Sepanjang jalan aku terus mencuci otakku.
Aku akan ketemu Gio! Yeay! Gio! Yeay! Gio! Ayo happy hatiku! Mari kita bersenang-senang!
Aku bisa makan sepuasnya. Kami rencana akan menonton dulu lalu baru nanti jalan-jalan. Sesuai janji aku dan Gio bertemu di sebuah bioskop pusat perbelanjaan. Gio menungguku di pintu cinema. Dari jauh aku sudah melihatnya.
Ganteng kan? Ganteng! Matanya gede, memang kayak Jason, sipit kalo ketawa langsung ilang. Bulu mata Gio juga panjang dan membuatku yang sebagai perempuan agak minder. Lalu hidungnya mancung, lalu rahangnya, duh kayak apa rahangnya? Aku payah melukiskan kegantengan seorang pria. Yah pokoknya ganteng. Titik.
Begitu melihatku, dia langsung tersenyum. Tuh udah ganteng, giginya rapi ...
"Hai, Silka. Kamu cantik sekali ..." puji Gio lalu dia menggandengku.
+1800 point. Ganteng, suka senyum, rajin memuji dan tidak malu memamerkanku di depan banyak orang. Memang Jason, idih. Boro-boro
muji, aku dulu dilirik juga kagak. Tuh lihat, mbak-mbak yang jaga popcorn saja ngeliat ke arah Gio.
Maaf mbak, telat. Dia udah ada yang punya.
"Aku sudah beli tiketnya. Kamu mau beli popcorn?"
"Oh jelas!" Aku tersenyum lebar lalu sibuk membaca daftar menu yang terpampang.
"Mbak, popcorn caramel 1, yang besar ya, satu nachos, coca cola, oh tambah potato chips 2 ya," pesanku.
Mbak konter melirik judes. Sorry ya, mbak pikir saya cuma cuma makan nasi 3 butir ya? Ya itu kan sewaktu masih dibawah pengawasan Jason yang bawel. Sekarang? Freedom!
"Wah, kamu laper, Sil?" tanya Gio melihat pesananku yang berlimpah ruah.
"Udah lama enggak nonton bioskop Mas," jawabku jujur. "Udah lupa rasanya nonton bioskop sambil makan popcorn, tapi nachosnya keliatan enak, trus aku juga sudah lama enggak makan potato chips. Daripada bingung, aku beli aja semua."
Gara-gara JASON! Sekarang aku akan balas dendam! Kumakan semuanyaa!!
Untung Gio bukannya pingsan melihat gaya makanku yang barbar, dia hanya tertawa dan mengeluarkan kartu kreditnya untuk membayar pesananku.
"Eh aku– "
"Stt," Gio menggeleng tegas. "Kita sudah enggak ketemu 3 minggu loh." Gio melirik ke arah mbak-mbak kounter dan mengembangkan senyum. "Pakai kartu saya yah, Mbak."
Seperti layaknya gentleman, Gio membawakan kantong berisi makananku, sementara tangan satunya menggandengku. Yak, seperti ini rasanya kencan!
Filmnya apa aku kurang fokus. Lebih fokus ke arah Gio yang memegang tanganku. Lalu membukakan botol Coca Cola. Lalu pelan-pelan aku menyenderkan kepalaku ke bahu Gio.
Agak kurang nyaman sebenarnya. Kepalaku agak tengeng. Nonton kurang enak. Tapi biar terasa seperti pacaran kan ya?
Sayang setiap ada tokoh anak kecil muncul di layar, aku langsung teringat Max.
Silka! Please! You need to have some fun! Max pasti baik-baik saja. Namun semakin aku mencoba melawan, semakin sulit bayangan Max kuhapus.
Drtt ... ponselku bergetar beberapa kali. Awalnya ingin kucuekkin saja. Tapi karena bergetar lagi aku gelisah. Jangan-jangan ada yang penting. Jangan-jangan Max kelelep di kolam renang, atau keseleo ketika naik tangga.
Kubuka ponselku, ternyata Jason mengirimkan beberapa foto. Max duduk diapit Om Alex dan Jason. Ini mah tidak perlu test DNA, terlihat jelas kemiripan Max dengan Papa dan Opanya. Foto berikutnya Tante Mona ikut bergabung. Semua wajah dalam foto tersenyum. Disambung foto Max berenang, Max makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomanceHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...
