Part 36 : I Must Have Done Something

52.3K 5.6K 403
                                        

Alohaaaa ... Part ini tumben ada soundtracknya. Ini dari film jadoel The Sound of Music.

https://www.youtube.com/watch?v=UetJAFogqE4

Yup silahkannn dibaca langsung. Ditunggu boom komentar, yang panjang-panjang, me like. Biar chapternya juga jadi panjang :D

Changi, Singapore

It's been a while. Jason mendorong troli berisi kopernya dan koper Silka, sementara Silka menggendong Max yang tertidur di pelukannya. Silka masih mau masuk kerja H-1 dari libur nasional, terpaksa mereka naik pesawat malam.

Sepanjang perjalanan kehadiran Jason ibarat obat nyamuk yang terbakar sendirian di pojok ruangan. Silka sibuk dengan Max dan Jason hanya bertugas membawakan barang atau menjadi tour guide penunjuk jalan, kemana mereka harus menaruh bagasi, ke mana mereka harus ke imigrasi.

Awalnya Silka meminta Max duduk di tengah di antaranya dan Jason. Max menjerit kegirangan ketika tiba di kursi mereka. Matanya berbinar menatap jendela.

"Mama... liat awannya kayak marshmallow." Max menunjuk awan-awan di atas mereka. "Mama, look ada pesawat mendarat."

Silka membuka sabuk pengamannya dan menawarkan, "Max mau duduk dekat jendela?"

"Boleh, Ma?"

Seuntai senyum yang dipaksakan. "Boleh." Silka pindah ke bangku tengah tetapi menganggap Jason orang asing. Tangan Silka tidak diletakkan di sandaran kursi antara kursi mereka. Sepanjang perjalanan, Silka mencondongkan badannya ke arah Max, menjawab semua pertanyaan Max, memotong makanan untuk Max, melipat tray untuk Max.

Jason diperlakukan seperti orang asing yang kebetulan berbagai baris. Baru setelah Max tertidur, Silka diam. Dia berbaring memejamkan mata seolah tertidur sekalipun Jason yakin, Silka terjaga.

Kalimat Max yang kapan hari terngiang kembali. "Mama aku masih sayang sama Papa aku." dan kalimat lain. "Mama enggak suka sama Om Jason. Mama enggak pernah senyum kalau ada Om."

Mana yang benar? Tidak pernah tersenyum sih pasti. Silka hanya tersenyum untuk mengejeknya. Senyum terpaksa. Senyum sopan. Bukan senyum karena dia suka ada Jason. Kalimat Silka lebih sering ketus, cuek. Kalau tidak kalimatnya seperti pendekar silat, menonjok tanpa bayangan.

Turun dari pesawat, Jason menawarkan untuk menggendong Max, Silka menolak dan menyuruh Jason mengurus bagasi. Tidak ingin ribut, Jason mengambil koper mereka lalu mendorong troli ke arah taksi. Dari kaca spion, terlihat Silka terus menggendong Max dengan wajah datar dia melihat ke luar jendela.

Jason bertanya-tanya apa yang ada di pikiran Silka?

Di kantor, Silka selalu sopan, ramah dan mudah bicara dengan siapa saja. Hanya jika ada Jason, Silka seperti masuk kembali ke dalam cangkangnya. Bibir terkatup. Sorot mata datar.

Taksi masuk ke kompleks condominium elit di daerah Bukit Timah. Everything looks so familiar yet strange. Tangan kanan dan kiri Jason sibuk menggeret koper lalu masuk ke dalam lift dan menempelkan kartu elektroniknya.

This is your condo, Jay? Suara Tasya bergema tanpa diundang.

Lift tersambung dan terbuka langsung di tepat rak-rak sepatu. This is a private lift yang langsung masuk ke dalam rumah. Jason melirik ke arah Silka yang tetap memasang wajah poker.

Oh, look private lift! You know I love privacy. Thank you. Tasya berdiri di depannya.

Tangan Jason meraba saklar dekat lift dan dalam sekejap ruangan menjadi terang. Jason berjalan ke arah lemari hiasan meraba permukaan kacanya, lalu menyapukan jemarinya ke meja makan.

Aphiemi ( EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang