Part 1 : Pak Mantan

136K 6.7K 213
                                    

aphiemi (bahasa Yunani), berasal dari kata apo = prefix , artinya berpisah, menjaga jarak + hiemi = memulai sesuatu proses.

***

Namaku Silka Loekito, aku pengangguran yang sudah ditolak banyak perusahaan. Pagi ini aku mencoba peruntunganku lagi. Peruntungan bukan kata yang benar-benar tepat sih,  karena peruntungan berarti ada kemungkinan aku beruntung. Sedangkan dengan kondisiku sekarang, kemungkinan itu sangat kecil. Namun jika tidak dicoba kita tak pernah tahu bukan? Untung dinding lift di sekitarku berkaca, aku tegapkan punggungku dan memasang senyum.

Lantai 22 ... 23 ...

Senyumku kupasang lagi.

Lantai 24. Semangat Silka!!

Aku menelan ludah melangkahkan kaki ke lobi kantor Mother & Me. Kantor ini dihiasi dengan warna baby pink berpadu dengan baby blue. Dekorasinya seperti dekorasi taman kanak-kanak, penuh dengan gambar-gambar bayi dan bocah cilik. Semuanya tersenyum. Selain gambar bayi juga ada gambar ibu-ibu dengan penampilan bak ibu-ibu posyandu yang welas asih.

Dikelilingi begitu banyak senyum, aku malah sedih.

Resepsionis muda yang usianya tak beda jauh denganku mengatakan kehadiranku sudah ditunggu. Mati aku, jantungku makin berdebar. Aku pura-pura kalem melintasi ruangan besar yang diisi meja-meja panjang berjajar. Ada belasan orang yang sibuk di depan laptop masing-masing.

"Di sini konsepnya open office, Mbak," terang resepsionis yang dengan lincah berjalan di depanku. "Cuma tiga orang yang punya ruangan sendiri," bisiknya lagi seolah aku siswa baru yang perlu diberi bocoran.

"Mas Domi, CEO kita, employee nomor 1." Jarinya menunjuk ruangan di paling kanan. "Mbak Mel, CBO,employee nomor 2. Lalu Mbak Sita, CTO, employee nomor 3."

Si resepsionis sekaligus pemandu jalan membawaku ke depan ruangan dengan angka dua terukir di pintu.

This is it. Di perusahaan-perusahaan sebelumnya, aku selalu lolos semua tes akademis, kepribadian, hingga tes wawancara terakhir. Sayang, aku selalu gagal di tes interview terakhir.

Pintu dibuka bersamaan dengan aroma lembut lavender memelukku. Saraf-sarafku yang tegang perlahan mengendur.

"Halo Silka, saya Melinda. Panggil saja Mbak Mel."  Suara seorang perempuan menyapaku ramah. Ia berdiri menyambutku di depan pintu. Pembawaannya energik, dengan kaos pink berlogo Mother & Me, celana jeans dan sepatu canvas putih. Rambutnya diikat ekor kuda. Perempuan yang kutaksir berusia sekitar 30 tahunan itu menjabat tanganku. Tangannya terasa hangat, sementara telapak tanganku berkeringat.

"Kamu ... hamil?" tembak mbak Mel tiba-tiba memandangku dari atas hingga bawah. Aku buru-buru menarik kemejaku menutupi perutku yang membuncit. Di bulan-bulan awal kehamilan, aku hanya terlihat seperti orang yang kebanyakan makan. Kini, perutku semakin sulit disembunyikan.

"Ehm ... iya, Bu," bisikku lirih.

"Panggil Mbak Mel saja. Sudah berapa minggu?" Ia mengulurkan tangannya memberi isyarat supaya aku duduk di bangku yang disediakan.

"26 minggu, Mbak." Suaraku makin lemah.

"Wah, udah setengah jalan ya. Gimana kehamilan kamu? Lancar?"

"Sehat, Mbak Mel. Ini lancar sekali. Saya ... sehat. Bisa kerja," pintaku berusaha terdengar optimis. Mbak Mel hanya mengangguk. Sudah hamil hampir 7 bulan artinya sebentar lagi aku cuti hamil.

"Silka Loekito, kamu melamar jadi HRD?" tanya Mbak Mel lagi.

"Iya, Mbak." Aku hanya berani duduk di ujung bangku, karena aku yakin ini hanya basa-basi.

Aphiemi ( EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang