Gaess ... sesuai janjiku pada kalian semuaaa ... minggu akan ada beberapa extra chapters! Buat yang mudik, hati-hati di jalan yaa ... Kita udah halfway di Aphiemi. Habis ini ceritanya akan makin ... gitu deh ... dibaca sajaa. Ditunggu like dan komentarnyaaa.
***
M&M HQ
Sore-sore di jam mengantuk, aku malah baru kembali rapat dengan beberapa karyawan divisi special needs. Sudah beberapa hari aku sibuk menghubungi divisi-divisi lain menanyakan siapa yang butuh anggota tambahan. Lalu hari ini, mewawancara para karyawan divisi special needs sambil memetakan kira-kira di mana tempat baru yang cocok bagi mereka.
Tugasku banyak. Aku mengerang mengingat tumpukan dokumen yang Jason kirimkan. Kepalaku masih berputar-putar mencoba memahami bagaimana quick commerce akan berjalan. Salah satu tugas HR rekruitmen adalah mencari talent yang cocok untuk ditempatkan di dark stores.
Bokongku langsung meluncur ke atas kursi sementara tanganku memijat-mijat betisku yang pegal. Eh apa ini? Di meja aku melihat ada sebuah kotak transparan besar. Kuintip ternyata ada jejeran eclair berbaris rapi. Perutku langsung menggelora. Di M&M, hal yang biasa untuk membagikan makanan. Siapapun itu, terima kasih yaaa.
Segera kubuka kotak itu dan aroma wangi eclair menggodaku. Setelah membilas tangan dengan hands sanitiser, langsung kulahap. Gila ini enak banget!
Mataku otomatis memejam ketika menyantap eclair. Rasa manis dan gurih berpendar sempurna. Sambil mengunyah, aku mencari-cari apa ada kertas, kartu apapun sebagai penanda siapa yang memberikanku eclair ini.
Nihil. Yowes, mungkin ini rejeki anak sholeha.
"Mama ..." Max memanggilku.
"Max, cuci tangan. Ini ada eclair enak."
Dengan mata berbinar Max mengambil eclair dan mulai mengunyahnya.
"Wah, enak sekali, Ma! Ini lebih enak dari eclair di bawah. "
"Ambil lagi."
"Aku boleh makan di sana, Ma?" Max menunjuk pojok biasanya dia duduk. Aku mengangguk.
Senang anakku mandiri jadi aku bisa menyelesaikan pekerjaanku hari ini. Dengan sigap kubuka laptopku, dan mataku menyapu catatan-catatanku yang kubuat ketika mewawancara para karyawan yang harus kualih divisikan.
Salah satu hal yang kusuka dari pekerjaanku adalah menjadi semacem mak comblang untuk para pekerja dengan divisi yang sesuai. Ketika orang yang kutempatkan dapat bekerja dengan baik bahkan merasa cocok di bagian barunya, aku bahagia sekali. Memang ada rangkaian test yang bisa kulakukan, analisa kepribadian dan lain-lain, tetapi manusia itu kompleks. Tak semuanya bisa dipetakan hanya dengan serangkaian pertanyaan.
Namun, biar kepalaku pusing, tetap saja aku suka mengerjakan pekerjaanku. Jika mereka ada di tempat yang tepat, akan ada anak-anak yang bisa bersekolah dengan tenang, ada uang belanja untuk makanan di kulkas, ada para suami yang bisa menabung untuk masa depan.
Entah berapa jam berlalu, aku sudah hampir selesai mencarikan divisi baru untuk karyawan di Special needs. Perlahan aku menarik napas lega. Kututup laptopku. Mataku letih menatap laptop terlalu lama.
Otot-ototku yang kaku perlahan mengendur ketika aku menarik kedua tangaku tinggi-tinggi. Stretch. Namun, buru-buru aku menurunkan tanganku ketika melihat sosok yang berdiri dengan mbak Sita di ujung ruangan. Jason. Mbak Sita menunjuk sesuatu di dinding lalu keduanya berdiskusi dengan serius.
Kepalaku celingak celinguk mencari Max. Aku perlu memastikan anakku tidak berisik dan menganggu orang kerja lalu membuat Jason marah. Mataku menangkap Max duduk bersandar di dinding. Tunggu! Ada yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomantikHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...