"Son," suara Mami lembut, "Mami tahu ... kamu dengan Silka ..." Mami berhenti sepertinya Mami bimbang harus mengatakan apa. Dengan tersendat-sendat Mami menyelesaikan kalimatnya. "Mami tahu di hati kamu masih ada Tasya."
Jason pura-pura tidak mendengar. Padahal hatinya menggeram. Kalau Mami tahu kenapa Mami hanya diam? Tanpa penjelasan apa-apa Jason tahu, dia anak satu-satunya, nanti siapa yang nerusin bisnis Papi ...
"Silka anak baik. Kamu pelan-pelan bisa sayang sama Silka. Mami yakin."
Tangan Jason otomatis memijat keningnya. Yang Mami katakan sebenarnya ia sudah tahu. Silka anak baik. Silka tidak rewel. Silka dewasa. It's not hard to love her ... kalau tidak ada Tasya.
Samar-samar suara Mami kembali terdengar. "Mami ngerti kenapa kamu enggak pengen pesta. Kamu enggak pengen keluarga Tasya tahu lalu mereka jadi kepikiran. Tapi ini sudah 5 tahun, Son. Sudah 5 tahun sejak Tasya meninggal."
Life must go on. Jason tahu itu semua. Hanya saja kenapa hatinya sulit beranjak. Kalimat Mami berikutnya hanya dia dengar sepotong-sepotong. What am I doing? Why I want to marry other girl? Kadang rasa iba timbul di dalam hati Jason melihat Silka dengan semangat mempersiapkan pernikahan mereka sedangkan hatinya ada di antah berantah.
"Lagian, kamu kan cowok ...," tutur Mami hati-hati.
Otomatis Jason melirik ke arah Mami. "Maksud Mami?"
"Eh ya ...,"
Dengan kesal Jason membanting serbetnya. "Do you think I'm that low? I never done anything with Tasya or any other girl!"
"Ya, bukan Mami nuduh, tapi -"
Tanpa menunggu penjelasan Mami, Jason menghambur keluar. Sial! Jason menghindari Mami, kuatir akan ada sesi-sesi percakapan aneh lainnya. Cilakanya, kalimat Mami tak bisa dia hapus dari benaknya.
Kamu pelan-pelan bisa sayang sama Silka
Dua minggu sebelum pernikahan, Jason menjemput Silka yang mulai membawa barang-barangnya ke rumah Jason. Silka hanya membawa tiga koper dengan beberapa kardus.
"Cuman ini?" tanya Jason heran.
"Iya. Bajuku enggak banyak," jawab Silka sambil memasang seat belt. Sampai di rumah, Mami dengan tergopoh memanggil para ART untuk membantu membawakan barang.
"Enggak usah, Mi, aku saja yang bawa." Jason menolak dan memilih bolak balik dua kali untuk membawa barang-barang Silka. Senyum Mami lebar seolah menegaskan pesannya kapan hari kamu pelan-pelan pasti bisa sayang sama Silka.
Koper terakhir Jason letakkan di dalam kamarnya. Soon to be their bedroom. Kerongkongan Jason tercekat. Dia hanya diam sementara sosok Silka menghilang di balik pintu lemari, sibuk menata pakaiannya.
"Hm ... aku ada urusan lain," gumam Jason pelan. Kepala Silka melonggok.
"Oh." Sosok perempuan itu muncul dari balik pintu. Dia menggaruk kepalanya. "Hm makasih sudah dibantuin bawa barang-barang."
"You're welcome." Jason beranjak ke meja rias yang dibeli Mami untuk Silka, mengambil sebuah amplop dan memberikannya kepada Silka. "This is for you."
"Oh. Makasih." Senyum Silka mengembang. Sementara hati Jason kembali teriris. Semudah itu membuat Silka gembira. Tangan Silka meraih keluar serentetan kunci. Jason menjelaskan ini kunci rumah, kunci kamar, kunci lemari dan kunci-kunci lain.
"Ini apa?" Silka menarik keluar kartu kredit.
"That's for you. Buat kamu belanja, beli apa yang kamu mau. Sebentar lagi kan kita ... hm ... menikah. So that's for you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomanceHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...
