The Esperanza
Jason melirik stopwatch di tangannya. Di hadapannya Max berpegangan pada pelampung berenang hingga ke tepi.
"Good job, Max! Five seconds faster!" Jason memuji sambil menepuk punggung Max. Wajah Max spontan berseri-seri.
"Bagus, Om?"
"Excellent! Five minutes break." Senyum Jason terkembang lebar. So this is how it feels to see your son, your flesh and blood, achieving something.
Jason menaruh lengannya di bahu Max sementara mereka beristirahat di tepi kolam.
"Om, kata Mama tahun depan, aku sama Mama mau pindah."
Senyum Jason lenyap. "Pindah kemana?"
"Mama mau cari apartemen murah deket kantor."
Silka! Jason merutuk dalam hati. Kenapa perempuan satu itu bandel banget? Bukannya lebih enak seperti ini?
"Kamu suka di sini?" tanya Jason menatap lekat-lekat.
Max buru-buru mengangguk.
"Nanti Om bilang sama Mama kamu, ya." Tangan Jason menepuk rambut Max.
"Om Jason suka ya sama Mama aku?"
Jason terbatuk mendengar pertanyaan Max.
"Iya. Aku tahu kok Om, siapa saja yang suka sama Mama aku." Bibir mungil Max membuat senyum kecil. Senyum aku-tahu-loh khas anak-anak.
"Kamu tahu darimana?" Jason berusaha keras terlihat cool.
"Keliatan."
"Dari?"
"Dari gayanya. Kalau Om Anggiat, baik sama Mama, baik sama aku tapi kayak sodara aku. Om Domi juga. Ada Om-om di kantor lain, itu suka sama Mama."
"Masak?" Jason tertawa lalu mengucek gemas rambut Max.
"Iya, dia suka telpon-telpon Mama. Suka jemput Mama aku. Kasih bunga. Kirim makanan. Ada Om-om suka kasih hadiah buat aku juga."
"That's nice"
"Mama aku enggak suka."
"Yah masak mama kamu cerita sama kamu."
"Idih, Om Jason dibilangin enggak percaya. Mama enggak ngomong, aku juga tahu Om," protes Max. "Mama aku suka ketawa. Sama Auntie Rumi ketawa mulu. Sama Aunti Mel juga. Om Carlo, Om Domi, Om Anggiat. Mama suka ketawa-ketawa senyum-senyum."
"Kalau sama Om yang itu?"
Jason berusaha terdengar biasa saja, padahal rasa ingin tahunya tak terbendung. Diam-diam dia sibuk memaki, kenapa dirinya sepenasaran itu.
"Itu Omnya yang ketawa-ketawa. Mama aku enggak ketawa. Diem aja. Aku kasihan sama Omnya. Habis dicuekkin sama Mama."
Spontan Jason menghela napas lega. He's still got a chance. Mata Max mengamati Jason, tampak dia ingin mengatakan sesuatu tetapi mengurungkan niatnya.
"Do you want to say something?"
"Om janji enggak marah?"
Jason mengangguk. Max mencondongkan kepalanya ke arah Jason.
"Mama enggak suka sama Om Jason," ucapnya pelan.
Tawa kering keluar dari mulut Jason. Silka pasti benar-benar membencinya sampai Max saja bisa merasa.
"How do you know?
"Iya, Mama enggak pernah ketawa sama Om. Trus Mama cemberut. Kalau ada Om, Mama ngomel-ngomel.Habis Om pulang, Mama diem lama banget."
![](https://img.wattpad.com/cover/335952148-288-k432763.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
Storie d'amoreHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...