu lupa."

"Aku seharian kemarin kayak orang bodoh yang nungguin ucapan 'selamat ulang tahun' dari kamu."

Kuroo tersenyum tipis mendengar itu. Dia menurunkan tangan kanannya yang mengangkat kue itu tinggi-tinggi, dan tangan kirinya dia gerakan untuk memeluk pinggang ramping omeganya itu.

"Maaf, ternyata kamu emang nungguin aku ngucapin itu, ya?"

Kenma memukul punggung Kuroo pelan. "Berisik."

Kuroo terkekeh mendengar itu. "Selamat ulang tahun, sayang."

"Maka-sih."

Kuroo berhenti terkekeh ketika merasakan bajunya yang basah. Ah.... Kenma menangis, ya?

"Ken.... Maafin aku..." Kuroo berkata dengan penuh penyesalan.

Jika dia tidak lupa, dia pasti akan mengucapkannya kemarin.

"Gak... Aku masih marah sama kamu..." Kenma berkata dengan bahu yang sedikit gemetaran.

"Nanti aku kasih hadiah, deh... Tapi jangan marah lagi, ya?"

Kenma mengangguk kecil mendengar itu dan melepas pelukannya. Dia mendongakkan kepalanya, menatap Kuroo dengan mata yang sedikit memerah.

Kuroo segera menyodorkan kue itu pada Kenma dan membiarkan Kenma meniup lilin yang terdapat di sana.

Fyuhhhh

Setelah meniupnya dia kembali menatap Kuroo. Kuroo yang menyaksikan Kenma menatapnya hanya tersenyum dan menggerakkan tangan kirinya untuk menghapus sisa air mata yang membasahi pipi mulus itu.

"Sekali lagi,"

"Selamat ulang tahun, Kenmanya aku."

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang