Yihaaa seperti janji. Hari Rabu terbit dan PANJANG! 2976 kata. Ini dua bab kugabung jadi satu yah gaesss ...
Thanks buat teman-teman yang udah kasih komentar Aphiemi dibikin berapa panjang. Gue tuh benernya bukan type yang suka baca novel yg babnya buanyak. Kadang kalo liat, hah 50 bab? Udah cape duluan aku tuh. -.- 🥲🥲
Eh kmrn malah ada yang komentar mau sampai Max S2, punya cucu. Yaelah, nanti jadi kayak sinetron Tersanjung yang akhirnya Tersandung? wkwkwkw.
Kayaknya bakal 50 lebih dikit. Aku ga suka penyelesaian konflik yang terburu-buru, kagak nendang. Tapi di sisi lain, ga suka juga yang terlalu diulur-ulur dipanjang-panjangin demi views. 🤓
Judulnya sudah menjelaskan ya :D Siapa tuhhh ... Oya karena ini gabungan 2 bab, jadi ada 2 POV sekaligus ya. POV Silka dan Jason. Silka yang pakai aku, POV 1. Jason yang POV 3.
Enjoyyy. Jangan lupa boom komentarnya
***
Jakarta
Langkahku gontai memasuki lobi. Tidurku tidak pernah nyenyak sejak lamaran Jason. Perasaanku campur aduk. Untung perjalanan pulang kami ke Jakarta berjalan mulus. Pagi-pagi Jason memesan taksi lalu mengurus bagasi kami. Seperti biasa, Jason banyak bicara dengan Max, dan hanya sesekali denganku. Sikapnya berjarak, tak ada guyonan yang kadang dilontarkan.
"Morning, Silka." Di depanku ternyata berdiri Gio. "Habis liburan kok malah lesu?"
Aku hanya tersenyum masam. "Butuh liburan lagi."
Yang benar-benar liburan.
"Selalu begitu ya?" sambung Gio. Aku mengangguk setuju.
"Mau ngopi dulu?" tawar Gio. Tawaran menggiurkan dan sayang untuk ditolak. Rasanya aku lelah dengan hidupku. Dengan drama yang tidak berhenti-henti. Rasanya tanpa Jason dulu hidupku memang berat, tapi tidak seperti naik arung jeram plus roller coaster kayak begini.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Gio lagi.
Aku menggeleng. "Enggak baik-baik saja." Aku ingin bercerita sama orang tapi tak tahu dengan siapa. Kalau bercerita dengan Rumi, dia pasti ingin tahu lebih detail. Ah, rumit. Aku sadar Rumi curiga karena akhir-akhir ini aku seperti menjaga jarak.
"You need coffee then. Yuk." Gio menggamit tanganku lalu mengajakku ke coffee shop tempat kami bertemu kapan hari.
Untung ada meja pojok yang kosong. Pojok jauh dari pintu masuk maupun jendela. Hal terakhir yang kubutuhkan adalah gosip diriku ngopi dengan seorang pria. Gio kembali dengan dua cangkir Americano.
Sebenarnya aku tidak suka kopi. Hidupku terlalu berat, aku butuh yang manis-manis.
"Kalau mau cerita silahkan, loh," undang Gio ramah.
"Enggak tahu harus cerita dari mana." Aku mengedikkan bahu lalu menyeruput sedikit kopi hitam pahit. Hitam pekat seperti pikiranku sekarang.
Gio memandangku dengan lembut. Rasanya aku tidak tahu kapan terakhir ada pria menatapku seperti ini. Duh jantung, enggak perlu trademill pagi-pagi. Kenapa hidupku sudah jadi arung jeram + roller coaster + penyakit jantung.
"Yah ... jadi single mom enggak mudah, Mas." Aku mengeluarkan tawa kecil berusaha santai. "Aku cerai sama suamiku. Anakku satu ikut aku.."
Gio mengangguk-angguk tanpa mengatakan apa pun. Yak, jadi sekarang Gio tahu kalau janda beranak satu. Aku tidak ada tenaga untuk pura-pura masih single. Kenapa pula harus pura-pura? Terlalu banyak derita di balik pura-pura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomanceHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...
