Part 33 : Jason Pov - San Diego Hills

36.4K 4.5K 432
                                    

Present Day

San Diego Hills,

Jason berjalan lambat menyusuri bukit-bukit hijau dan nisan-nisan yang berjejer. Makam keluarga Katuria berada di private estate yang terpisah dengan makam-makam lain. Untuk keluarga Tasya ada satu kavling besar yang sudah disediakan. Namun, hanya ada satu nisan di situ. Nisan Tasya.

Do you feel lonely, Sya?

Perlahan Jason jongkok lalu mengusap pelan batu granit hitam berukir nama Tasya.

"It's been awhile, Sya ... many things have happened," gumam Jason pelan.

Tenggorokan Jason tercekik. Hari ini dia akan mengatakan hal yang sangat sulit. Bercerita kepada Tasya tentang Max. Jason menarik napas pelan-pelan.

"I ... Since ...," ujar Jason tersendat-sendat. "I have a son, Sya."

"I don't know I have a son. Memalukan ya." Tawa sumbang keluar dari mulutnya. Jason berhenti lagi. Bagaimana dia harus bercerita tentang Max kepada Tasya. Sengaja dia tidak akan bicara tentang Silka.

"After you were gone, I didn't want to live anymore, Sya." Air mata menggenang di pelupuk mata Jason. "I don't understand why it must be you who died? I ran away. But now ..."

Jason berhenti lagi. "Since I met Max, I want to live again. He's brilliant, Sya. Kamu dulu suka bilang aku pinter, Max is even smarter than me. Now, he grew up without me. His mother hates me."

Di sekitar Jason sepi, tak ada orang yang lalu lalang. Namun, tetap saja Jason menahan supaya air matanya tidak jatuh.

"Max needs me. I hope you understand."

Butiran bening jatuh di rumput-rumput hijau.

"You know how much I admired Papi Mami's marriage. How I hope one day we can be like them ... But Sya ... but you are not here anymore." Tangan Jason mengusap matanya. "Max needs me ... I hope you understand. You're the most gentle soul, I've ever met, Sya ... You will forgive me ..."

Ucapannya tertahan. Jason diam, berharap ada tanda bahwa Tasya memaafkannya. Mungkin ada bunga yang jatuh, atau ada bunyi geledek, atau hujan, atau ada suara Tasya. Namun semuanya hening.

"I hope you will forgive me. I can't let Max grow up without a father."

Bahu Jason berguncang makin kencang. "I want Max to have ... have a complete family, Sya ... You know how important it is, right? Kamu dulu suka cerita kalau kamu kasian sama teman-temanku yang orang tuanya cerai. Yang papanya menikah lagi. Waktu itu aku selalu janji dalam hati, it wont happen to us."

"His mother hates me ... of course. Everybody hates me, Sya. And maybe you'll hate me too. Yet, I can't ... Sorry, I can't keep my promise to love you forever and ever."

Bayangan Tasya yang berbaring di dalam peti putih kembali terbayang. Perlahan, tangan Jason mengusap lembut nisan Tasya.

"Let me say it for the last time, Sya. I did love you. I always been faithful to yo"

Kali ini Jason tak kuasa lagi menahan air matanya.

"Good bye, Sya. I'm so sorry."

***

Jason baru sampai di rumah ketika dia melihat ada pesan dari Silka.

We need to talk.

Jason mengernyitkan dahi. Sebenarnya ia letih. Sepanjang perjalanan pulang dari San Diego Hills, suatu keajaiban mobilnya tidak kecelakaan, karena matanya buram. Sebenarnya Jason ingin menolak. Besok saja, lusa saja. He feels tired mentally. Hanya saja sesuatu di pesan Silka membuatnya memberi balasan yang bertolak belakang dari yang dia rasakan.

Sure. I go to your place?

Jangan di sini. Aku enggak mau Max dengar.

Come to my place, then.

Sekarang?

Sure. Waiting for you. 

*** 

Aphiemi ( EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang