Besok... duh kok gue jadi agak berat yah wkwkw. Baru kali ini gue sedih bgt cerita gue di Wattpad mau tamat. Biasanya kan sorak-sorak YEAY! TAMAT!
Terharu banyak yang bilang, nanti nungguin upload apa dong? Sama gue tuh juga ... Nanti nungguin notif komentar dari siapa dong. Aduh, your comments are really made my day. Apalagi kalo udah rombongan Mak-mak pada keluar dengan kalimat-kalimat ajaib maki-maki Jason wkwkwkw. NGAKAK.
Thank you for being such a supportive readers ... ((sodorin tissue. Udah ambil aja tissuenyaa))
This part is one of the hardest to write ...you'll understand the reason di author's note besok.
Kalau kata CS Lewis pengarang Narnia kesukaan gue,
Everyone thinks forgiveness is a lovely idea until he has something to forgive.
The real trouble about the duty of forgiveness is that you do it with all your might on Monday and then find on Wednesday that it hasn't stayed put and all has to be done over again.
Lo pikir lo udah maafin eh si kutu kupret balik lagi hari Rabu en lo pengen timbukin dia pakai ranjau nuklir ... Berat. Banget.
So bagaimana Ika dan Papanya bicara soal ini?
Oh ya, sambil dengerin lagu TWO Words Lea Salonga, my fave singer ...
***
Pulang sekolah aku mengajak Max dengan Papa Mama jalan-jalan ke Mall. Max bermain di indoor playground sedangkan kami mengawasi. Aku memberanikan diri menggandeng tangan Papa ketika di Mall, seperti dulu yang sering kulakukan ketika kami pergi ke Mall.
. Tak ada yang membahas soal pesta Max. Papa Mama bicara hal-hal santai. Aku juga bercerita soal hal-hal lain. Tak ada nama Jason yang tersebut. Pulang ke rumah, kami makan malam lalu aku menidurkan Max. Sebelum tidur Max memelukku erat-erat lalu berkata.
"Hari ini Max happy banget. Makasih Mama."
Max langsung tertidur tak lama setelah kepalanya menyentuh bantal. Ketika aku keluar dari kamar jam 9 malam, di ruang tamu kulihat siluet Papa duduk membaca koran.
Kamu enggak bisa selamanya kabur, Ka.
Dengan gentar aku menghampiri Papa.
"Belum tidur, Pa?" Aku membuka pembicaraan, menarik kursi di sebelah Papa.
"Lagi baca koran, Ka." Dari balik kaca mata baca Papa menatapku. Aku menunduk, umurku sudah sebesar ini kenapa aku tetap terlihat seperti anak-anak jika berhadapan dengan Papa.
"Pa, makasih sudah datang." Aku pura-pura tenang padahal ... gitu deh.
"Max telepon Papa minta Papa datang," tutur Papa. "Jason juga ke rumah minta Papa datang."
Pantes!! Pantes sok cenayang ala Mama Loren.
"Max happy, makasih, Pa," ulangku. "Memang Jason ngomong apa sama Papa?"
"Enggak banyak. Cuma minta Papa datang. Papa jawab, iya, nanti datang, memangnya cuma kamu yang sayang sama Max."
Memang cuma kamu yang sayang sama Max? Haha. Aku ingin tertawa. Mengerti kan sifat julidku muncul dari mana? Dari Papa tentu saja. Pandangan Papa kembali ke koran di tangannya.
"Itu Papanya Jason stroke?" tanya Papa tiba-tiba tanpa mengangkat wajahnya.
"Iya, Pa ..."
"Sudah lama?"
"Sudah lama, Pa. Enggak lama setelah Jason pergi."
"Kasihan ya ...," gumam Papa pelan.
Kasihan ya ... Itu Papaku. Papa memang kalau sudah kesal mulutnya lebih pedas dari Mama, tetapi hati Papa tidak pernah tahan kalau melihat ada orang kena musibah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
عاطفيةHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...
