Selamat hari Senin!! Hari ini super panjaanggg!! 4000 kata. Untuk menemani minggu yang baruuu .... :D
Psstt jangan lupa kutunggu boom komentar, likes dan semuanyaaa
***
M&M HQ
Hari Senin, aku menyeret kakiku ke kantor setelah mengantar Max ke sekolah.
Sabtu lalu, setelah mendengar pengakuan Jason aku semalaman cuman memanaskan tempat tidur. Boro-boro tidur, yang ada otakku terang benderang seperti disorot sinar UV. Jason nangis? Aku berusaha menghapus bayangan Jason, pria dewasa yang tiba-tiba tanpa permisi menangis di depanku.
Kalau aku bukan anak psikologi mungkin aku bisa mikir, idih cemen cowok kok nangis. Padahal sebenarnya itu salah. Pria juga punya hak untuk menangis. Memang Tuhan kurang kerjaan kasih kelenjar air mata buat cowok kalau itu tidak boleh digunakan? Basi banget kan?
Emak-emak aja tahu, barang yang sudah dibeli harus dipakai. Masak kelenjar air mata sudah dipasang dari sononya kagak boleh dipakai? Logika tolol macam mana itu.
Tapi rasanya aneh. Aku enggak pernah melihat ada pria dewasa tinggi besar menangis di hadapanku. Cilakanya ... cilakanya ... Aku enggak pernah kasih tahu siapapun, kalau ... buatku pria yang menangis itu ...
Argh! Kenapa harus Jason yang nangis? Kenapa ga Gio aja? Eh tapi ngapain pula Gio menangis di depanku? ARGH!
Sabtu pagi aku bangun dan menemukan Jason tertidur di sofabed. Aku hampir membangunkan dan mengusirnya pulang. Kenapa hobi banget tidur di ruang tamu? Memang AC nya mati apa bagaimana? Ranjangnya kurang gede? Heran apa enaknya tidur di sofabed?
Di sebelah sofabed aku menemukan sehelai foto yang terjatuh di lantai. Fotoku dan Gio. Foto kami makan di Bakmi Jawa. Ngapain pula ngeliatin foto orang lain pacaran? Psikopat.
Jason yang tertidur wajahnya seperti bayi. Kalau sedang begini wajahnya seperti Max. Max mungkin kalau besar seperti ini. Ah, Max pasti lebih ganteng. Ada beberapa rambut putih mencuat di kepala Jason. Aku tak tahu kenapa aku malah memandangi wajah Jason yang tertidur.
"Pagi, Mama!" sapaan Max yang membuatku terlonjak.
"Stt Max, Papa kamu lagi tidur. Jangan berisik," bisikku. Aku menyiapkan sarapan untuk Max. Rotinya sisa satu. Aku sudah kenyang, jadi kubuatkan saja untuk Jason. Karena Jason masih tertidur, aku memutuskan mengajak Max keluar.
Setelah pulang dari belanja, apartemen sudah kosong. Piring yang kugunakan untuk menghidangkan roti bagi Jason sudah dicuci dan dikeringkan.
Selalu sepanjang hari Minggu, tak ada berita dari Jason. Beberapa kali aku memeriksa ponselku. Siapa tahu ada pesan dari Jason apa menu makanan malam ini. Tapi nihil. Aku pulang kembali ke apartemen dan tak ada tanda-tanda Jason.
Ah. Memang dasar cowok brengsek. Nangis-nangis trus pergi. Aku menertawakan diriku yang berpikir aneh-aneh.
Senin pagi, aku tiba di kubikelku, baru laptop kubuka, eh ada email dari Mas Domi. Email yang ditujukan untuk semua orang. Akan ada pengumuman penting dari BOD. Aku menatap malas. Hatiku agak ketar-ketir pengumuman apalagi? PHK kah? Ada divisi yang digabung lagi? Kursiku kudorong dan aku pergi ke kubikel Rumi.
"Mi, katanya mau ada meeting buat semua. Memang ada masalah?" tanyaku.
Dari kubikelnya Rumi melongok lalu menaikkan bahu. "Rasanya semua okay sih? But dunno."
Tak ada yang bisa kulakukan selain menunggu jam rapat yang dijadwalkan pukul 11. Atmosfir was-was terasa kental. Beberapa orang berpandangan ketika Mas Domi masuk dengan wajah tersenyum. Senyum beneran atau senyum-senyuman?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomanceHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...
