Part 47 : Adult Conversation

32K 3.7K 384
                                    

Ini permintaan maap krn kemaren gue salah pencet. So double chapters for today. Yang ini panjang! Yeayyy

Ditunggu boom komentar dan likes!

***

Aku sedang memanggang ikan ketika sebuah panggilan masuk dari Jason.

"The flight delayed for 3 hours. Baru mendarat. Will arrive in 1 hour. Tell Max to wait for me, will you?"

"Oh pesawatnya delay? Kamu langsung ke sini enggak pulang dulu?"

"Kalau pulang dulu terlalu malam." Suara Jason diujung sana terdengar letih, Aku membawa ponsel ke arah jendela. DI luar sana hujan badai sedang turun.


"Di luar ujan. Hati-hati ya, kabarin kalau sudah dekat."

"Sure."

Sambungan telepon terputus dan aku kembali ke dapur.

Beberapa minggu lalu, aku keceplosan mengatakan aku dan Gio sudah tidak ada hubungan. Tadinya aku sempat was-was bagaimana jika Jason kembali menggila? Mepet terus seperti dulu? Dikiranya aku bus antar kota bisa dipepet?

Untungnya prediksiku salah. Jason bersikap biasa. Tidak ada flirting, tidak ada godaan-godaan yang jayus bin lebay. Kami bertemu dua kali setelah itu lalu Jason pergi keluar negeri selama dua minggu. Setiap malam, seperti biasa jam 8 malam, Jason video call dengan Max. Fungsiku hanya mbak-mbak operator yang memberikan ponsel kepada tamu agung.

Hi Silka, Max ada?

Hi Ika, Max sudah makan?

That's it. Semua komunikasi tentang Max. Hatiku tenang. Tralala. Sedangkan aku sendiri sibuk dengan berbagai tetek bengek pekerjaan. Beasiswa Bang Anggiat sudah disetujui, sedangkan belum ada tanda-tanda ada orang yang sudah ditunjuk untuk menggantikan Bang Anggiat. Siapa yang pontang-panting? Tentu saja aku. Orang HRD yang paling senior setelah Bang Anggiat yah aku.

Eh Jason sudah makan belum?

Aku mengangkat ponselku dan menunggu cukup lama sebelum Jason mengangkatnya kembali.

"Kamu mau makan di sini?"

"Enggak terlalu lapar sih. Light dinner is okay."

"Ya udah aku bikinin sekalian."

"Thanks."

Normal sekali bukan pembicaraan kami? Two civilised adult make an adult conversation. Eh bukan adult conversation, yang 18++, tapi pembicaraan orang dewasa mengenai kita makan apa. Cuma orang dewasa yang harus berpikir kita makan apa, makan dimana. Kamu makan di rumah apa di kantor. Harga makanan plus PPN berapa dan siapa yang mencuci piringnya. Adulting 101.

Makanan siap dan aku baru hendak mengirim pesan menanyakan Jason sudah sampai ini ketika bel pintu berbunyi. Jason masih punya kunci mestinya dia masuk saja. Sebelum sampai ke pintu, Max sudah berlari kencang dan mendahuluiku.

"PAPA!" sorak Max girang. Tanpa aba-aba dia menghambur ke pelukan Jason.

"Hey hey ... I miss you too." Jason tertawa kegirangan. Ada lingkaran hitam di sekitar mata Jason, aku mendekat dan sekejap kucium aroma parfum bercampur dengan wangi khas interior pesawat.

"Hi, Jason. Masuk." Kubuka pintu lebar-lebar.

"Hai, Ika. Good to see you." Jas Jason tersampir di lengannya sementara kancing kemejanya yang paling atas sudah terbuka.

"I rushed from the Hong Kong office to the airport. Eh pesawat delay," tutur Jason sambil mendorong kopernya masuk. "Max, ada hadiah buat kamu."

Aphiemi ( EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang