Part 41 : Jason POV - Old Albums

37.4K 4.6K 545
                                    

Gaess! Happy weekend! Kembali hadir yaaaa ... Hari ini lumayan panjang supaya bacanya puas. Bukan kayak orang makan sample, baru gigit eh udah habis. Mamak kagak puas!

Semoga ini kayak makan buffet all-you-can-eat free flow drink. :D

Soundtrack hari ini dari ColdPlay and Selena Gomez "Let Somebody Go"

***

Giovanni Arya

Jason melempar setumpuk file yang baru saja dia baca. Laporan dari PI sepanjang 25 halaman. Riwayat hidup Gio, semua bersekolah sekolah biasa, kuliah psikologi di Universitas yang sama dengan Silka. Lulus dengan nilai IPK biasa-biasa saja. Riwayat pekerjaan, semua tak ada yang menonjol. Ada darah Italia dan Portugis yang mengalir dari pihak Mama Gio. That's it! What makes him so special? Kenapa Silka mau pergi dengannya tetapi bilang tidak butuh suami? Weird.

Ekonomi keluarga Gio biasa saja. Kedua orang tuanya karyawan. Telampir foto rumah Gio di sebuah perumahan. Rumah biasa yang luasnya mungkin hanya sekitar 120 meter persegi.

Namun foto lainnya yang disertakan sang penyidik yang membuat Jason geram.

Foto Gio dan Silka duduk makan bakmi Jawa berdua di sebuah rumah makan kecil. Nothing fancy. Kalau mau Jason bisa beli restorannya untuk Silka. But even the best most expensive private Chef dari Singapore tidak mampu membuat Silka tersenyum.

Sedangkan hanya dengan semangkuk bakmi yang harganya kurang dari 100 ribu, Silka tertawa lepas. Kalimat Max kembali terngiang.

Mama kalau sama yang deket, mama suka ketawa. Sama Auntie Rumi ketawa mulu. Sama Aunti Mel juga. Om Carlo, Om Domi, Om Anggiat. Mama suka ketawa-ketawa senyum-senyum

Ini Silka yang dia tak pernah lihat. Apa dulu ketika Jason mengajak Silka kencan Silka pernah tertawa selebar ini? He couldn't remember.

Jason sadar, dia kalah. Kalah telak. Dia menangkupkan kepalanya, mencoba mencari cara.

Jika dia bersikap frontal dengan kehadiran Gio, Silka mungkin akan murka dan mungkin akan membatasi pertemuannya dengan Max. Jason sudah belingsatan.

Konfrontasi bukan cara yang baik. Jason memeras otak. But how? He needs to present himself as an ally. Not an enemy. Kekurangan hal ini adalah, Jason tahu dia harus rela menelan habis harga dirinya.

***

Ini sudah kencan Silka dan Gio kelima. Jason berusaha tidak menghitung. Tetapi otaknya otomatis mengingat semua tanggal Silka menghilang.

Hari ini, perempuan itu keluar dengan dress hijau emerald. Dirinya hanya bisa menatap nanar ketika Silka memulas bibirnya dengan lipstik berwarna merah. She looks stunning.

"Max, tolong Mama pasang kalung," panggil Silka. Kedua tangannya memegang kalung berliontin sederhana. Dari Gio kah? Jason dibakar cemburu, tetapi jika ia bertingkah seperti anak tantrum, Ika akan benar-benar pergi.

"Let me help you." Jason menawarkan bantuan.

"Oh, thanks." Silka memberinya bonus seuntai senyum. Sejak dia berhenti tidak mengomel panjang lebar soal Gio, Silka treats him better. Perempuan itu tidak lagi menyindir, nyinyir atau pun ngomel-ngomel tak jelas. Sekarang mereka bisa bicara dengan lebih normal. Jason berdiri di belakang Silka. Dia sengaja menyentuh jemari Silka, merabanya sedikit lebih lama sebelum mengambil kalung.

She smells so good. Citrus vanilla. Jason menghirup dalam-dalam aroma yang menari di hidungnya.

"You hair, please," ucap Jason pelan.

Aphiemi ( EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang